Dengan hati-hati dan penuh kelembutan wanita itu menyisir rambut merah panjangnya. Sambil menatap pantulan dirinya di cermin dengan ukiran-ukiran bergaya rokoko yang dibuat oleh seniman asal Perancis, ia menyenandungkan sebuah lagu. Angin musim semi berhembus dari jendela di sampingnya, melayangkan helaian-helaian rambut merahnya yang indah.
Pintu di belakangnya terbuka dan menampakkan seorang wanita berbadan gemuk. Itu adalah pelayan bernama Marvelaine. "Putri Scarlett, kuda sudah disiapkan untukmu," kata pelayan itu.
Scarlett bangkit dan memutar tubuhnya, menatap pelayan yang paling dipercayainya, dan paling dekat dengannya dari yang lain. "Aku ingin ksatria itu mengawalku lagi."
Marvelaine mengangkat satu alisnya. "Ada banyak ksatria yang bisa kau pilih untuk mengawalmu putri, apa yang membuatmu memilih ksatria baru itu?" Diamasuk, menutup pintu di belakangnya dan melangkah mendekati Scarlett. "Apa dia menunjukkan wajahnya padamu? Apa dia tampan?" Kali ini dia bertanya dengan nada sedikit menggoda.
"Oh, madame―" Scarlett memutar bola mata, mendengus dan duduk di pinggir Kasur. Scarlett biasa memanggil pelayan Marvelaine dengan sebutan madame. "―aku hanya merasa begitu aman saat di dekatnya. Dia menjagaku dengan baik."
"Ehem. Itu memang tugas seorang ksatria, sayang."
"Aku tahu," desah Scarlett. "tapi dia berbeda, madame. Dia membuatku tidak merasa takut lagi akan apapun karena dia akan melindungiku." Scarlett menatap jendela."Aku belum tau namanya."
"Putri Scarlett, kau tau kau tidak boleh jatuh cinta padanya."
"Karena aku sudah dijodohkan," Scarlett bangkit dengan ekpresi kesal sambil memutar bola mata, mendekat ke jendela dan menatap ke luar sana, ke lautan lepas. "Terkadang aku berpikir aku ingin mencintai seseorang, madame."
"Kalau kau sudah terbiasa dengan tn. Peter, lama-lama kau juga akan jatuh cinta padanya. Semua butuh proses," jelasnya.
Scarlett menarik napas dalam-dalam. "Tn. Peter bahkan lebih tua beberapa tahun dariku, madame." Tiga puluh delapan tahun! Scarlett masih sangat muda, juga seorang putri raja. Demi keamanan kerajaan dan menjalin kerjasama sang raja menikahkannya dengan putra pertama dari kerajaan utara. Mereka punya empat putra kenapa harus menikahkanku dengan yang paling tua!
Scarlett memejamkan mata, menghela napas lewat mulut, membuka mata kembali. "Aku akan pergi. Aku akan kembali saat makan malam." Scarlett mengambil jubah hitamnya dan keluar dari kamar. Ia menuruni tangga dan menuju dapur. Ia sering lewat pintu belakang saat ingin berjalan-jalan keluar. Alasannya hanya satu, ia tidak harus bersikap formal ―berjalan tegak penuh keanggunan. Dan ia suka menyapa orang-orang yang bekerja di dapur.
"Pagi semuanya!" sapa Scarlett penuh semangat. Para pelayan yang bekerja di dapur menoleh dari pekerjaannya dan tersenyum lebar pada wanita berambut merah itu. "Pagi, putri Scarlett," jawab mereka.
"Aku ingin pergi jalan-jalan. Seperti biasanya, apa ada sesuatu yang kalian ingin aku bawakan?" tawar Scarlett.
"Oh, itu tidak perlu, putri. Kami sudah mendapatkan semua yang kami butuhkan disini. Pergilah bersenang-senang," kata salah satunya.
"Aku ingin bunga," kata suara tiba-tiba. Semua menoleh, begitu juga Scarlett, ke bocah lelaki yang berdiri di pintu keluar. Ibunya mendekatinya dan berbisik. "Sst! Hentikan ucapanmu, Harry!"
"Tidak apa," sahut Scarlett, berjalan mendekati bocah itu dan membungkuk di depannya. "Bunga apa yang kau inginkan, Harry?"
"Apapun, putri," kata Harry sedikit malu-malu.
Scarlett tersenyum. "Kau lelaki tapi suka bunga, ya?" Scarlett menegakkan tubuh diikuti helaan napas. "Oke, pesanan segera datang."
"Oh, sungguh anda tidak perlu melakukan hal itu putri," kata ibunya yang juga seorang pelayan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING APART
Fantasy"Kumohon pulanglah, Sam." Tujuh tahun Sam berada dalam ruangan itu. Tak berdaya untuk melakukan perlawanan pada David yang selalu memaksanya untuk mengeluarkan sisi iblis yang sebenarnya. Namun pada akhirnya ia berhasil diselamatkan oleh Liam, dan m...