Lima sadoww terlihat melintasi gurun salju dan menuju sebuah istana es di ujung sana. Empat pria dan satu wanita, dengan mantel jubah yang menutupi tubuh mereka, juga terlihat berjalan ke istana itu. Angin yang berhembus cukup kencang di gurun itu sama sekali tak membuat mereka mengurungkan niatnya untuk memasuki istana es itu. Terlihat kelima sadoww itu sudah sampai terlebih dulu di depan pintu gerbang istana dan memasuki tubuh para penjaga hingga membuat mereka tak sadarkan diri.
"Well, sepertinya ini cukup mudah," kata wanita berambut merah dan terkekeh.
"Jangan remehkan dia, dia seorang Ratu," balas pria berambut pirang sebahu.
Mereka memasuki istana es itu dengan mudah karena sadoww mereka telah melumpuhkan para penjaga. Melihat kehadiran orang asing, sontak dua beruang kutub yang berdiri di kedua ujung tangga menggeram pada mereka dan berlari menyerang mereka. Sebelum kedua beruang itu menyerang mereka, terdengar suara seorang wanita yang memanggil nama kedua beruang itu. Keduanya langsung berhenti dan melangkah mundur seraya menggeram. Dia atas tangga, tepatnya di kursi tahta yang terbuat dari es itu, seorang wanita dengan gaun putih dan sebuah mahkota perak yang bertengger di atas kepalanya datang. Wanita itu berhenti dan menatap mereka berlima. Ia menyentakkan dagu ke depan.
"Siapa kalian?" tanya wanita itu.
"Anda tak perlu tau siapa kami," kata salah satu dari mereka dan ia langsung berubah jadi iblis untuk menyerang wanita itu. Dengan cepatnya wanita itu mengayunkan tangannya dan membekukan pria yang akan menyerangnya itu.
"Luke!" teriak keempat temannya.
"Tak sopan disaat Ratu kalian sedang bertanya," jawab Arthemis.
"Yeah well, sejujurnya Ratu kami itu bernama Ellie," jawab pria berambut gelap.
"Oh. Kalian bangsa iblis rupanya," kata Arthemis dan melangkah turun melalui undakan es itu. Undakan itu bahkan terlihat seperti kaca yang sangat berkilau. "Apa kalian kemari untuk mencari buku mantra itu?"
Pertanyaan Arthemis membuat mereka berempat terdiam. Seolah wanita itu sedang membaca pikiran mereka. Arthemis mengayunkan tangannya dan mengembalikan Luke yang sebelumnya telah dibekukannya. Luke jatuh ke depan dan terbatuk-batuk. Tubuhnya menggigil kedinginan.
"Luke!" wanita berambut merah itu menghampirinya.
"Kumohon kembalilah ke kota kalian jika tak ingin ada yang seperti dia," kata Arthemis dan menunjuk Luke yang masuk menggigil. Arthemis berbalik dan kembali melangkah menaiki undakan.
"Kami takkan pergi sebelum mendapatkan buku itu," jawab wanita berambut merah.
"Katakan siapa yang menyuruh kalian?" tanya Arthemis, menoleh dan menatap lewat bahunya. "datang dan bawa kemari."
***
Sinar matahari menyeruak masuk melalui jendela kamar yang tertutup tirai putih tipis itu, dan mengenai matanya. Membuat Sam mengerjap beberapa kali sebelum bangun dan bersandar pada kepala tempat tidur. Fallen masih terlelap di sampingnya, dengan seluruh tubuh yang hampir tertutupi selimut sepenuhnya. Alarm di nakas telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Entahlah, mungkin sekitar sepuluh menit. Tapi Fallen mematikannya dan kembali tidur. Sepertinya dia sedang libur kerja hari ini. Sam mengusap wajah dan menoleh ke arah Fallen yang masih terlelap dalam damai. Ia mengusap kepala Fallen yang setengah tertutup selimut. Terdengar erangan kecil dari mulut Fallen. Sam terkekeh. Sepertinya wanita itu malas sekali untuk bangun. Sam meraih ponselnya yang ada di nakas di dekat Fallen. Ada empat panggilan dan enam pesan masuk. Di pesan itu, Lima dari Liam dan satu lagi nomor asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING APART
Fantasy"Kumohon pulanglah, Sam." Tujuh tahun Sam berada dalam ruangan itu. Tak berdaya untuk melakukan perlawanan pada David yang selalu memaksanya untuk mengeluarkan sisi iblis yang sebenarnya. Namun pada akhirnya ia berhasil diselamatkan oleh Liam, dan m...