13

2.6K 267 2
                                    

Penyihir dan iblis. Mereka berbeda.

Penyihir terbagi oleh beberapa kaum, dengan kekuatan yang berbeda-beda. Iblis hanya satu, namun kemampuan mereka berbeda-beda. Iblis terlahir istimewa. Mereka dianggap bangsa yang paling kuat. Dewa. Namun tetap tak melebihi Tuhan.

Tapi seperti apapun mereka, mereka tetaplah manusia.

Sam bisa saja mengemudikan mobilnya dengan lebih hati-hati. Namun setelah mendengar pernyataan dari Arthemis bahwa beberapa lembar buku mantra sempat disobek dan dibawa pergi membuat pikirannya kalut. Ia membanting setir mobil ke samping saat akan berbelok, membuat ban mobil itu berdecit. Beberapa mobil mengklaksonnya saat ia menyalip dan mengemudikan mobilnya sedikit brutal. Untung saja tubuh itu masih ditempati Evelyn. Dia masih bisa memakluminya meskipun ia sempat bernapas terengah melihat Sam mengemudi seolah ingin membunuhnya. Mungkin karena Samael telah menyatu dengannya sifat yang agak brutal itu jadi muncul sekarang. Tapi ia berpikir bahwa inilah sosok Sam yang sebenarnya. Benar-benar menggambarkan Sam yang memiliki semacam aura gelap di dalamnya.

"Jika Fallen tau ini aku yakin dia pasti sudah mencincangmu," ujar Evelyn.

"Tapi kalian sama. Kau takkan berani melakukannya, kan?" tanya Sam dengan napas memburu.

Pintu gerbang besar itu terbuka begitu penjaga melihat salah satu mobil keluarga Sam melaju cukup kencang. Hybrid itu memasuki halaman rumah, memutari sebuah air mancur yang berdiri di tengah halaman, lalu mobil itu berhenti tepat di depan bangunan besar. Sam dan Evelyn sama-sama melepas sabuk pengaman kemudian keluar dari mobil. Sam masuk terlebih dulu ke dalam rumahnya. Di belakang, Evelyn mengikuti. Evelyn menatap langit-langit atap yang sangat tinggi begitu kakinya menginjak di rumah keluarga Sam. Diatasnya ada sebuah lampu gantung besar dan mewah yang terbuat dari kristal dan batuan mahal. Lampu gantung mewah itu menerangi aula dasar, dengan dua tangga yang melingkar dan berakhir di lantai atas. Di bawah kedua tangga itu, atau lebih tepatnya di depannya, ada sebuah pintu coklat yang setengah terbuka. Evelyn melangkahkan kakinya dan mengintip apa yang ada dibalik pintu itu.

Sebuah ruangan. Ruang kerja yang luas.

Evelyn sangat yakin itu adalah ruang kerja milik ayahnya Sam. Rak buku besar memenuhi dinding di belakang meja kerjanya. Terdapat dua kursi, satu sofa dan meja kecil di dekat jendela. Kursi-kursi itu tentu saja untuk para tamunya. Tak ada yang menarik di ruangan itu. Seperti ruang-ruang kerja yang lain. Evelyn mundur, menutup pintu dan berbalik. Ia terperanjat. Terkejut dengan kehadiran gadis yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Gadis itu memiliki rambut hitam sepekat milik Sam, namun memiliki mata coklat cerah.

"Kau siapa?" tanya gadis itu.

Terdengar suara Sam yang memanggil Evelyn dari kejauhan. Perlahan suaranya semakin dekat. Ketika Sam muncul dari lorong dia berhenti dan terkejut. Benar, terlihat dari ekspresi wajahnya ketika melihat gadis itu. Gadis itu berputar dengan tumitnya dan menatap Sam. Mata coklat cerahnya melebar, diikuti senyum yang mengembang. Gadis itu merentangkan tangan, kemudian melangkah cepat dan memeluk Sam.

"Ya Tuhan, ini benar-benar kau, kan?" tanya gadis itu masih sambil memeluk Sam, kemudian sedikit menjauh untuk mendongak dan menatap wajah Sam. "Kenapa tak bilang kalau kau sudah kembali? Kemana saja kau selama ini?" gadis itu kembali memeluk Sam.

"Ceritanya panjang," jawab Sam lalu melepas pelukan gadis itu dan menatapnya. "Sekarang katakan padaku, dimana ayah dan ibu?"

"Aku kemari juga ingin menanyakan hal yang sama. Sam, apa kau kemari membawa seseorang?"

Tanpa diberitau atau ditunjuk, Sam sudah pasti tau siapa orang itu. Matanya beralih menatap Evelyn yang berdiri di depan pintu ruang kerja raja Moris. Evelyn melipat kedua lengannya kemudian bersandar pada pintu.

FALLING APARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang