[ Part 17 - Mambelep ~ Mematikan ]

5.4K 415 70
                                    


Seperti yang biasa kau lakukan

Di tengah perbincangan kita

Tiba-tiba kau terdiam

Sementara 'ku sibuk menerka

Apa yang ada di pikiranmu

---

"Ini adalah permainan..." lelaki itu terkekeh kejam.

Melepas satu per satu pakaian si gadis yang terbaring setengah tidak sadarkan diri di ranjang.

"Kau menolakku menjadi pacarmu? Maka akan kujadikan kau pelacurku. Hinaan terhadap Erik Fernando, akan selalu terbalas setimpal..." jemari Erik meraba tubuh gadis itu dan Rayn seolah merasakan ketakutan Katya, tidak bisa bergerak, tapi merasakan dengan jelas rasa takut yang akan menghantuinya seumur hidup. Pemerkosaan...

Jeritan Katya, rasa sakit, pedih, terhina, rasa yang lebih menyakitkan dari kematian.

Setelah Erik selesai, giliran Brian, Marco dan Sandra menyiksa Katya secara fisik dan mental.

"Kau memenangkan kontes kecantikan, Katya? Piala yang seharusnya menjadi milikku...dengan lancangnya kau menangkan?" Sandra tidak memperdulikan darah yang mengalir di sela-sela kaki Katya, menambahinya dengan luka-luka baru yang menyebabkan Katya semakin menjerit kesakitan dengan memasukkan benda-benda yang tidak semestinya.

"Tidak,..."

"Jangan..."

"Aku akan membunuh kalian semua dengan cara yang lebih menyakitkan!"

---

"Tidak!"

"Hentikan!!"

"Katya....bangunlah...pergilah dari sana!!"

"Jangan sakiti dia lagi!"

---

"Shhh...Rayn...Rayn," suara jernih itu mampu mengeluarkan Rayn dari mimpi buruknya yang terdalam, sebuah tangan lembut mengusap wajah Rayn, perasaan yang mengalir dari kelembutan sentuhan itu menenangkan Rayn.

"Tidak apa, hanya mimpi buruk..." suara lembut itu mendesah menenangkannya. Perlahan Rayn membuka mata, samar cahaya fajar berwarna keemasan mulai menerangi kamar, dia melihat siluet bayangan wajah yang cantik.

Dia, yang kecantikannya seperti malaikat, seperti cahaya pagi yang mampu mengusir segala mimpi buruk...

Rayn merasakan kedamaian dalam pelukan perempuan yang satu ini.

"Aku bermimpi lagi?" gumam Rayn lemah. Nila mengangguk.

"Tidak apa-apa...hanya sebuah mimpi, tidak akan menyakitimu..."

Rayn memeluk Nila erat. "Untuk sebentar, tetaplah seperti ini..."

Nila tersenyum menenangkan, "Selama yang kau mau..."

Rayn memejamkan mata, menikmati kedamaiannya.

"Aku tidak membawamu ke kamarmu semalam, karena kau pingsan. Kau terlalu lelah dan aku merasa kasihan padamu...kubiarkan kau tetap berada di kamarku, dan itu pertama kalinya aku tidur dengan seorang perempuan..."

"Hmm..."

"Selama ini, membayangkan tidur di dekat wanita, aku merasa muak dan jijik. Mereka seperti ular, aku tidak bisa mempercayai wanita...dalam pikiranku, mereka bisa membunuhku setiap saat aku lengah, tapi kenapa kau merusak segala peraturan hidupku?"

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang