"Aku tak mengerti bagaimana kau bisa mengajak Isabel?" tanya Liam sedikit memelankan suaranya. Mereka sedang berada di dalam pesawat dan Isabel duduk terpisah dari mereka, namun jarak tempat duduk Isabel cukup dekat.
"Dia yang memintaku terus-menerus. Dia bahkan mengancamku kalau aku tak mengajaknya maka dia akan memberikan lima pengawal yang akan mengawasiku saat pesta dansa sedang berlangsung," jelas Sam.
Liam tertawa pelan. "Ya ampun, itu benar-benar sial, bung."
"Omong-omong aku belum mendengar kabar soal Fred," kata Sam dengan dahi berkerut, lalu menoleh ke arah Liam. "bagaimana dia?"
"Ah! Aku sudah menghubunginya semalam setelah kau menghubungiku. Dia sangat khawatir. Tapi dia tak bisa ikut dengan kita. Yah... kau tau, pekerjaannya di dunia manusia membuatnya semakin sibuk. Dan... kencan."
"Apa?"
"Sepertinya Fred punya kenalan baru. Aku pernah melihat mereka berjalan bersama beberapa kali."
"Baguslah karena itu artinya rivalku berkurang," kata Sam.
Liam menoleh ke arah Sam. "Kau masih mengkhawatirkan itu?" tanyanya tak percaya.
"Tidak. Tapi aku khawatir dia berkencan dengan pria Perancis."
"Ya Tuhan," gumam Liam.
Tak lama salah seorang pramugari datang dari arah belakang dengan menyeret troli. Dia meletakkan makanan dan minuman diatas meja kecil di depan mereka, begitu juga dengan penumpang di sebelahnya. Sam mendongak dan mengucapkan terima kasih sambil tersenyum. Si pramugari balas tersenyum dan melangkah pergi. Dia berbisik pada pramugari lain yang ditemuinya sambil sesekali melirik Sam. Dari wajahnya ia terlihat kegirangan. Sam yang tau itu langsung memutar bola mata dan memilih menatap ke arah lain. Tapi sialnya ia malah bertatapan dengan dua gadis remaja yang juga sesekali mencuri-curi pandang padanya. Dua gadis itu juga terlihat senang dan Sam bisa mendengar teriakan kecil mereka.
"Kenapa mereka selalu menatapku?" tanya Sam sedikit kesal.
"Mungkin sebagian dari penumpang disini tau kalau kau pangeran," jawab Liam seraya membaca majalah. "Apa kau tak berpikir bahwa ini semua jebakannya?"
"Tentu saja," jawab Sam.
"Ingat, jangan buat kekacauan di negara lain, Sam."
Sam diam cukup lama, dan itu membuat Liam menoleh dan menatapnya yang sedang berpikir. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.
"Aku sangat ingin bertemu dengannya," jawab Sam pelan.
Liam tertawa singkat. "Sabarlah Sam. Kalian pasti akan bertemu."
Setelah menempuh perjalanan kira-kira dua jam lebih, mereka tiba di Perancis dan segera memesan taksi. Isabel juga tak tau pasti kemana Daniel membawa Fallen. Yang dia tau mereka hanya bertemu di Paris. Mereka memilih menuju ke hotel tempat Isabel bertemu dengan Fallen. Saat sudah sampai Isabel langsung bertanya pada penjaga apakah dia melihat orang dengan ciri-ciri yang disebutnya yaitu Daniel. Si penjaga bilang dia memang melihat Daniel bersama seorang wanita bergaun hitam.
"Ada begitu banyak wanita berambut coklat dan bermata biru disini," kata Liam.
Sam melihat sekitar. Ia merasa yakin bahwa Fallen tak mungkin ada di sekitar tempat itu. "Kau meletakkan sihirmu di dalam tubuh Fallen, kan? Bukankah seharusnya kau bisa merasakan keberadaannya?" tanya Liam.
"Tapi tidak untuk tempat. Dia... khawatir. Aku tak merasakan ketakutan pada dirinya. Serius, apa yang terjadi padanya?"
Isabel datang dan menghampiri mereka. "Dia bilang melihatnya. Tapi tak tau kemana arah mobil mereka pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING APART
Fantasy"Kumohon pulanglah, Sam." Tujuh tahun Sam berada dalam ruangan itu. Tak berdaya untuk melakukan perlawanan pada David yang selalu memaksanya untuk mengeluarkan sisi iblis yang sebenarnya. Namun pada akhirnya ia berhasil diselamatkan oleh Liam, dan m...