[ Part 11 - Mamalar ~ Memanfaatkan ]

5K 449 80
                                    


Bila nanti saatnya telah tiba

Kuingin kau menjadi istriku

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan

Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah telah tiba

Izinkanku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan di ujung waktu

Sudilah kau temani diriku

---

Saat melihat Nila memakai gaun putih pernikahannya dan menuruni tangga menuju ballroom hotel, Rayn hampir tidak berkedip.

Dengan busana adat saja Nila terlihat anggun, apalagi sekarang. Rayn baru kali ini merasa dirinya tidak pantas berdiri di samping seorang wanita yang tampak begitu murni dan anggun.

Raina membimbing Nila duduk di samping Rayn dan upacara ijab qabul segera dimulai.

---

"Sempurna!" Diandra memekik girang melihat Nila yang keluar dari bathroom memakai baju rancangannya.

"Aku seperti memakai jaring laba-laba..." Nila memandang Diandra. "Apakah ini bagus?"

Diandra mengacungkan jempolnya.

"Wah, kakak iparku yang cantik, kau seperti peri yang keluar dari negeri dongeng! Aku bahkan tidak tahu ada wanita sepertimu. Kau..." Diandra merentangkan kedua tangannya. "Cantik..."

Diandra memang tomboi, tapi gaun-gaun rancangannya begitu feminin, walaupun Diandra tidak pernah memakai gaun rancangannya sendiri dan mengkhususkan design gaunnya untuk wanita-wanita sosialita. Tapi saat melihat Nila untuk pertama kalinya, sketsa rancangan gaun yang unik memenuhi kepala Diandra. Nila menjadi sumber inspirasinya. Menggabungkan selera modern dengan corak tradisional menjadi ciri rancangan terbaru Diandra.

Bahan rajut halus yang jatuh seperti sarang laba-laba membungkus tubuh ramping Nila.

Blus tipis putih tanpa lengan sebagai dalaman dan bahan yang sama dengan cardigan rajut, membentuk rok yang membungkus paha Nila seperti misteri, rok itu berpotongan sopan, tapi menggoda.

"Bertahanlah semampumu, brother!" Diandra menyeringai licik. Penampilan Nila yang begitu rapuh pasti akan membuat Rayn frustasi.

Diandra menjalin rambut panjang Nila membentuk kepangan kecil yang membingkai kedua sisi rambutnya diatas kepala dan menyelipkan rangkaian mutiara kecil dalam kepangan itu.

Nila seperti peri cantik yang tersesat dan Diandra meninggalkan gadis itu sendirian di kamar pengantinnya.

---

Ingatan Nila kembali ke dua minggu yang lalu sebelum dia dibawa ke Jakarta.

Sejak membawanya dari pos perbatasan, lelaki itu menjadi tidak banyak bicara seolah memiliki banyak hal yang dipikirkan. Rayn seperti menjaga jarak sampai Khafi membawa Nila untuk sementara tinggal di kediamannya. Setelah tiga hari tinggal di rumah Khafi yang hanya ditempati Khafi pribadi dengan dua asisten rumah tangganya, dua wanita paruh baya yang ramah, Rayn mengirim sopir untuk menjemput Nila menuju ke rumahnya. Rumah Tito yang besar dan mewah, Nila tidak pernah melihat sebuah 'rumah' dan rumah Tito yang seperti istana mencengangkannya. Dia disambut dua wanita cantik yang memperkenalkan diri sebagai ibu Rayn dan saudara kembarnya. Nila begitu takjub saat memandang Diandra. Ada wajah Rayn di sana, tapi dalam versi yang lebih lembut, cantik dan ramah. Tapi karena ada wajah Rayn pada struktur wajah Diandra, gadis cantik itu juga dalam posisi tertentu terlihat seperti pemuda tampan, apalagi Diandra memotong pendek rambutnya. Rayn baru terlihat sore harinya dan Nila mengernyit. Lelaki itu tidak menggunakan seragam tentara. Tapi jas sempurna dan dasi yang dikenakan Rayn begitu formal, membuat Rayn begitu berbeda di mata Nila. Seolah lelaki itu bukan lagi 'tuan tentara' yang dikenalnya di rimba borneo. Lelaki itu menjelma menjadi orang asing bagi Nila, atau memang ini sosok Rayn yang sebenarnya?

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang