18

2.5K 241 14
                                    

Sam memeluknya dengan erat. Ia merindukannya. Amat sangat merindukan Fallen. Sam sedikit menjauhkan diri untuk melihat wajah Fallen, namun tak sampai melepaskan pelukannya. "Kau... memotong dan mengecat rambutmu?" tanyanya hampir tak percaya, kemudian Sam kembali memeluknya.

Fallen melihat bahwa di belakang Sam, Liam dan Isabel mendekati mereka. "Katakan padaku kalau ini semua bukan ilusi," kata Fallen.

"Apa maksudmu?" tanya Sam. Ia menarik diri dan menunduk menatap wajah Fallen.

"Please, katakan padaku. Aku muak dengan kehidupan palsu yang sudah kujalani," kata Fallen di tengah tangisannya. Sam kembali memeluknya.

"Sihir ilusi. Sepertinya ayahku pernah menyihir Fallen dengan sihir ilusi andalannya," jelas Liam.

"Wow! Dia benar-benar berbeda dengan yang kemarin," ungkap Isabel.

Sam mengelus kepala Fallen. "Tak apa. Sihirnya hanya berpengaruh sekali saja. Dia tak mungkin bisa menyihirmu dengan ilusinya lagi. Ini benar-benar aku," kata Sam pelan.

Fallen mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya di dada Sam. "Sebaiknya kita pergi dari sini. Orang-orang sudah mulai memperhatikan kalian," kata Liam. Sam mengangguk dan mereka memutuskan untuk pergi ke salah satu tempat makan sebelum mencari penginapan. Fallen masih tetap sama, selalu waspada dan merasa khawatir akan keberadaan Daniel ataupun David. Bahkan ketika sudah masuk ke tempat makan, Fallen memperhatikan orang-orang di dalam sana.

Fallen melirik ke atas, melihat sebuah kamera kecil yang terpasang di tiap sisi tempat itu. Ia menyuruh mereka agar mencari tempat yang tak terlalu terdeteksi oleh kamera kecil yang bagaikan mata-mata itu.

"Ada apa denganmu?" tanya Sam ketika mereka duduk.

"Aku takut mereka akan melacak kita," jawab Fallen.

"Tidakkah kalian perlu makan dulu dan hentikan ceritanya untuk sementara?" sahut Isabel yang duduk di seberang bersama Liam.

Sam meraih tangan Fallen dan memanggilnya. "Benarkah kau bersama Daniel?"

Fallen diam menatap Sam selama beberapa saat. Entah kenapa Sam berpikir bahwa mata biru Fallen jadi sedikit lebih cerah. Mungkin karena rambut barunya yang kini jadi pirang. "Ya. David membawaku kemari hanya untuk menyembuhkan Daniel. Dia bilang sadoww yang membuatnya terluka cukup parah," jawab Fallen.

"Riley. Dia salah satu temanku yang juga telah mengeluarkan Sam dari penjara itu. Dia yang melukai Daniel dengan sadoww miliknya," kata Liam.

"Lalu?" tanya Sam menoleh pada Fallen.

"Alasan dia membawaku agar dia bisa memancingmu kemari. Dia mempunyai tujuan yang sama seperti David. Membangkitkan sisi terkejam dari iblismu." Fallen sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. "Sam, kau tak aman bersamaku. Aku hanyalah umpan agar mereka bisa mendapatkanmu. Meski... meskipun aku sangat ingin bersamamu. Aku hanya tak ingin kau terluka."

Sam mengusap wajahnya. "Please, jangan katakan itu lagi Fallen. Kau tak mengerti seberapa kesalnya aku karena tak bisa melihatmu selama tujuh tahun. Biarkan saja mereka. Kita akan tetap bersama, oke?"

Fallen memilih mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ke luar tempat makan itu lewat jendela kaca. "Aku melihat banyak hal lewat ilusi itu. Termasuk Isabel. Dia bukan adik kandungmu, kan?" tanyanya menoleh ke arah Sam.

"Ya," jawab Sam pelan.

"Aku juga tau tentang Samael, sosok iblis dalam dirimu. Dia... sangat menyebalkan. Semua yang kujalani itu seolah terasa sangat nyata. Dan kupikir aku sudah bertemu denganmu dan kita sudah melewati hari-hari bersama. Kita bahkan sudah bercinta."

FALLING APARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang