"Ngg ...." Aku mengerjapkan mata kala mendengar suara ketukan di pintu depan. Masih setengah sembilan, gumamku pelan seraya duduk di tepi kasur dan segera berjalan keluar guna membuka pintu. Kulihat Kak Dok tengah berdiri di depan.
"Ah, Assalamu'alaikum, Dika," sapa Kak Dok.
"Wa-wa'alaikumsalam, Kak."
KakDok memandangiku dari bawah ke atas. "Kamu ... baru bangun?"
Aku mengangguk pelan.
"Kalau begitu lekaslah mandi. Kakak menunggumu," pinta Kak Dok seraya melewatiku dan menyimpan tas berwarna hitam yang ia bawa di kursi.
"Emang kita mau ke mana, Kak?" tanyaku pelan.
Kak Dok hanya menoleh ke arahku. Setelah itu ia melepas kacamatanya dan memberikan isyarat agar aku segera masuk ke kamar.
Aku hanya mengangguk pelan dan segera masuk ke kamarku. Kak Dok mau ngapain ya? Apa soal Firma? tanyaku dalam hati. Kubuka bajuku dan masuk ke kamar mandi.
Selama aku mandi, kudengar suara gaduh dari luar. Kak Dok ngapain coba? tanyaku dalam hati. Tidak ingin membuat Kak Dok—juga rasa penasaranku—menunggu, aku mempercepat kegiatanku.
"Baiklah, sekarang ... Kak?" panggilku sesaat setelah keluar. Kucari Kak Dok di dapur atau ruang tamu, tapi tak kudapati dimana Kak Dok berada.
"Kamu udah selesai?" tanya Kak Dok dari belakang. Segera aku berbalik dan ekor mataku menangkap sosok yang kucari tengah berdiri di teras. "Ikuti Kakak," imbuh Kak Dok.
Aku mengekori Kak Dok keluar dan kulihat sebuh motor sport berwarna hitam gelap terparkir di depan garasi. Dari modelnya, bisa kulihat jika motor tersebut tidak ada yang berbeda dengan motor sport di tahunku. "Kau bisa menggunakan motor?"
"Bisa."
"Bagus!" puji Kak Dok seraya melemparkan sebuah kantong lengkap dengan remote-nya. "Itu remote dan STNK-nya di sana. Helmnya ada di garasi. Cara menyalakannya, dekatkan remote ke motor lalu putar knob ke arah on. Kalau mau matiin, putar knob ke arah off. Untuk kunci stang, putar knob ke arah lock. Untuk buka tangki bensin, putar knob ke arah fuel. Remote harus berada sekitar radius satu meter dari motor untuk memutar knob. Jika tidak, knob berputar akan berputar secara kosong atau loss. Gimana? Paham, 'kan?"
"Paham, Kak. Tapi Kak ... SIM C-ku 'kan gak ada?" tanyaku spontan.
"Gak ada?" Kak Dok mengangkat satu alisnya.
Ah keceplosan, batinku. "Ma-maksudku aku belum bikin SIM C," jawabku berbohong. Gak mungkin aku bilang SIM C-ku hilang karena kecelakaan. Ini E-KTP aja E-KTP palsu.
Kak Dok melihat ke arahku dengan tatapan dingin. "Kalau begitu cobalah untuk tidak melanggar lalu lintas," ujar Kak Dok seraya berjalan ke samping garasi. "Kamu masih ingat perkataan Kakak pagi buta tadi?"
"Tentang cara menghadapi 'kebingungan' itu?"
Kak Dok mengangguk pelan dan membuka pintu garasi. "Kalau begitu selama beberapa hari ke depan, kamu akan mencoba menghadapi kebingungan itu."
Aku terdiam kala melihat sebuah matras berwarna hijau tua di tengah ruangan—atau mungkin di tengah garasi. Di atasnya terdapat sebuah manekin pria dewasa tengah tertidur. Apa-apaan ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Depan : Love, Friends, Fact and Hope
General FictionT A M A T #205 di Fiksi umum (16 Mar 2017) [Cetakan/Editan pertama Mei 2016] [Cetakan/Editan kedua Agustus 2016] [Cetakan/Editan ketiga September 2017] Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terbangun di masa depan? Itulah yang terjadi dengan Dika Ma...