[ Part 21 - Maimbit ~ Membawa ]

8.7K 518 108
                                    


Lelaki itu duduk sendiri

Mengira-ngira kata apa yang tak sempat

Ditanyakan angin pada hening yang memeluknya

Ditanyakan pada duka yang dijaganya

Pada luka yang menjadi baju dan napasnya

---

Keesokan harinya adalah hari tenang setelah Ujian Nasional, tapi Keysa bersikeras berangkat sekolah mengajak Tommy untuk mewawancarai penjaga sekolah berkaitan dengan kabar yang didapatnya dari Tommy semalam.

Saat mereka tiba di rumah penjaga sekolah, Tommy dan Kesya melhat pak Tomo dan Pak Supri sedang bersemangat membuka beberapa bingkisan dan parcel yang dikirim oleh Almahendra House.

"Lagi ada yang dapat parcel nih..." sapa Tommy, pak Tomo dan Pak Supri menyambut Tommy dengan sumringah.

"Iya den Thomas, ini dikasih Pak Rayndra, sebagai ucapan terimakasih karena mamang mengantar beliau berkeliling sekolah," jawab pak Supri.

"Saya mau mewawancarai mamang nih, ada waktu?" tanya Tommy.

"Tentu saja ada, ini kan pakansi (hari libur) atuh, mangga...masuk saja..." pak Supri mempersilahkan keduanya masuk. Sementara pak Tomo tampak agak memperhatikan Keysa sebelum kembali melihat hadiah-hadiahnya, sebuah baju koko berwarna biru dipegang lelaki tua itu dengan sumringah.

"Alhamdulilah, aden Rayndra memang baik dari dulu, mamang bangga bisa mengenal aden Rayn..."

Pak Tomo memandangi Tommy. "Aden Thomas mau mewawancarai mamang berkaitan dengan kebersihan sekolah atau apa ya? Bukankah bulan kemarin sudah wawancara tentang Green School itu ya?"

Tommy tertawa. "Bukan mang, yang ini off the record, Tommy tidak akan menampilkan di bulletin sekolah kok, karena masalah yang privacy..."

"Privacy naon aden?"

"Privacy itu rahasia mang, hanya untuk pengetahuan kami berdua saja, saya dan Keysa, tapi tidak akan kami sebar luaskan, bisa?"

Pak Tomo terlihat ragu. "Tapi, ini tentang apa ya den? Kalau tentang penyelewengan dana BOS mamang tidak tahu menahu, jangan tanyakan tentang yang seperti itu pada mamang, mamang takut disalahin kalau salah omong,"

"Santai saja mang, bukan itu kok, ini tentang pembicaraan kita semalam, saat Tuan Rayndra di sini, mamang kan sempet cerita tuh tentang ada anak perempuan nakal yang berbuat amoral di ruang OSIS, kira-kira mamang ingat nggak siapa dia dan ciri-cirinya..."

"Bukankah tuan Rayn bilang untuk kita merahasiakan? SMA Merah Putih terkenal karena prestasinya dan aib seperti itu harus dikubur dalam-dalam..." gumam pak Tomo bijak.

"Kami mengerti, karena itu kami berjanji tidak akan memberitakannya, ini hanya untuk informasi kami pribadi, tolong pak..." kata Keysa tidak sabar.

Pak Tomo mengangguk-angguk.

"Yah, kejadiannya sudah sepuluh tahun lalu, bapak lupa nama anak itu, tapi ciri-cirinya persis non ini, rambutnya panjang, tingginya sedang, cantik, wajahnya juga agak mirip nona ini, karena itu mamang pernah salah paham kan non, marahin non waktu itu?"

Keysa mengangguk.

"Tapi mamang kemudian sadar kalau salah orang, soalnya anak perempuan itu sudah mati, bunuh diri sepuluh tahun silam..."

Tommy mengangguk-angguk. "Berarti mamang lupa namanya?"

"Begitulah aden...mamang mah udah tua, tapi kalau wajahnya mamang masih ingat betul. Gadis itu hanya menatap datar mamang saat ketahuan berbuat zina, mamang marahi mereka, tapi malah mamang yang dipukuli sampai babak belur oleh anak-anak lelaki yang berbuat zina dengan anak perempuan itu..." Pak Tomo memperlihatkan beberapa bekas luka di pelipisnya.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang