Mataku terpaksa kukerjap2kan karena sura Hp yang tidak berhenti berdering.
"Hallo.."
"Gea..lo dimana? Lo kok nggak bilang kalo Aga mau balik ke London..please Ge..bilangin Aga jangan pergi, ntar kita bakal kangen sama dia. Gue di todong pertanyaan nih sama anak- anak." Suara Bela di seberang sana membuat mataku yang tadinya ngantuk langsung terbuka lebar"Lo kata siapa?"
"Lo baru bangun ya..kelakuan lo nggak pernah berubah ya Ge..pantesan lo ketinggalan berita, tidur mulu sih kerjaan lo..liat di media online sana."
Bela langsung menutup telponnya supaya aku bisa browsing berita tentang Aga. Ternyata memang benar, di sebuah media online Aga mengungkapkan bahwa secepatnya dia bakal kembali ke London. Terus aku harus apa? Aku saja belum yakin dengan perasaan ku.
Aku menuruni anak tangga menuju ruang makan. Ternyata sudah jam 10 lebih. Karena ini hari minggu jadi aku bisa bermalas- malasan dan bangun siang.
"Bunda dari mana?" Tanya ku melihat Bunda baru masuk rumah
"Bunda habis nganter Tante Mira beli oleh- oleh, mau dibawa ke London katanya."
Jawaban Bunda sontak mengagetkanku. Aku langsung berlari ke kamar mengambil jaket dan kunci motor. Setelah pamit pada Bunda dan menanyakan alamat Aga, aku langsung memacu motor ku menembus jalanan Jakarta yang lumayan lengang di pagi hari.
"Bu..Aganya ada?" Tanyaku pada wanita paruh baya yang membukakan pintu yang selanjutnya aku tahu itu pembantu rumah tangga di rumah ini
"Den Aga udah pergi non, dari pagi."
Mendengar jawaban itu kaki ku langsung lemas. Tubuhku langsung luruh kelantai. Tangisku pecah.
"Kok lo jahat banget banget sih? Kenapa pergi nggak bilang sama gue? Ketemu buat terakhir kalinya aja nggak."
Aku sudah tidak memikirkan apa yang terjadi di sekitarku. Mungkin si ibu pembantu rumah tangga ini bingung dengan sikapku. Tapi perasaan ini tidak bisa aku tahan. Menyesal mungkin itu yang aku rasakan sekarang.
"Ternyata gini kalo aku pergi?"
Deg....suara itu...bukannya itu suara...
"Aga??"
Aku berbalik setelah mendengar suara yang aku kenal. Aku langsung mengahambur ke pelukannya dan tangisku semakin menjadi.
"Aku pikir kamu udah pergi. Katanya kamu bakal disini sampe aku sehat atau sampe aku ngusir kamu. Dan kayaknya aku nggak pernah nyuruh kamu pergi."
"Kamu ngomong apa sih? Emang siapa yang mau pergi?"
Aku melepaskan pelukanku agar bisa melihat ekspresi Aga.
"Bukannya kamu bilang sama wartawan kalo kamu secepatnya akan balik kuliah di London?"
"Oohh..jadi ngestalk berita tentang aku nih? Jadi kamu buru- buru kesini sampe masih pake piyama gara- gara takut aku pergi?" Aga menyunggingkan senyum yang membuatku salah tingkah. Blushhh....pasti muka ku udah merah padam nih.
Aku baru sadar kalo ternyata saat ini aku masih menggunakan piyama ku hanya kulapisi dengan jaket.
"Jangan- jangan kamu baru bangun tidur terus belum mandi nih." Aga terus meledekku
"Yaudahlah..aku pulang aja." Jawabku kesal
Aga menarik tangan ku dan membawaku masuk ke rumahnya. Aku melihat sekeliling, rumah yang serba putih dan udah kaya lapangan bola. Ini gimana si Bibi bersihin rumah segede ini?
"Eh..kamu mau ngapain?" Tanyaku saat Aga hendak membawaku masuk ke sebuah kamar
"Nggak usah mikir macem2..kamu pasti belum mandi kan? Kamu bisa mandi di kamar ini, atau kalo mau tidur lagi juga boleh. Biasanya kan kalo hari minggu gini baru bangun juga jam 12..."