C-02 : Time with Bestfriends

137 12 0
                                    

Hari ini SMA Aoyama sama seperti hari biasanya, aman, damai, dan berisik oleh seratus mulut siswa yang datang mengucapkan salam sapaan pada temannya.

"Ohayou, Minori-chan," sapa Anko.

"Ohayou," balasku.

Anko duduk di depanku. Setelah meletakkan tas di atas bangku ia memiringkan duduk menghadap ke arahku. "Aku punya kabar heboh!" bisiknya.

Aku yang sedari tadi tak lepas dari buku kini menatapnya penasaran. Sebagai ketua kelas yang sering keluar-masuk ruang guru pastinya selalu update akan berita terbaru seputar sekolah.

"Apa?" tanyaku semakin mencondongkan tubuh ke depan.

Anko melirik sekitar, kelas pagi ini belum begitu ramai, kebanyakan mereka lebih memilih duduk berkelompok dengan teman terdekatnya, beramah-tamah maupun bergosip.

"Pemilik Fune Fondation akan datang ke sekolah ini sebagai pembicara kuliah umum pagi ini!"

"Siapa?"

Anko berdecak kesal karena tak ketahuanku, atau lebih tepatnya karena aku pura-pura tak tahu. "Ouma Shu! Siapa lagi??"

"Hah? Serius??" suaraku hampir meninggi. Kami sama-sama melirik teman yang heran dengan kami berdua. Kami hanya tersenyum kaku, meminta maaf lewat anggukan kepala.

Anko mulai merubah raut wajahnya. "Kudengar Ouma Shu itu tampan~! Aah..."

"Hm, memang." Aku mengangguk setuju.

Meski wajahnya terpampang di media online, tapi setelah melihat langsung, tepat di depan dua mataku ketampanannya menjadi dua kali lipat! Lelaki dewasa yang jadi idaman. Pasti banyak gadis yang mengantri untuk menjadi kekasihnya.

Tiba-tiba saja terlintas bayangan Inori dalam benakku. Wajah yang tersenyum penuh misteri mendengar nama gadis itu, ia tersenyum kecut atau merasa lega karena suatu hal?

"Tapi kudengar ia cacat. Apa itu benar?"

Publik tak terlalu begitu tahu sosok Ouma Shu yang sesungguhnya. Ia seakan publik figur yang sangat susah dijangkau. Hanya segelintir yang mengenalnya dan orang-orang itu tampak merahasiakan apapun identitas kehidupan pribadinya.

"Buta," lirihku.

"Hm?"

Aku cepat menggeleng. "Tidak, tidak ada. Aku hanya bergumam soal pelajaran ini. Lihat, agak susah ya?"

Aku mengalihkan pembicaraan, ketua kelasku ini tak begitu mempermasalahkannya, justru melihat ke arah buku yang kusodorkan.

"Ah, memang benar. Tapi coba kamu pakai rumus turunan ini, pasti dapat hasilnya."

"Waah, Anko hebat!" pujiku.

"Kau bisa saja!"
.


.
.

**GC: TRoE**

.
.
.
Kuliah umum yang dilakukan sekali sebulan ini berlangsung selama tiga puluh menit.

Biasanya para murid di sepuluh menit pertama sudah menguap, tapi indera penglihatan dan pendengaran para siswi terpasang dengan baik mendengar dan memperhatikan setiap sikap pemateri hari ini.

Berkat itu para siswa yang iri hanya bisa menahan kekesalan, memasang mata dan telinga mencari kelemahan lelaki yang berdiri di atas podium lapangan.
Tak hentinya pujian akan kekaguman dari para siswi hingga kami tiba di kelas sekalipun.

"Huh, apanya yang tampan? Orang itu buta!" ucap salah seorang teman sekelasku blak-blakan.

Semua mata tertuju padanya, penuh dengan perasaan heran, kaget, dan kebencian.

Aku sama sekali tak menyangka teman sekelasku itu dengan mudahnya mengucapkan hal lancang seperti itu. Untung saja ia bicara dalam kelas, aku tak bisa membayangkan jika para guru mendengar ucapan itu. Apalagi didengar oleh orang yang diperbincangkan.

"Kau hanya iri, Kasugai-kun!" cibir para siswi.

"Jangan memandang orang dari fisik saja!" timpal yang lain.

"Huh, bukannya kalian baru saja menilai fisiknya?" Kasugai membalikkan pernyataan.

"Setidaknya ia tak mengesalkan sepertimu, Kasugai-kun!" ucap Kayo yang mulai kesal.

"Kau!"

"Hei-hei, sudah!" lerai Anko. "Sebentar lagi jam pelajaran pertama dimulai. Jangan sampai sensei marah akan sikap kita!"

"Kau urus saja temanmu, Hanawa!"

Wajah Anko memanas, ia sangat tak suka temannya tak menghargai posisinya sebagai ketua kelas. Aku dengan cepat memegang pundaknya untuk menenangkannya. Jika tidak tak tahu apa yang akan Anko perbuat pada Kasugai.

Namanya saja Hanawa Anko, gadis berkacamata yang pandai dan ketua kelas yang ramah, tapi dibalik itu ia memiliki kekuatan yang bisa mematahkan lengan teman seusianya bahkan laki-laki sekalipun!
.
.
.

**GC: TRoE**
.


.
.
Sesuai janji dengan Kayo, aku dan Anko ikut ke tempat karaoke yang baru saja buka beberapa hari yang lalu. Kayo sangat jeli memilih tempat melepas penat seusai sekolah, meski ruang karaokenya kecil tapi nyaman dan pilihan lagunya juga banyak. Masing-masing kami memilih satu lagu untuk dinyanyikan solo. Dua temanku sudah bernyanyi duluan, aku masih mencari lagu yang kusuka dalam daftar lagu.

"Sayang, ya, tak ada lagu EGOIST," sindir Kayo yang kembali duduk di sampingku.

Aku menyunggingkan senyum kesal. Hanya segelintir orang yang memahami lagu kesukaanku. Hanya Mamo-ni, kakakku, bahkan ibu sendiri ngeri mendengar lagu itu.

"Ya sudah, kalau gitu ini saja," putusku. Kupilih salah satu lagu dalam daftar tersebut, salah satu lagu yang kusuka.

"Dare mo inai douro de ryoute wo hiroge aruita, me wo tojite kara watashi wa sotto kokoro no naka de chiisana kake wo shitanda. Hakusen kara ochitara make mukashi konna no yatteta, aa, nanka natsukashii na...." (Perfect Day by supercell with Nagi as vocalist).

__**to be continued**__

============================


Writer says~

Ohayou gozaimasu~!
Update pagi2 banget takut gak sempat >___<

Chap kali ini "santai" banget yaa~
Klimaks masih jauh~! (。⌒∇⌒)。
Semoga sabar menanti chap selanjutnya~

Sore jyaa~ mata nee~
(* ̄▽ ̄*)ブ

============================
publish: July 7, 2016, at 6.06 am

(pagi banget!!)

GC: The Righthand of Eve [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang