Kucari kamu
Dalam setiap malam
Dalam bayang masa suram
Kucari kamu
Dalam setiap langkah
Dalam ragu yang membisu
---
Raina memandang gadis di depannya dengan penuh kasih. Memakai sweater berwarna putih, Nila tampak lembut sekaligus rapuh.
"Tegar ya sayang, kamu pasti bisa melewati ini semua..."
Nila mengangguk.
"Santai saja Nila, nggak ada kakakku yang brengsek itu, sementara kau bisa mengandalkanku, untuk setiap hal..." Diandra menggamit lengan Nila. "Aku akan mengantarmu kuliah hari ini, ini hari pertamamu masuk setelah keluar dari rumah sakit,, kau akan membutuhkan dukunganku..."
"Ah, nggak usah Di, aku bisa masuk kuliah sendiri kok..."
"Udah deh, lagian aku buka butik kan jam sembilan, nanti pas jemput biar pak Waluyo atau pak Dadang..." Diandra mendorong bahu Nila menuju mobilnya. "Bye mami..."
"Hati-hati Di, jagain Nila..."
Nila melambaikan tangan, "Mari, bunda...Nila berangkat dulu..."
Raina mengangguk.
---
"Kenapa pada murung sih?" Tommy mencolek pundak Bintang.
Hujan yang cukup deras membuat beberapa mahasiswa lebih memilih menunggu di kantin kampus sambil menikmati kopi daripada menerjang hujan, lagipula Bintang lupa membawa payung sehingga malas menuju ke tempat parkir, salahnya, karena terlambat dia memarkir mobilnya outdoor.
Dengan seksama dilihatnya di berita tentang Rapat Umum Pemegang Saham yang menggegerkan.
Rayndra Almahendra ternyata masih hidup.
"Kamu pasti sangat lega ya Nila?" tanya Bintang.
Nila menghela nafas panjang melihat suaminya terlihat sehat, hanya saja wajah mulus Rayn sekarang tertutup cambang dan janggut yang cukup tebal, pria itu juga memakai kacamata hitam, belum mau mengkonfirmasikan tentang kecelakaan yang menimpanya sebulan yang lalu.
Di samping kanan dan kirinya Elliot Osborn dan Harris William mengawal putra mahkota Almahandra Group itu.
Dada Bintang terasa perih, seperti tertusuk-tusuk benda tajam. Memandang Harris yang terlihat dingin saat berbicara dengan para wartawan, mengawal Rayn menuju ke mobilnya. Memang, mereka telah melewati malam yang indah, tapi hanya sekejap, dalam harapan dan bayangan Bintang, setelah melewati malam itu berdua, Harris akan tetap berada di sisinya, tersenyum dan menjalani hidup bersama Bintang, tapi kenyataannya jauh dari itu, pria itu meninggalkannya begitu saja, tanpa pesan. Berhari-hari Bintang menunggu kemunculan Harris di apartemennya, tapi nihil. Bintang bebas keluar masuk apartemen Harris, pria itu tidak memberikan larangan apapun, password masuk apartemen pun tidak diganti Harris, lelaki itu tidak memformat ulang kode dan sidik jari Bintang, tapi lelaki itu juga tidak mengatakan apapun, entah Harris tinggal di mana. Bintang sendiri pun enggan menemui Harris di Almahendra Group dalam keadaan seperti ini. Sepertinya setelah kemunculan Rayndra, Harris hanya perduli pada lelaki itu.
"Kau yakin Rayn bukan gay?" tanya Bintang pada Nila.
Alis Nila terangkat. "Kau tahu, setelah Rayn dikabarkan meninggal, aku dan tuan Harris menjadi cukup dekat, tapi lihat, setelah ada tuan Rayn, Harris pergi meninggalkanku dengan cepat..." gumam Bintang getir. "Nila, bisakah kau menyampaikan pesanku pada Tuan Harris?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Borneo Darkness
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( UU Hak Cipta Indonesia Republik Indonesia no 19tahun 2002). Any reproduction or other unauthorised use of the written permission of the Author_Arix. No part of this publi...