Rasanya aku ingin tidak percaya dengan apa yang aku dengar, tapi inilah kenyataannya..
Cantik, tinggi, langsing, putih, dengan senyum indah. Itulah perempuan yang baru saja dikenalkan oleh Adit.
"Hai.." katanya sambil mengulurkan tangan. Aku hanya bisa menjawab uluran rangannya dengan berusaha untuk tersenyum.
"Kita kesana dulu ya dit." Akhirnya Bela menarik tangan ki menjauh dari mereka. Cuma Bela disini yang tau gimana perasaan ku.
"Be..gue pulang dulu ya." Kata ku kemudian.
Aku harus segera pergi dari sini. Air mata ki sudah ingin keluar, aku nggak mungkin memperlihatkan kesedihan ku disini, diantara orang2 yang sedang berbahagia merayakan ulang tahun Adit.Kulajukan motor ku menjauh dari tempat itu. Semakin jauh jarak ku, tapi kenapa semakin ingat aku dengan Adit. Memori tentang dia, tentang bagaimana selama ini kita bersma kembali membayangi pikiran ku. Ternyata selama ini apa yang aku rasa berbeda dg yang Adit rasa. Ternyata perasaan ini hanya aku yang punya.
Ciiiiiitttttt...GUBRAKKK
Kutarik rem motor ku sebisa mungkin sehingga ban motor selip dan keseimbangan ku goyang. Motor ku terjatuh karena menghindari kucing yang tiba menyebrang jalan.
Air mata yang sedari tadi kutahan tiba2 mengalir tanpa ijin. Semuanya terasa begitu melengkapi kesedihanku. Aku berusaha mengangkat motor ku dengan sisa tenaga yang ada. Kutahan luka2 yang ada, kucoba untuk menyalakan motor ku agar bisa secepatnya lari dari sini. Tapi rasanya takdir belum cukup untuk menambah bebanku, motor ku tidak bisa kunyalakan, kupandang sekitar tidak ada siapa pun, aku pun tidak tau dimana aku sekarang, sepertinya aku mengemdarai motor tanpa arah.
Tak ada yang bisa kulakukan selain menangis..rasanya hanya air mata yang bisa sedikit mengurangi beban ku. Kutenangkan diriku dan kiraih ponsel dalam saku.
"Bunda..tolongin Gea." Kata ku sambil menangis
"Geaa..kamu dimana?kamu kenapa?"
Pertanyaan Bunda tidak kuasa aku jawab, hanya air mata yang terus mengalir. Dan tiba2 sambungan telepon pun mati. Lagi2 aku lupa mengecas Hp ku..
Aku benar2 sendiri. Hanya berharap matahari cepat bersinar agar aku terlepas dari gelapnya malam yang perlahan seolah ingin membunuhku.
Entah sudah berapa lama aku disini. Aku hanya berharap Bunda bisa menemukan ku disini.
"Makanya kalo nggak tau mesin itu nggak usah sok bawa motor segala."
Tiba2 ada seseorang menghampiri ku. Kutarik wajah ku yang sedari tadi aku benamkan dibawah kedua tangan ku. Dia lagi, si cowo sialan itu lagi2 datang disaat aku butuh. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkan kesedihan ku. Tapi sepertinya air mata ku kembali tidak bersahabat dengan ku. Tanpa seijin ku air mata ku mengalir dengan derasnya melihat kehadiran orang itu.
Tiba- tiba lengannya menarik tubuhku masuk kedalam pelukannya. Otak ku menolak, tapi hatiku tidak. Aku merasakan kehangatan, kenyamanan, dan keamanan dalam pelukannya.
"Kita pulang ya." Katanya seraya membantu ku berdiri
"Kuat jalan nggak?" Katanya lagi, aku hanya mengangguk mengikutinya menuju mobilnya
"Motor gue?"tanyaku
"Tenang aja..nanti ada yang ngurus motor lu."jawabnya
Tenaga ku sudah habis untuk membantahnya. Aku hanya menuruti saja apa katanya. Rasanya lelah, sakit dan ingin menjaub dari sini.
Mobilnya melaju menembus jalan ibukota menuju rumah ku. Seperti biasa, kami hanya diam. Aku mencoba memejamkan mata ku untuk melupakan semuanya.
Tiba2 mataku dipaksa untuk membuka karena belaian d pipi ku.
"Udah nyampe ni." Katanya sudah berada di sisi kiri mobil dan mencoba membangunkan ku
"Kuat jalan?"katanya lagi lembut..aku hànya menganggukDia membukakan pintu mobil dan memapah ku masuk ke dalam rumah. Bunda terlihat khawatir dan menyambut ku.
"Gea kamu kenapa?Bunda khawatir banget. Kita ke dokter aja ya."kata Bunda dan aku hany menggeleng
"Kalo begitu saya pamit pulang Bunda." Katanya kepada Bunda. Tapi kenapa dia berasa sangat akrab dengan Bunda?kenapa dia memanggil dengan sebutan Bunda? Entahlah..aku terlalu lelah untuk memikirkan itu juga.
*****
Untunglah hari ini hari minggu, jadi aku tidak perlu ke sekolah dan ketemu Adit. Mungkin memang ini murni kesalahan ku. Perasaan ku yang tidak bisa aku kendalikan.
Tapi hari ini aku tetap harus latihan. Aku tidak mau keegoisan ku kembali membuat masalah dg latihannya.
"Ge..lu nggak apa2 kan?semalem gue telpon elu nggak diangkat. Bunda juga nelpon gue nyariin elu."tiba2 Bela menyabutku saat aku sampai di tempat latihan..aku hanya menggeleng sambil bersama dia memasuki tempat latihan.
Tiba2 mataku kembali beradu dengan matanya. Mata yang tajam tapi meneduhkan.
"Udah nggak apa2?"tanyanya dan aku hanya mengangguk
"Kakinya?"tanyanya lagi
"Nggak apa2 kok...mmm..makasih ya."kata ku
" its Ok." Dia hanya tersenyum, mengelus rambutku dan berlalu dari hadapan ku
"Lu utang cerita sama gue."tiba2 Bela membuyarkan pandangan ku pada cowo itu.