[Bonus] Chapter 23.7 - Aib

123 17 3
                                    

Hmm, kenapa tuh anak? tanyaku dalam hati melihat Firma yang tengah duduk sambil tertawa sendirian. Segera aku menghampirinya sambil membenarkan lipatan celana dan jaketku. "Ngapain ketawa-ketawa sendirian?"

"Eh Dik, kau udah selesai magribnya?"

"Udah," jawabku pelan sambil duduk di samping Firma, "kenapa tadi ketawa-ketawa sendirian? Kaya orang gila aja."

"Lihat! Lihat!" ujar Firma sambil terus tertawa melihat fotoku yang tak sengaja terlihat memejamkan mata dengan gigi atasku saja yang terlihat. Aku hanya diam pura-pura tidak mendenganya. "Muka kau sangat lucu!" celoteh Firma lagi sambil tertawa.

"Ck! Aku, 'kan emang lucu. Baru sadar, ya?"

"Yey, pede kau," jawab Firma sambil memukul bahuku. Aku hanya terkekeh pelan. Firma hanya mengembungkan pipinya lalu memasukan fotonya ke kantung berwarna hitam, sekilas kulihat sebuah dus kamera polaroid di dalamnya.

"Itu beli kamera polaroid gak mahal apa?" tanyaku kepada Firma. Ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ya, terserah deh. Toh pake duitnya sendiri, gumamku dalam hati.

Cukup lama kami berfoto ria di studio dengan berbagai latar dan setting seperti yang diinginkan oleh Firma. Setelahnya, kami memutuskan untuk mencetak beberapa foto sebagai kenang-kenang-kenangan. Bersamaan dengan itu kami melihat beberapa kamera yang dipajang di etalase ruangan, dan sekejap mata kamera polaroid itu sudah berada di tangan Firma.

"Dik?"

"Hmm."

"Lapar," ujar Firma pelan sambil mengusap perutnya yang kecil.

Aku melihat jam tanganku sejenak.

"Aku sih yuk," jawabku sambil mengikuti juri acara ajang pencarian bakat yang terkenal di tahunku.

"Dimana?"

"Mana aja asal cepet, dan gak ribet," jawabku.

Firma mengerutkan dahinya. "Gak mau gitu misal sushi, sashimi, atau ...."

"Wasabi sepiring?" celotehku sambil
memandang Firma. Sontak Firma tertawa terbahak-bahak. Melihat Firma tertawa, entah kenapa aku pun ikut tertawa. Cukup lama kami berkeliling hingga kami akhirnya memilih tempat makan bernuansa Korea yang berada di lantai atas.

Aku mengikuti Firma dari belakang sambil mengamati seisi penjuru. Berbagai ornamen juga warna merah yang dominan menambah kesan Tiongkoknya ketimbang Koreanya. Aku terbangun dari lamunanku karena Firma mencolek diriku. "Kau pengen duduk di mana?"

"Sana aja," jawabku sambil menujuk salah satu meja yang berada di pojok aruangan. Firma mengangguk dan segera berjalan ke sana, sedangkan aku mengikutinya.

"Mas!" panggil Firma sambil mengangkat tangannya, tak lama seorang pria datang menghampiri kami dan menyerahkan dua buku menu. "Mau apa kau?"

"Bebas," jawabku singkat. Firma hanya mengebungkan pipinya, lalu menunjuk beberapa menu di buku menu.

"Nanti kita ke Ciamisnya gimana?" tanya Firma sambil menutup buku menu yang ditinggalkan di meja.

"Ya naik bis ajalah," jawabku sambil tetap melihat buku menu. Firma merebut buku menuku dan meletakannya di meja. Kulihat Firma memasang wajah tak percaya dengan mulutnya yang menganga.

"Serius?"

"Iyalah."

"Ahh enggak-enggak!" tolak Firma sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "aku gak mau kalau gitu."

Masa Depan : Love, Friends, Fact and HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang