23

1.9K 215 4
                                    

"Aku selalu ingin menyentuh rambutmu seperti ini," ujar Viktor. Mereka tidur di ranjang yang sama, saling berhadapan dan Viktor mengelus rambut merah Scarlett dengan lembut. Scarlett memejamkan mata, menikmati sentuhan yang diberikan Viktor di kepalanya. Rasanya begitu menenangkan.

"Kau bilang datang dari jauh. Aku ingin tau darimana?"

"Ayahku seorang pedagang dari Italia. Dia menikah dengan ibuku dan pindah kemari saat aku baru lahir." Viktor tetap mengelus rambut Scarlett. "Ibuku bersikeras ingin memberikan nama Italia padaku walau ayahku menolaknya. Ayah ingin agar namaku tetap mengikuti darimana ibuku berasal dan dimana kami tinggal sekarang. Kemudian mereka berpikir nama Viktor sangat pas untuk keduanya," jelasnya.

"Seharusnya orangtuaku memberiku nama Rosie," kata Scarlett dan membuka mata, menatap Viktor. "aku menyukai mawar."

"Omong-omong soal mawar, kau menyuruhku memetik mereka dan aku tidak sengaja menghilangkannya karena mencarimu. Untuk apa mawar-mawar itu?"

Scarlett diam seolah memikirkan sesuatu. "Nanti kau akan tau." Hanya itu jawabannya. Scarlett menyentuh wajah Viktor dan mencium pria itu. "Ayo lari dan menikah denganku."

Viktor memegang tangan Scarlett yang menyentuh wajahnya, tersenyum. "Aku akan selalu bersamamu kemanapun kau pergi."

Scarlett tersenyum senang. "Kalau begitu ayo pergi sekarang. Kembalilah ke istana dan katakan pada mereka bahwa kau tidak bisa menemukanku. Setelah itu datanglah kembali kemari dan kita akan pergi dari kota ini."

Tawaran yang begitu menggoda. Melarikan diri bersama Scarlett dan hidup bersamanya. Sungguh Viktor sangat bahagia. Untuk terakhir kalinya ia mencium kening, pipi, kemudian bibir Scarlett sebelum bangkit dan pergi menuju istana. Scarlett ingin menghiraukan perasaan tak enak yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Ia tak ingin memikirkannya. Ketika Viktor pergi dengan kudanya dan meninggalkan Scarlett di gubuk itu sendirian, rasanya itu sebuah kesalahan.


***


Pintu gubuk itu terbuka. Scarlett berpikir bahwa Viktor sudah tiba dan mereka siap untuk melarikan diri, menjalani kehidupan yang baru bagi mereka. Namun itu bukanlah Viktor, melainkan Marvelaine. Alis Scarlett saling bertaut. "Madame? Kenapa kau disini?"

Marvelaine tidak menjawabnya, namun mimik wajahnya ketakutan. Kemudian dari belakang muncul sesosok bayangan gelap yang kemudian bayangan itu hilang dan menampakkan sosok tersebut. Mata Scarlett melebar dan dirinya membeku.

Itu Peter, orang yang akan menjadi suaminya.

"Disini kau rupanya, putri Scarlett. Aku sudah menunggumu di gereja sejak tadi," katanya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Apa begitu cara bicara yang sopan pada orang yang akan menjadi suamimu?"

"Kau bukanlah suamiku. Aku tak pernah mencintaimu!"

Peter berjalan melewatinya dan menatap kasur yang ada di belakang Scarlett. Mata itu memancarkan kemarahan. "Aku tau itu, putri Scarlett." Dia berputar dan menatapnya. "dan karena itu aku harus membawamu kembali ke istana agar kau bisa melihat orang yang telah menodaimu mati di depan matamu."

"Apa yang kau lakukan pada Viktor?"

"Hukuman mati untuk orang yang telah mengambil apa yang seharusnya kuambil lebih dulu." Tanpa menunggu Scarlett mengatakan sesuatu, Peter sudah meraih tangannya dan menyeretnya keluar. Marvelaine hanya bisa meminta maaf berulang kali sambil menangis pada Scarlett karena ia telah memberitahukan keberadaan mereka.

FALLING APARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang