C-14 : situation when she collapsed

49 10 0
                                    

Dua belas hari lalu...

Rumah sakit umum Aoyama tampak sangat sibuk, dua hingga tiga kali lipat dari biasanya. Dokter, perawat, bahkan para relawan sibuk bolak-balik membawa pasien yang terkena wabah virus mendadak.

Virus yang sejenis dengan apocalypse menyerang warga Aoyama, lebih tepat di sekitar gedung Serah Pharmacy. Mobil ambulance datang dan pergi. Isak tangis dan suara ketakutan bergema disana-sini. Saking sibuknya, dokter dari luar kota pun didatangkan untuk menangani kasus ini.

Untungnya virus ini hanya menyebar di kota ini saja, tampaknya.

Sebuah ambulance tiba di rumah sakit membawa seorang pasien yang telah tertidur dengan muka pucat dan tangan kanan yang telah dipenuhi oleh kristal ungu. Setelah ia diturunkan beserta tempat tidur dorong perawat langsung membawanya ke ruang khusus perawatan, tempat isolasi khusus mereka yang telah terinfeksi virus dengan parahnya.

"Minori-chan, maafkan onichan." Lelaki itu terisak ikut mendorong tempat tidur itu bersama perawat lainnya.

Setiba di ruang khusus itu ia dan temannya disuruh untuk tetap di luar, karena tubuh adiknya akan diperiksa oleh dokter. Ia sangat bersikeras tetap disamping adiknya, namun perawat menolak permintaannya. Temannya pun menahan bahunya dan membawanya duduk agar tetap tenang.

"Adikmu akan ditangani oleh dokter yang berpengalaman akan virus ini. Kau seharusnya tenang!" suara temannya itu agak keras, kalimatnya seperti tamparan baginya. "Jika kau tak mau membebani adikmu sebaiknya kau diberi vaksin agar virus dari adikmu tak menular! Aku juga tak mau tertular oleh penyakit sialan ini!" Ia terlihat sangat kesal dengan situasi saat ini.

Namun kata kasar itu menyadarkan Mamoru. Ia mengangguk perlahan, tak bisa menjawab dengan lisan. Ia begitu terpukul melihat kondisi adiknya yang tak berdaya dalam ruang auditorium sekolah.

Ia terlalu paranoid akan kisah Daryl tentang peneliti yang masih mencari inang yang tepat untuk menumbuhkan virus apocalypse seperti lima tahun yang lalu. Hingga ia membiarkan adiknya sulit ditemukan oleh dokter yang tiba di sekolah, terlambat memberikan pertolongan pertama, dan telah kehilangan kesadaran. Beruntung gadis itu masih bisa bernapas meski tersengal.

Daryl Yan menepuk pundak Mamoru. "Ayo ke ruang perawatan, tadi kita melewatinya."

Saat mereka berdua akan beranjak wanita paruh baya menghampiri mereka dengan langkah tergesa. Wanita itu langsung memeluk Mamoru dengan genangan air mata. Ia tampak baik-baik saja, ia juga lega melihat anak sulungnya sehat, namun tidak dengan anak bungsunya.

Mamoru mendekapkan wajahnya ke pundak ibunya. "Maafkan Mamoru, kasan, karena aku Minori-chan...." ia tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Mamoru begitu terpukul akan keputusannya pada adiknya. Ia merasa tidak berguna sebagai kakak. Seharusnya, dalam pikirnya, ia ada di samping adiknya saat itu terjadi.
.
.
.
Tiga hari perawatan...

Gadis bernama Toyone Minori itu belum juga memberikan tanda akan siuman. Ia masih tertidur pulas dengan alat bantu pernapasan. Infus tetap mengalirkan energi lewat pergelangan tangannya.

Sedangkan tangan kanannya, kristal itu berangsur menyusut perlahan. Ibu dan kakaknya bergantian menemaninya setiap hari. Namun karena virus masih menyebar di tubuhnya ia tak boleh dijenguk ole siapapun, hanya keluarga yang boleh masuk ke ruang inap Minori.

Teman-teman sekelas maupun satu klubnya hanya bisa melihat sosok gadis itu terbaring di kasur dari balik kaca pintu.

"Minori-chan, cepatlah sembuh," ucap Kayo lirih.

Anko memegang pundak Kayo, ia sama sedihnya dengan temannya itu. Andai ada yang bisa ia lakukan untuk menolong sahabatnya yang terbaring pasti telah dilakukannya, namun saat ini tak ada yang bisa dilakukannya. Hanya doalah yang bisa mereka lakukan demi keselamatan nyawa gadis itu.
.
.
.
Malam di hari ketiga perawatan...

GC: The Righthand of Eve [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang