Part 23 : No Control

83.4K 8K 202
                                    

"Bun, Olivia boleh ikut nonton konser enggak?" tanyanya sambil menatap Bundanya dengan tatapan piasnya.

"Hah? Konser? Enggak."

"Ayolah Bun, konser doang kok," Olivia memohon dengan memegang tangan Bundanya.

"Enggak, Olivia. Kalo kamu nonton konser, sama aja ngebuang-buang duit yang udah Ayah kasih ke kamu," ucap Bundanya mengambil remot tv dan menghiraukan anaknya yang sudah berkaca-kaca.

"Bunda, ini pake uang yang aku tabung dari setahun yang lalu, bolehin ya, ya, ya? Oliv mau liat Luke Hemmings secara langsung, Bunda," ucapnya dengan nada merengek seperti anak umur 5 tahun yang tidak dibelikan balon.

Dinda menengok kearah suaminya, meminta pendapatnya. "Coba, Ayah mau tanya, konsernya kapan? kamu pergi sama siapa kesana? Kalo sendiri, Ayah gak ngizinin."

"Satu bulan lagi, Sama Milo, Yah" ucapnya enteng menunjuk Milo yang sedang mengemil sebuah chiki.

"Lah, anjir! Apa-apaan. Milo gak mau ikut, ngapain juga nganterin bocah sengklek kayak Oliv, lagipula Milo gak kenal siapa yang mau konser," ucapnya dengan nada jutek.

Olivia mengerucutkan bibirnya sebal, ia mulai berpikir, siapa yang akan menemani dirinya saat konser berlangsung, tidak mungkin Bunda, Ayah, dan Milo karena mereka tidak terlalu suka dengan tempat konser, dan lagian mereka juga tidak mengenali idola Olivia, jadi percuma saja, itu hanya akan menghamburkan uang.

Ah ya! Olivia menjentikkan kedua jarinya, dan langsung mengatakannya dengan mantap. "Oliv pergi sama Oliver!"

Begitulah kira-kira percakapan yang terjadi dua hari yang lalu, saat Olivia menanyakan kepada orangtuanya apa ia boleh menonton konser atau tidak. Milo pun mulai bertanya-tanya dengannya. Mengapa harus Oliver yang menemani adiknya itu? Namun, Olivia menjawabnya dengan mudah, ia mengatakan bahwa Oliver juga mempunyai selera musik yang sama dengannya.

Lalu, Milo mengatakan sesuatu lagi kepada dirinya kemarin, apakah Oliver sudah tahu hal ini, dan adiknya mengatakan bahwa ia akan membicarakan hal ini keesokan harinya. Namun, Oliver tidak muncul dihadapannya. Biasanya ia selalu lewat di depan kelasnya saat memasuki jam istirahat.

Olivia heran, kalau Oliver adalah manusia. Astaga, ia tidak boleh bersikap su'udzon begitu.

Tepat di hari Ujian Tengah Semester telah selesai, Olivia hanya menunggu hasil ujian yang akan keluar dalam waktu lima hari ini. Lega? Iya. Khawatir? Iya. Khawatir, bukan berarti masalah nilainya, tetapi ini semua menyangkut nilai Oliver, dan ia juga khawatir kalau Oliver menolak permintaannya untuk menemani Olivia menonton konser.

Kini, Olivia sedang melihat Rafa dan Rina sedang berdebat, entah apa yang diperdebatkan karena sedari tadi, Olivia sibuk dengan earphonenya dan juga makanan yang dibawakan Bunda dari rumah.

Entah mengapa, dari yang Olivia lihat, Rafa dan Rina sering berdebat akhir-akhir ini, Olivia pun tidak mengerti, yang biasanya Rina cuek akan segala hal, menjadi mudah terpancing apabila Rafa membahas sesuatu yang menurutnya tidak penting sama sekali dan justru mereka berdua malah memperdebatkannya.

Sungguh aneh.

Olivia yang sedang menscrolling untuk mencari lagu yang pas, terperanjat saat seseorang menarik tangannya dengan kuat.

Rafa dan Rina yang sedang berdebat, lantas berhenti berbicara, dan langsung menatap sang penarik tangan. 

"Anjir, apaan sih, lepas gak?!" Olivia menarik tangannya kembali, namun orang itu memegang tangannya dengan sangat kencang, bisa dirasakan tangan Olivia memerah sehabis ini.

When The Badboy Meets The FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang