10

2.5K 283 12
                                    

"Apa yang kau lakukan?" tanya Fallen. Di tengah kesunyian ruangan rumah sakit itu, Sam menunduk, berkonsentrasi pada ponselnya. Fallen hanya menatapnya sambil berbaring di tempat tidurnya. Tangannya yang teraliri cairan infus menggantung, seolah ingin meraih jaket Sam, namun tangan itu hanya tergantung dalam kebisuan yang tak bisa dimengerti. Dahi Fallen berkerut. Dia sedikit memajukan bibirnya. Kekesalan mulai tergambar di wajahnya. "Oke Sam, kau mulai membuatku kesal."

"Aku mendengar itu Fallen," ucap Sam.

"Setidaknya jawab pertanyaanku." Fallen memandangi ponsel Sam. Pria itu terlihat sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Entah dengan siapa dia berkirim pesan, tapi sepertinya pesan itu sangat penting. Lebih penting darinya. Matanya bahkan tak sedetikpun teralihkan dari ponselnya. Dengan tangan yang lain, Fallen mengarahkan tangannya ke Sam. Membuka telapak tangannya ke atas. Meminta sesuatu. "Berikan ponsel itu padaku."

Sam berkedip, menoleh padanya dengan satu alis terangkat. "Kau ingin meminta ponselku?"

"Ya! Berikan sajalah Sam!"

Sam menyembunyikan ponselnya di belakang tubuhnya dan memajukan tubuhnya. "Cium aku."

Fallen mengambil salah satu bantalnya dan mendorongnya ke wajah Sam. "Kau mulai menyebalkan ternyata."

Sam tertawa, mengambil bantal itu dari genggaman Fallen dan melemparkannya ke sofa di belakangnya. "Apa yang kau inginkan malaikatku?"

"Jangan mencoba merayu."

"Tapi kau memang seperti malaikatku." Sam tersenyum dan mengecup mata Fallen. Sam sedikit menjauhkan tubuhnya, mengelus lembut kepala Fallen dan mengamati wanita itu. Dia masih begitu mengingatnya. Fallen yang dulu. Ketika mereka masih remaja. Dulu rambut Fallen hanya sampai punggung atas. Dia juga sering mengepang ke samping rambut coklatnya yang lembut. Mata birunya selalu terpancar rasa penasaran. Sam hampir selalu melihatnya membaca buku setiap hari. Sam tau Fred menyukai Fallen. Bahkan sejak ia masih serigala, atau sejak Fred belum berteman dekat dengan Fallen, ia sudah mengetahuinya. Fred selalu memperhatikannya. Katakan padaku, seperti apa Fallen itu? Ia ingat pertanyaan yang dilontarkannya membuat Fred cukup terkejut. Mungkin semenjak ia menanyakan hal itu Fred menyadari kalau ia adalah rival untuk merebut hati Fallen. Tapi Fred, dia orang yang baik. Dia membuatnya menjadi teman dekatnya, teman dekat mereka berdua. Sam tau Fred menyukai Fallen, dan Fred tau kalau Fallen menyukai mereka berdua, namun lebih mencintai dirinya. Waktu memberikan kesempatan bagi Fred untuk mendapatkan hati Fallen disaat Fallen mencoba menjauhinya. Namun takdir berusaha menyatukan dirinya dan Fallen agar tetap bersama.

Tapi kini takdir kembali bermain-main dengannya.

Fallen mengulurkan tangannya, mengelus rambutnya pelan, dan tersenyum. "Aku penasaran bagaimana kau memotong rambutmu selama ini?" tanyanya.

Sam memejamkan mata, merasakan sentuhan Fallen yang membuatnya menggila. Wajar dia menanyakan hal itu karena selama ini dia hidup sendirian, terkurung di dalam penjara bawah tanah. "Aku tak mengerti kenapa David meninggalkan gunting di ruangan itu. Mungkin dia tau, atau sadar kalau aku perlu memotong rambutku yang sudah memanjang."

Fallen tertawa. Mendengar tawanya, entah kenapa sedikit menenangkan Sam, meskipun pada kenyataannya kini rambut Fallen hampir memutih seluruhnya; hanya tinggal beberapa helai saja yang tinggal menunggu waktu untuk merubah warna itu menjadi putih. Fallen menatap ke dalam matanya. "Katakan, dengan siapa kau berkirim pesan tadi?" tanyanya.

Alis Sam bertaut. "Kukira kau sudah melupakannya."

Fallen memicingkan mata. "Apa karena kau terlalu lama dikurung sehingga kau mencari berita-berita yang kau lewatkan selama tujuh tahun dari seseorang? Atau lewat internet?"

FALLING APARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang