Mengapa takut pada lara
Sementara semua rasa bisa kita cipta?
Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah
Yang menunggu reda
---
"Kau tidak pernah bersyukur dengan yang kaumiliki, karena itu, kau tidak bisa mencintai apapun atau siapapun," Tito Almahendra memandang putranya dengan mimik keras.
Rayn hanya mendengus mendengar ceramah papanya. Jenderal yang akhir-akhir ini begitu terkenal karena menempati posisi tertinggi di tampuk kepemimpinan TNI setelah berhasil mengupas beberapa kasus kejahatan Internasional skala besar.
"Kau dibesarkan dengan segala kemewahan dan kemudahan. Sukses yang kamu raihpun karena kau anak Jenderal!" teriak Tito.
"Jadi, maksud papa, otakku cerdas karena aku ini anak papa? Seluruh usaha yang kubangun ini juga karena bantuan papa, begitu?" Rayn mencibir sinis. Tito memandang putranya dengan tajam.
"Selama ini, papa begitu bangga denganmu, Rayn. Tapi papa kecewa dengan kekejaman sikapmu, membantai perusahaan sainganmu, tanpa memikirkan apa efeknya dengan keluarga saingan bisnismu juga ribuan karyawan perusahaan itu, kau bertindak seolah kau ini Tuhan! Uang membuatmu serakah, Rayn. Lihat Diandra, dia merasa berkecukupan dengan hanya menjadi musisi dan desainer, tapi kau? Papa selama ini memperjuangkan keadilan untuk banyak orang, tapi apa yang kaulakukan Rayn? Mempecundangi lawan bisnismu, bermain kotor, membesarkan perusahaanmu! Papa tidak bisa lagi melihatmu seperti ini! Papa akan menyita seluruh aset yang kaumiliki, jika kau tidak menghentikan seluruh kelakuan burukmu itu!"
Rayn mendengkus. "Papa, it's just a game!"
"Bagimu mungkin hanya permainan, tapi lihat, sudah dua orang bunuh diri karena kaubuat bangkrut dengan permainan sahammu, apakah kurang? Sampai kapan tanganmu akan berlumuran darah orang yang tidak berdosa?"
"Papa! Nggak usah menceramahiku! Papa sendiri pembunuh! Sebagai seorang tentara, hingga pangkat papa menjadi Jenderal di usia papa yang masih muda seperti sekarang, melompati banyak senior papa, permainan semacam apa yang papa mainkan?" ejek Rayn.
Tito menghela nafas sabar, menghadapi putra sulungnya ini memang memerlukan kesabaran ekstra.
"Sungguh, kedudukan sebagai Jenderal, area politik dan kekuasaan yang papa miliki, semua tidak berarti saat papa melihatmu menuju ke kehancuranmu sendiri seperti ini," Tito mengangkat tangannya seperti menyerah. "Papa membunuh demi negara, melawan orang yang merusak negara ini, demi Tuhan, Rayn, apakah tugas papa demi negara kau samakan dengan sikap serakahmu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuanmu? Papa tidak akan segan memakai bantuan sahabat-sahabat papa untuk menghentikanmu!"
Nyali Rayn sedikit menciut. Jika papanya meminta bantuan sahabatnya yang di KPK ataupun media massa, bisa jadi, kariernya bisa dibekukan oleh papanya.
"Kekayaan tidak akan membahagiakanmu, Rayn..."
"Jadi, apa mau papa?"
"Papa akan menghandle dan membersihkan kekacauan yang kau timbulkan, mengembalikan Almahendra Corp menjadi perusahaan yang lebih bersih dan bersahabat. Sementara itu, belajarlah kembali ke titik nadzir, ke titik nol. Papa akan menyisipkanmu menjadi salah satu tentara yang akan papa tugaskan ke Kalimantan."
Rayndra melotot. "Pa! Yang benar saja, papa mau Rayn mati tertembak di sana? Anak lelaki papa satu-satunya?"
Tito mengerdikkan bahu. "Ayolah Rayn, di Kalimantan tidak ada perang, kamu hanya akan membantu anak buah papa menjaga perbatasan. Yang papa inginkan, kamu keluar dari zona aman, sejak kecil kau sudah dimanja dengan segala kemewahan dan rupanya papa salah dalam hal ini. Seharusnya papa daftarkan kamu menjadi tentara daripada jauh-jauh kuliah keluar negeri tapi kamu tidak memperdulikan kemiskinan yang banyak terjadi di negeri ini, papa ingin kamu dekat dengan rakyat, supaya kamu lebih berperasaan dalam mengambil keputusan, setelah melewati batasan waktu tiga bulan, kau boleh menjadi pengusaha lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Borneo Darkness
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( UU Hak Cipta Indonesia Republik Indonesia no 19tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written permission of the Author_Arix. No part of this publi...