24

2.3K 214 8
                                    

"Ini bukunya," kata Fallen. Akhirnya buku itu ditemukan. Buku itu hanya buku tebal berwarna hitam dari luar, tapi siapa yang sangka di dalamnya menyimpan hal-hal yang luar biasa. Disana ada sebuah lubang kunci berwarna emas. Fallen mengeluarkan kunci itu dan memasukkannya. Ketika terdengar bunyi 'klik', rasanya udara semakin memanas. Fallen membuka buku itu dan disana dia menemukan mantra untuk mengikat sosok iblis dan tubuh pemiliknya. "Aku perlu memanggil Samael," kata Fallen masih tetap membaca mantra di buku itu. "kau perlu menyatu dengannya. Mantranya ada disini." Ketika Fallen menatap Sam, mata itu kini sudah berubah menjadi merah. Sam tersenyum. Ah tidak! Itu Samael.

"Halo lagi, cantik," sapanya.

Fallen memutar bola mata diikuti helaan napas. "Seingatku aku belum memanggilmu," kata Fallen.

"Yah, itu artinya kau tak perlu susah payah memanggilku lagi. Aku bisa melihatmu seperti Sam yang selalu melihatmu."

"Artinya kau sadar diri. Baguslah. Jadi―" Fallen menunduk, kembali membaca buku itu. "―kau sudah siap menyatu dengan Sam?"

"Sebelum itu aku ingin bertanya. Bagaimana perjalanan kalian di kehidupan masa lalu?"

Fallen mendongak menatapnya. Ia berkedip dua kali dan membuka mulut. "Yah..." Fallen mengedikkan bahu. "mengejutkan." Ia kembali membaca buku.

"Tidak ingin melihat kehidupan kalian yang kedua?"

"Yang itu saja sudah membuat kami terkejut bukan main," kata Fallen jujur.

Mereka diam sejenak. Kemudian Samael berbicara. "Memberitahumu rasanya juga tak masalah. Di kehidupan kedua Sam adalah seniman bernama Gustav. Kau selalu menjadi bahan lukisannya karena kau begitu menarik baginya," jelasnya.

"Mengesankan," ucap Fallen masih tetap memandang buku. "Oke, aku akan membaca mantranya sekarang." Fallen mendongak menatapnya. "Apa aku bisa berbicara denganmu seperti ini lagi kalau kalian sudah menyatu?"

Samael tersenyum. "Sudah kubilang, aku dan Sam sama. Apapun yang dilihat Sam akan kulihat juga."

Fallen balas tersenyum. "Oke. Oh tunggu! Kau tau soal Evelyn?"

"Ya. Dia ada di dalam tubuhmu, Fallen." Samael menunjuk buku yang dipegang Fallen. "kau bisa menggunakan mantra ini untuk dirimu juga."

"Jadi dia nyata?"

Samael mengangguk. "Sekarang bacakan mantra itu untukku, dan untuk Evelyn juga. Kau tak ingin membuang waktu, kan?"

"Kalau saja kau manusia pasti banyak wanita yang menyukaimu." Fallen kembali menunduk diikuti helaan napas.

Samael tertawa pelan. "Sayangnya aku sudah memiliki wanitaku, Fallen. Kau."

"Ya, ya, kau dan Sam sama." Fallen memutar bola mata, melirik Samael dan tersenyum, lalu kembali menatap buku dan membaca mantra itu.

Wahai jiwa liar yang menempati wadah manusia, dengan kata-kata ini kuperintahkan kalian agar menjadi satu. Darah terikat, pikiran saling terhubung, hati dan jiwa bersatu tanpa sedikitpun penyesalan di dalamnya.

Dilihatnya Samael memejamkan mata, dengan kedua tangan yang mulai terentang. Ia tak bisa memikirkan apa yang dirasakan Samael, karena ia merasakan sesuatu juga dalam dirinya. Seolah ada sesuatu dalam dirinya yang ingin meledak. Ia merasakan aliran darahnya melaju dengan cepat, sel-sel dalam tubuhnya seolah menjadi semakin baik. Ia tak tau dan sejak kapan ia memejamkan mata, tapi ketika membukanya Sam sudah menatapnya dengan ekspresi khawatir. Mata Sam biru.

Fallen berkedip berulang kali, seolah meyakinkan diri dan tak percaya bahwa itu adalah Sam, bukannya Samael. "Fallen, kau baik-baik saja?" akhirnya Sam bertanya.

FALLING APARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang