[ Part 18 - Dehen ~ Erat ]

3.8K 378 19
                                    


Sesungguhnya berbicara denganmu

Tentang segala hal yang bukan tentang kita

Mungkin tentang ikan paus di laut

Atau mungkin tentang bunga padi di sawah

Sungguh bicara denganmu

Tentang segala hal yang bukan tentang kita

Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja

---

Di kediaman Khafi, Nila merasakan kegelisahan yang sama.

Tanpa Rayn di sisinya, terasa aneh dan membingungkan. Walaupun Rayn keras kepala dan kadang terkesan kejam, tapi entah kenapa, tidak berada di sisi lelaki itu, semua seolah berjalan salah.

"Belum tidur non?" Bu Asih memperhatikan Nila yang berdiri gelisah di depan jendela kamarnya. Gadis itu memakai piyama sopan yang manis. Di rumah Khafi, Nila hanya memiliki piyama sopan yang artinya berlengan panjang dan bercelana panjang, tidak seperti gaun-gaun berpotongan mini saat tinggal bersama Rayn.

"Ini sudah hampir tengah malam, non coba minum susu putihnya, mungkin nanti membantu..." kata Bu Asih. Nila tersenyum.

"Makasih bu..."

"Sama-sama non..." bu Asih menutup pintu kamar Nila.

Khafi yang berada di luar kamar anak gadisnya memandang Asih, "Gimana Nila?"

"Masih belum tidur, tuan..."

"Hmm...dia akan melaluinya, nanti juga dia akan tidur...tapi sepertinya anak nakal itu sudah membuat putriku jatuh cinta...ini menyebalkan..." Khafi menggelengkan kepala kesal, "...sangat menyebalkan..."

---

Diandra terbahak mendengar cerita Arga.

"Ya ampun! Bagaimana aku bisa melewatkan drama menarik itu? Aku menyesal tadi cepat-cepat pulang bersama mama dan papa..."

"Tidak apa, justru kalau Jenderal Tito melihat hal tadi, semua bisa tambah runyam, tapi aku benar-benar sangat puas melihat wajah kakakmu yang...ya Tuhan! Khafi membuatnya tidak berkutik. Dia pasti merindukan Nila setengah mati sekarang," Arga berbisik melalui ponselnya. "Seperti kau merindukanku sekarang, bukan?"

"Ya, Kapten...I miss you so much...padahal baru tadi kita bertemu, ya Tuhan Arga, padahal kita baru berkenalan setahun, tapi entah kenapa aku merasa kita telah mengenal jauh hari sebelumnya..." Diandra tertawa. Arga terdiam mengingat masa lalunya yang menyakitkan. Dengan pedih dipandanginya foto seorang gadis kecil berrambut panjang yang tersenyum lebar di nakas. Arga meraih foto itu dan mendekapnya.

"Diandra...aku mencintaimu sejak bertahun-tahun yang lalu..." kata Arga.

"Apa? Hahaha...mulai gombal..." Diandra tersenyum.

Arga menyadari kalau kelepasan bicara dan segera meralat dengan candaan, "Bahkan sebelum kau dilahirkan, kau tahu...cepatlah menikah denganku, aku tidak tahan lagi..."

Diandra semakin terbahak, "Ya ampun kapten! Biasanya kau selalu berbicara sopan, bahkan kau tidak pernah menyentuhku, kita hanya pernah berciuman sekali, itupun ciuman yang singkat...kenapa malam ini kau terdengar lain?"

Arga menggaruk kepalanya, bagaimana cara dia menjelaskan pada Diandra?

"Ah, baiklah, daripada melantur, sebaiknya kau tidur..."

"Hmm...say goodnight?"

"Goodnight baby, have a nice dream..."

"With you...?"

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang