"Brengsek!" Si Pria Berkumis itu mengibaskan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya masih setia menutupi hidungnya. "Beraninya kau memukul hidungku!"
"Memukulmu? Aku hanya membela diri. Kau yang pertama kali mencari masalah di sini," belaku.
"Aku hanya ingin membawanya pergi dari hasutan teman si Pemuda Busuk itu!"
"Ini bukan seperti yang anda pikirkan! Firma dirawat di sini karena ...."
"Tutup mulutmu!" teriak si Pria Berkumis yang memotong perkataan Kak Dok. Tangan kirinya dengan tegas menunjuk tepat ke arah Kak Dok. "Lebih baik kau diam saja!"
"Tidak bisa," potongku cepat. "Sebab dia adalah dokter yang menyelematakan Firma."
"Cih!" Pria Berkumis itu membuang muka seraya meludah ke sisi kanannya. "Aku sudah muak dengan sandiwara palsu ini!" Pria Berkumis itu berlari ke arahku dan dengan cepat melayangkan tinju kanannya tepat ke pipi kiriku.
"Dika!" teriak Kak Dok seraya berlari menghampiriku. Kubentangkan jemari kananku agar Kak Dok berhenti dan tidak perlu khawatir.
"Itulah yang kau dapatkan jika mengganggu urusan orang lain!" celoteh Pria Berkumis seraya mengepal dan memasang kedua tangannya, melindungi tubuh bagian atasnya. "Ayo! Maju kalau berani!"
Aku terdiam dan terkekeh pelan. "Kau tahu ... pukulanmu itu tidak ada apa-apanya bagiku. Bahkan, tamparan yang kudapatkan dari Firma lebih menyakitkan."
Kulihat Pria Berkumis itu sedikit terkejut, dibuka mulutnya lebar-lebar hingga menampilkan giginya yang mengerit. Kepalan tangan kiri-kanannya semakin lama semakin kuat.
"Bagaimana kalau ... kuberi kau satu kali kesempatan untuk ...." Kuketuk-ketuk pipi kiriku dengan telunjuk kiriku.
"Bedebah!" Pria berkumis itu kembali berlari ke arahku dengan tangan kanan mengepal.
Aku tersenyum saat Pria Berkumis itu mengikuti keinginanku. Satu, tarik napas. Dua, tempelkan kedua telapak tangan di dada, bersamaan dengan itu pasang kuda-kuda dengan kaki terkuat sebagai tumpuan di depan. Tiga, dorong lawan dengan gaya yang berasal dari kaki tumpuan depan, lalu menjalar melalui, paha, pinggang, punggung, bahu, telapak tangan secara cepat, bersamaan dengan itu hembuskan napas lewat mulut.
Kuambil napas dalam-dalam sejenak, lalu dengan cepat aku mengelak ke kanan menghindari tinju kanannya. Kuposisikan kaki kananku berada di depan, sedang telapak kananku menempel di dada kiri-kanannya. Kuembuskan napasku secara kasar. Dengan cepat kuledakan tenaga yang menjalar hingga Pria Berkumis itu terdorong terguling sejauh empat meter.
Pria Berkumis itu merintih kesakitan. Namun, ia kembali berdiri, berlari ke arahku dan menghantam tubuhku hingga aku terjatuh. Belum sempat aku berdiri sekilas kulihat sebuah kaki hendak menginjak perutku. Sial! gumamku seraya berusaha mengangkat kedua tanganku untuk melindungi kepalaku. Namun, dengan cepat Kak Dok mengunci kedua lengan Pria Berkumis dari belakang dan menyeretnya menjauhi dariku.
Aku segera berdiri, mengontrol napasku yang sedikit kacau. Kulihat Pria Berkumis itu masih memasang wajah marahnya. "Ayo! Sini kalau berani!" ujarku mencoba memancin emosinya.
"Dika!" ujar Kak Dok pelan seraya menatapku dingin. Tanpa sadar aku berjalan mundur mendengar suara itu. Ada sedikit perasaan takut dan rasa mengintimidasi yang keluar dari sorot mata Kak Dok. Lalu, Kak Dok kembali melakukan hal itu kepada Pria Berkumis yang membuatnya sedikit lebih tenang.
"Pertama, kami tidak tahu apa yang menyebabkan anda seperti ini, tapi tolong dengan rasa hormat jangan berbuat keributan! Ini rumah sakit! Ini juga untukmu Dika!" ujar Kak Dok seraya memandang ke arahku dingin. "Kedua, tentang sandiwara atau sejenisnya itu salah besar! Firma tengah terbaring sakit! Dan dia tengah tak sadarkan diri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Depan : Love, Friends, Fact and Hope
General FictionT A M A T #205 di Fiksi umum (16 Mar 2017) [Cetakan/Editan pertama Mei 2016] [Cetakan/Editan kedua Agustus 2016] [Cetakan/Editan ketiga September 2017] Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terbangun di masa depan? Itulah yang terjadi dengan Dika Ma...