"Parah kan? udah gak bakal salah lagi mereka pasti bakal bertindak asusila," ujarku lagi.
"Tapi Citra, benar di data kependudukan pak RT gak ada satupun pasangan yang sudah menikah?" tanya Firma. Citra hanya mengangguk.
"Rata-rata di kontrakan ini mahasiswa dan pekerja pabrik kak, tapi aku gak tau keseluruhan juga sih, Abi yang ngurus semuanya," jelas Citra.
"Yaudah, ayo kita pastikan ke pak RT, kalau terbukti mereka belum menikah, baru kita dobrak ramai-ramai terus, arak keliling kampung!" ujarku sambil mengepalkan tanganku.
"Dik! Tenang! Gak perlu segitunya kali!" ujar Firma dengan nada tinggi. Aku hanya terdiam mendengarnya. "Kita gak perlu mengarak-ngarak mereka. Kalau dari yang kita lihat, ini terjadi atas dasar suka-sama-suka, bukan kasus pemerkosaan atau sejenisnya. Mereka hanya sepasang pemuda pemudi yang dibutakan oleh Setan! Oleh nafsu dunia!"
"Lho? mengarak-arak itu salah-satu bentuk supaya mereka jera Fir! Salah-satu hukuman dari norma sosial, agar pasangan muda mudi yang lain tahu dan takut!"
"Dalam hal ini, mengarak mereka bukanlah salah-satu norma sosial, tapi kita menyebarkan aib mereka!! Kita menyebarluaskan kekhilafan mereka!!"
"Aku sudah muak dengan hal ini! Biarkan aku yang mendobrak kamar mereka! Aku gak mau kena dosa mereka karena aku gak sengaja liat dan hanya diam saja!" Aku segera berjalan keluar berniat menyeret sampah-sampah itu. Belum sempat aku keluar, Firma sudah menutup pintu kamarku dan menghalangi dengan tubuhnya.
"Kau mau apa Dik?!"
"Sudah jelas kan? Aku bakal memberikan pelajaran kepada mereka! Dan membuat mereka tersadar kalau mereka itu salah Fir!"
"Tapi bukan dengan cara kau mendobrak mereka? Masih ada cara lain yang lebih halus," ujar Firma sambil sedikit memelas.
"Halus? maksudmu dengan menegurnya?" Firma hanya mengangguk pelan. "Are you fucking kidding me?! Menegur itu gak bakal ada efeknya Fir, sadarlah! Lambat laun mereka akan mengulangi hal itu lagi dan lagi! Dan orang lain akan mengikuti mereka! Akan terjadi semacam efek domino satu orang mencoba yang lain ada keinginan untuk mencoba, mengarak mereka adalah pilihan yang seharusnya dilakukan! Bahkan dalam Islam pun diberlakukan hukum rajam[1] bagi pasangan yang sudah menikah!"
"Dan apakah mengarak-ngarak mereka menunjukan kepada semua orang akan kebodohan mereka akan membuatnya jera? bagaimana bila karena ini mereka depresi, stress, menjadi gila, lalu mereka bunuh diri? Bagaiamana?!"
"Lebih baik mereka hilang dari dunia ini!"
"Kau itu—" Firma terdiam tak melanjutkan perkataannya. Telunjuknya yang panjang mengarah tepat didepan wajahku. "—kau itu mencoba menyelesaikan masalah yang bersumber dari setan dengan cara setan pula Dik!"
"Apa maksudmu?"
"Mereka cuma khilaf Dik,"
"Bukankah para pelaku pemerkosaan, pencabulan, pedofilia, bahkan pembunuh sekalipun karena khilaf? Karena lupa? Karena terbutakan oleh nafsu dunia juga kan?"
"Itu beda!"
"Apa bedanya!" tanyaku lagi. Firma hanya terdiam. "Apa bedanya?! Kamu aja gak taukan bedanya apa Fir?" tanyaku dengan nada tinggi. Terlihat Firma hanya menundukan kepalanya.
