[ Part 7 - Narai ~ Apa gerangan ]

6.1K 456 42
                                    


Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata

Ketika kita berdua

Hanya aku yang bisa bertanya

Mungkinkah kau tahu jawabnya?

---

Saat membuka mata, Rayn melihat wajah Nila tepat di depannya.

"Astaga! Kau mengejutkanku!"

Nila menatap Rayn dengan polos. "Kau menyebut namaku saat tidur, dan wajahmu terlihat kesakitan, kau mengerang kesakitan, apakah kau tidak apa-apa?"

Rayn memaki dalam hati, sial! Seandainya Nila tahu apa yang dimimpikannya tadi, gadis itu pasti akan menjaga jarak beberapa meter darinya sekarang!

"Tidak! Aku...baik-baik saja, mungkin karena kejadian kemarin, pertarungan itu kadang terbawa dalam mimpi..." Rayn mengernyit.

Pertarungan ranjang denganmu, cantik...!

Rayn mengalihkan perhatian dengan melirik arlojnya. Sudah pukul lima pagi. Dengan perlahan Rayn melenturkan tubuhnya, sekarang tubuhnya sudah mendingan.

"Sepertinya setelah fajar menyingsing, kita bisa meneruskan perjalanan..." Rayn berdiri dan memeriksa ranselnya. Selain HT ternyata dia membawa telepon satelit milik Bima. Dengan penuh harap, Rayn menyalakannya.

"Red Team...calling Yellow, call Yellow..." Rayn mencoba menghubungi team kuning. Tak berapa lama terdengar jawaban.

"Ya Tuhan! Rayn, dimana kalian? Apakah kalian baik-baik saja? Kami semua menunggu kabar dari kalian! Semua saluran komunikasi kalian tidak bisa dihubungi!" Rayn mengenali suara Erwin.

"Letnan dan yang lain gugur, hanya aku yang bertahan dan aku bersama Nila ...dimana posisi kami?" Rayn melapor.

"Astaga, Letnan Bima gugur?" suara Erwin tercekat. "Kau menemukan Nila? Ooh...baiklah, kami sedang memeriksa posisimu, kau kurang lebih 40 kilometer dari pos pertama. Kami sudah sampai sejam yang lalu. Berapa lama telepon satelitmu bisa bertahan Rayn?"

"Kurang lebih setengah jam, aku hanya akan menggunakan efektif enam kali dengan durasi lima menit jika kami sudah mencapai titik yang harus kami capai, tolong gambarkan pemetaannya, aku akan mematikan telepon berapa waktu yang kalian butuhkan untuk membuatnya?"

"Beri kami waktu 20 menit Rayn. Nanti kami akan menghubungimu," kata Erwin. "Hemat bateraimu!"

"Dimengerti!" Rayn mematikan saluran komunikasi.

Nila dan Rayn makan buah dan meminum air damar dalam botol sambil menunggu instruksi dari Erwin.

"Apakah kau pernah pergi ke perbatasan?" tanya Rayn pada Nila, gadis itu menggeleng.

"Aku hanya mengenali hutan ini sampai batas wilayah kami. Paman Tanghi tidak pernah mengajakku pergi ke perbatasan jadi aku tidak tahu...setelah dari gua ini, kita akan menuju ke wilayah terakhir yang kuketahui, aku dan temanku juga menemukan gua yang nanti malam bisa kita pakai untuk beristirahat, setelah lepas dari wilayah itu, aku tidak tahu..."

"Berapa lama waktu yang kita tempuh menuju gua itu?" tanya Rayn.

"Setengah hari, melewati jalan biasa, tapi untuk menghindari serangan dari paman Arai sebaiknya kita berjalan agak memutar. Aku takut jika paman Arai sudah mengetahui jejak kita. Dia pelacak yang handal. Dia juga memiliki dukun sakti yang bisa mengetahui keberadaanku ... kita harus pergi secepatnya keluar dari wilayah kekuasaan balian sakti yang dimiliki paman. Selama kita masih berada di wilayahnya, dia akan mengetahui roh agung dalam tubuhku berposisi dimana...karena itu walaupun cukup berbahaya kita bergerak di siang hari. Saat malam, setiap roh agung terhubung, semalam Sangiang Datau agak gelisah. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini setelah fajar menyingsing, tuan tentara..."

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang