[ Part 28 - Yaku ~ Diriku ]

1.3K 137 3
                                    



Di ujung malam di antara lelap dan sadar

Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku

Di ujung malam di antara gelap dan sadar

Mulailah sekarang menarilah bersamaku

Sunyi ini merdu seketika

---

Sebaiknya anda berganti pakaian dulu, tuan..." kata Harris seraya mengangsurkan paperbag berisi kemeja untuk Rayn berganti.

Rayn hanya duduk terdiam memandangi darah yang mengering di tangannya dan kemeja putihnya.

"Dokter Abram sedang mengoperasi nona Nila, dia dokter terbaik yang bisa melakukannya."gumam Harris. Mata Rayn masih memandang kosong.

"Dia...mengambil uang itu untuk menyelamatkan Diandra....sementara aku malah menuduhnya yang tidak-tidak...dia tidak mengatakan apapun, dia tidak meminta tolong kepadaku, dia tidak mempercayaiku...karena aku telah menuduhnya...kalau saja aku tahu..."

"Tuan Rayn, kumohon...jangan berfikir negatif dalam keadaan seperti ini..."

"Aku bahkan tidak layak untuknya...seandainya saja kami tidak bertemu, aku hanya menjadi sumber penderitaan baginya..."

"Tidak tuan..." kata-kata Harris terpotong oleh kedatangan Tito.

"Dasar brengsek!" Tito meraih kerah kemeja Rayn dan menampar keras putranya itu. "Kau tidak bisa menjaga Diandra, Nila...dan...Ya Tuhan! Nila sedang hamil, Rayn, anakmu, darah dagingmu sendiri, tapi itu bahkan tidak membuat hatimu mencair...kenapa Rayn?!" Harris mencoba melerai Tito, tapi sepertinya Tito begitu marah sehingga tetap memukuli Rayn walaupun putranya tidak merespon dan malah terduduk pasrah di selasar Rumah Sakit.

"Hentikan, Tito, ini Rumah Sakit, jangan membuat keributan!" Raina yang keluar dari ruangan operasi bersama Abram meraih tangan Tito yang terkepal.

"Sudah kubilang dia akan menyesal, lihat apa yang terjadi sekarang, kenapa dia keras kepala sekali dengan pendapat egoisnya itu?" geram Tito. Raina memandang prihatin wajah Rayn yang babak belur. Ini baru Tito yang main tangan, bagaimana dengan Khafi? Raina tidak bisa membayangkan reaksi Khafi, syukurlah Khafi sedang Umroh sekarang.

"Bagaimana keadaan Nila sekarang, Raina?" tanya Tito.

"Biar dokter Abram yang menjelaskannya..." kata Raina.

"Mari, masuk ke ruangan saya..." Abram mendahului mereka berjalan ke lift.

---

"Beruntung, peluru itu hanya menyerempet, jika mengenainya tentu Nona Nila sudah meninggal sekarang, akan tetapi, pendarahan di otaknya membuat beberapa sumbatan komplikasi." terang Abram.

"Jika dia tidak segera sadarkan diri, dia bisa koma dan kami tidak bisa memastikan waktu komanya jika itu terjadi..."

Tito mengusap wajahnya. "Ya Tuhan...kenapa menantuku malang sekali nasibnya, ini semua gara-gara kamu, Rayn!"

Rayn tidak mampu berkata apa-apa.

"Lalu...bagaimana dengan...bayinya..." tanya Raina.

Abram tersenyum miris. "Bayinya sementara ini baik-baik saja, detak jantung bayinya stabil, Tuhan telah membuat rahim begitu kokoh, jadi guncangan karena jatuhnya si ibu, tidak mempengaruhi kondisi bayinya, tapi, jika si ibu tidak selamat, otomatis kita hampir mustahil menyelamatkan bayinya, usia kandungannya baru tiga bulan..."

Baru kali ini Rayn merasa tidak berdaya.

Tidak memiliki kekuatan apapun.

Seolah seluruh darahnya terkuras habis dan dia tidak mampu bernafas lagi.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang