C-11 : the Apocalypse

111 10 8
                                    

Hari pertama bunkasai pun dibuka!

Banyak pengunjung mendatangi sekolah kami. Hingga terlihat setiap stand dan kelas sibuk melayani pengunjung dengan sebaik mungkin. Terutama kelasku.

Karena berita tersebar toko kue terenak di Aoyama hadir di sekolah kami kebanyakan pengunjung yang tiba para gadis yang ingin mencicipi sepotong kenikmatan kue Tamura.

Dan karena adanya harga yang lebih murah dibanding harga jual tokonya, juga karena para murid yang membuat-tapi lebih banyak Mariko sih yang buat, haha-akhirnya kelas kami sibuk kesana-kemari melayani tamu yang datang.

Sepuluh pelayan pun keluar dalam hari pertama. Yang bertugas membeli bahan pun melakukan tugasnya lebih cepat dari yang diprediksi untuk membeli persediaan membuat kue.

"Minori-chan, kapan film klubmu tayang?" tanya Kayo yang sibuk mencampur bahan.

"HOI, KAYO! Jangan bicara saat bekerja!" peringat Mariko kesal. Ia kembali mengecek suhu oven untuk membakar kue.

Kayo hanya terkekeh, ia sangat suka membuat orang lain kesal terhadapnya.

Pesanan di atas nampanku telah lengkap, langsung kuangkat untuk dibawa ke pelanggan yang memesannya.

"Jam sebelas, aku gak tahu apa bisa pergi sebentar. Pelanggan hari ini sangat banyak!"

"Kamu bisa pergi kok, Minori-chan, biar aku yang urus," ujar Anko yang kembali membawa piring-piring kotor.

"Hora! Jangan berdiri aja! Cepat bawa pesanan ke pelanggan!" kesal Mariko.

Aku tertawa gugup. "Baik, kulaksanakan, Mariko-sama," gumamku bergedik ngeri.

Ternyata Mariko benar-benar tegas sebagai 'kepala koki' di cafe kelasku.

Setelah keluar aku mendengar Anko marah pada Mariko yang berlagak seperti ketua yang mengatur semuanya padahal tugasnya hanyalah membuat kue. Mariko sendiri kesal karena Anko terlalu baik padaku dan kerjanya hanya bisa cuci piring-piring kotor.

Daerah dapur yang kutinggalkan menjadi perang panas dan teman-teman yang lainnya berusaha melerai mereka berdua. Kuharap dapur tidak hancur oleh mereka berdua.

"Mont black dan matcha ice cream dengan toping chocochip," kataku meletakkan pesanan sambil menyebut namanya.

"Terimakasih," balas pelangganku itu.

Aku mengangguk, "Sama-sama."

"Pelayan!" Terdengar suara pelanggan lainnya yang ingin memesan.

Aku langsung membalikkan badan menghadap pelanggan yang meminta pelayanan. Sebagai pelayan harus bersikap sopan, memberikan senyuman lebar yang ramah pada pelanggan. Itu yang kulakukan saat ini. "Iya-ee...?"

Ceklik!

"Waaah~ Minori-chan kawaii~."

"O-onichan??" kagetku.

Suaraku tertekan ke dalam saat tahu Mamo-ni memoto wajahku tepat disaat wajah pelayan yang penuh keramah-tamahan. Sial!!

Wajahnya terlihat senang melihat hasil jepretannya. Ukh, kalau dia bukan kakakku mungkin sudah kubanting keluar dari kelas, dan kameranya kuinjak sampai hancur beserta kartu memorinya!

"Onichan..."

"Eits! Hari ini aku pelanggan, jadi panggil aku 'gosujin-sama'!" pintanya. "Ayo, ayo~."

"Huh, kekanak-kanakan," komentar seseorang yang duduk di hadapan Mamo-ni.

Aku kaget karena tak menyadari kehadirannya. "Siapa?" gumamku.

GC: The Righthand of Eve [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang