Saat kedua mataku terbuka semua terlihat remang.
Kutolehkan pelan kepala ke kiri dimana sinar lembut bulan merambat menyinari ruang inapku. Saat itulah aku sadar kalau sekarang sudah malam. Bahkan bintang telah berkelap-kelip indah di luar sana. Akupun ingat apa yang terjadi padaku sebelum aku pingsan. Ya, tangan kananku!
Kucoba mengangkat tangan kananku namun seolah ada yang menahannya. Kutolehkan kepala ke kanan. Betapa terkejutnya saat kuketahui apa yang menahan tanganku. Tangannya Ouma-san memegang tanganku dalam sandaran tidurnya. Aku tak tahu apa yang barusan terjadi dengan tangan kanan ini, suntikan apa yang diberikan dokter itu padaku?
Perlahan aku mencoba merubah posisi untuk duduk, perlahan agar ia tak terbangun karenaku. Tangan yang hangat. Aku tersenyum merasakannya. Kuedarkan pandangan yang tak sengaja mendapati sosok Mamo-ni tertidur pulas di sofa. Suara ngoroknya menjadi-jadi! Kasihan wanita yang akan jadi istrinya, siapa saja. Aku pikir hanya berdua saja dengan Ouma-san, ternyata... a-ha-ha-ha... Mamo-ni tak merelakannya.
Kuperhatikan kembali sosok yang tidur yang meletakkan kepalanya di kasurku. Tangan kirinya yang memegang tangan kananku. Aku kembali ingat, saat tangan kanan ini memegang tangan kanannya, tangan buatan itu terlihat agak aneh dan membuat tangan kananku seakan tertarik begitu kuat hingga membuat seluruh urat di tangan kanan ini seakan ingin keluar. Tangan kiri yang bebas mencoba memegang tangan tambahan itu. Dalam hati aku bertanya, sejak kapan ia kehilangan tangan dan kenapa?
"Maaf, aku hanya... takut apa yang terjadi padaku akan menimpamu..."
Terbersit kalimat itu kembali dalam benakku, perkataan Ouma-san tadi siang. Ia terlihat sangat mengkhawatirkan hal yang pernah terjadi padanya akan terjadi padaku. Namun aku sama sekali tak mengerti maksudnya. Ia sendiri juga terlihat berat mengungkapkannya padaku. Apa ... aku harus bertanya pada Haruka-sensei.
Oh iya, aku baru sadar, kenapa Ouma-san memanggil ibunya dengan nama, bukan okasan?
"Utatte..."
Kini suara Inori-san yang terlintas dalam benakku. Kenapa semuanya terasa seperti pecahan puzzle yang harus kukumpulkan untuk menyelesaikan sebuah permainan?
"Kimi ni fureta toki takanaru kodou ga kikoeta. Hajimete shitta no omoi wa chikara ni narutte.
Hoshikuzu chiribameta sora ni, kimi e todoke to negau watashi no uta... kikoemasuka..."
"Kau sudah bangun?"Aku tersentak, "Maaf, suaraku membangunkanmu," khilafku.
Aku sendiri juga heran kenapa akhir-akhir ini sering bernyanyi tak jelas dan kata itu begitu saja keluar dari mulutku.
Ia menggeleng. "Aku menunggumu bangun untuk memastikan kondisimu."
"Maaf, telah membuat Anda khawatir..."
Ia mempererat genggaman tangannya, kemudian melonggar. "Akan kami beritahu cairan apa yang disuntikan ke tanganmu ini, Minori," ucapnya kemudian.
Aku tertegun. Ia mengatakan 'kami' yang bisa kutebak itu ialah ia dan Haruka-sensei. Sebenarnya cairan apa yang disuntikkan padaku? Kenapa ia begitu cemas?
"Tapi besok, tidak sekarang. Akan kami jelaskan semuanya dan itu akan memakan waktu yang cukup melelahkan. Kuharap ... kau tak terkejut dengan semuanya."
Aku mengangguk pelan.
"Untuk sekarang tidurlah." Ouma-san bangkit dari kursinya, melepaskan tangannya dariku. "Kau perlu istirahat. Aku permisi dulu."
Aku kembali mengangguk, menurut saja. Ia pun membalikkan badan, dan melangkah menuju pintu. Aku takut ia menabrak dinding, tanpa pikir panjang aku turun dari kasur dengan kaki telanjang kutuntun jalannya menuju pintu dan membukakan untuknya. Ia terkejut akan bantuanku, saat ia membuka mulut aku langsung mengeluarkan suara 'sshh' agar tak berkomentar apapun.
"Ouma-san akan beristirahat di mana?" tanyaku dengan suara pelan.
"Aku akan beristirahat di ruang kerjanya Haruka, di lantai atas ini."
"Bisa sendiri?"
"Tak perlu khawatir, selama kau tidur aku sudah hapal liku gedung ini. Kembalilah ke tempat tidurmu."
"Hm, setelah Ouma-san jalan...."
"Baiklah ... kalau gitu aku permisi dulu."
"Hum...."
"Mata ashita."
"Mata ashita."
__**to be continued**__
KAMU SEDANG MEMBACA
GC: The Righthand of Eve [END]
FanfictionToyone Minori ialah salah seorang anak yang selamat dari peristiwa Lost Christmast ke-4. Lima tahun telah berlalu dan kini ia seorang remaja SMA dengan kehidupan normalnya... Suatu hari ia bertemu dengan seorang pria bernama Ouma Shu... Beberapa min...