"JAWAB FIR?"
"SEBAB DI KASUS YANG KAU SEBUT ITU ADA KORBAN!!! DAN KAU TAK TAHU RASA TAKUT JIKA AIBMU DIKETAHUI OLEH UMUM!!!" jawab Firma sambil berteriak, tangannya mengepal keras di samping badannya. Terlihat matanya berkaca-kaca penuh dengan air mata. Mata coklatnya memandang tepat ke arahku menujukan sisi tegarnya, namun raut wajahnya menujukan hal yang berlawanan dengan sorot matanya. Aku hanya membuang muka dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air, bersamaan dengan itu kulihat sesaat tubuh mungilnya seperti kehilangan keseimbangan dan terbersandar ke pintu. Terdengar Citra mencoba menghibur Firma yang tengah menangis keras di pelukan Citra.
"Udah kak, kalian gak perlu sampai bertengkar, kita cuma perlu laporin ini ke Abi nanti biar Abi yang urus semuanya," usul Citra sambil memeluk Firma. Masih kudengar suara isak tangis Firma yang sedikit ditahan.
"Terserah! Urus saja sama kalian berdua!"
"Kak Dika gak ikut?" tanya Citra. Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan Citra. "Yaudah, kami pergi dulu, Assalamu'alikum," ujar Citra. Terdengar suara pintu tertutup dan suasa begitu hening.
Aku menegak sekali lagi air putih dari dispenser, dan berdiri didepan wastafel. Kunyalakan kran air sekencang mungkin, lalu kubasuh mukaku berkali kali. Aku tertunduk diam, memandang pantulan wajahku di genangan air yang ada di wastafel.
"Bodoh," ujarku pelan.
Karena di kasus yang kamu sebut ada korban!
Terngiang perkataan Firma di telingaku. Sorot matanya yang begitu tajam masih tergambar di pikiranku. Aku kembali membasuh wajahku lagi.
Meong. Kulihat Katie tengah menggosok-gosokan badannya di betisku. Aku melihat wajah Katie yang begitu tenang seolah tengah berkata kepadaku. Aku hanya tersenyum melihatnya dan mengusap kepalanya. Terdengar suara adzan magrib berkumandang, aku segera bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan segera menganti kemeja yang aku gunakan.
Meong. Terdengar kembali suara Katie tengah duduk di sofa ruang tengah memandang ke arahku. Aku hanya tersenyum memandangnya.
"Katie, jaga rumah yah, aku segera kembali"
Meong.
Aku segera berjalan menuju masjid, selama dijalan tak terlihat pak RT seperti sebelum-sebelumnya, begitupun dimasjid. Ya mungkin lagi ngurusin kasus yang tadi, ujarku dalam hati. Tak lama anak kecil yang pernah aku temui berlari dan duduk disampingku. Aku hanya memandangnya anak itu.
Iqomah telah di kumandangkan, para jemaah siap akan kewajiban untuk mendirikan sholat. Bersama anak kecil berwajah menawan, aku berdiri meletakan semua beban yang ada, memuja Dzat Yang Maha Mengetahui.
"Allahu Akbar."
***
Dipublikasikan pertama kali:
17 Juni 2016
Dengan sedikit pengubahan:
5 Oktober 2016Catatan:
[1] Rajam : Hukuman dalam Islam dimana seseorang melakukan zina yang sudah menikah dengan cara dikubur hidup-hidup tubuhnya menyisakan kepala dibiarkan tidak dikubur, lalu dilempari oleh batu hingga mati.Quote of Chapter:
"Marah dalam menyelesaikan masalah sama saja kau mengizinkan Setan untuk ikut menyelesaikannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Depan : Love, Friends, Fact and Hope
Ficção GeralT A M A T #205 di Fiksi umum (16 Mar 2017) [Cetakan/Editan pertama Mei 2016] [Cetakan/Editan kedua Agustus 2016] [Cetakan/Editan ketiga September 2017] Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terbangun di masa depan? Itulah yang terjadi dengan Dika Ma...