[ Part 2 - Mainsek ~ Tanya ]

6K 508 69
                                    


Hasrat berlapis mekarnya seperti seruni

Kusentuh wajahmu di mimpi yang sunyi

Dekapan tulus membuai nurani

Tak kunjung kutemui di mana kau bersembunyi

---

Rayn menatap sekelilingnya dengan heran, para lelaki bar-bar yang tadi mengerjainya sekarang tampak sangat-sangat rapi seperti ajudan Presiden saja. Fikri bahkan sempat memakai pomade dan menyisir rambutnya dengan jari. Tak lama pintu terbuka dan terlihat Kolonel Herman bersama seorang lelaki berambut perak masuk. Pria paruh baya berambut perak yang masih terlihat tampan itu memandang ke sekeliling ruangan dan mengamati anak buahnya satu persatu.

"Hormat kepada Kolonel Herman!" Bima memberi aba-aba.

Ketiga lelaki di depannya dengan sigap memberi penghormatan militer.

Herman memandangi anak buahnya.

"Besok Hell Class akan dipimpin oleh LetKol Khafi Sulaiman. Letnan Bima, segera atur persiapannya seperti biasa..."

"Siap!" Bima memberi penghormatan dan lelaki berambut perak bernama Khafi itu tersenyum dingin.

"Semoga divisimu tidak mengecewakan, Bima!" suara Khafi yang serak mampu membuat bulu kuduk merinding.

"Siap!"

Begitu kedua lelaki itu keluar ruangan, hawa dingin yang semula merambat, tiba-tiba mencair.

"Astaga! Khafi Sulaiman! Adakah mimpi buruk yang lebih buruk?" Bima memandangi Erwin.

"Angkatan kita benar-benar sial..." gerutu Erwin.

"Padahal tugas di perbatasan, bukannya terlihat sepele? Tapi kenapa si serigala tua itu seperti mempersiapkan segala sesuatunya sesempurna mungkin?" Fikri menyandarkan tubuhnya di tiang ranjang. "Aku mengendus sesuatu yang salah di sini..."

Sementara ketiga lelaki itu bergumam sendiri, Rayn hanya memandangi ketiganya dengan waspada. Bima yang pertama kali menyadari tatapan Rayn.

"Hei, sobat, tadi kami hanya bercanda, tidak usah ketakutan begitu..." Bima memberenggut ke arah Rayn.

"Ja...jadi...kalian bukan gay?" tanya Rayn.

Bima melotot.

"A...apa kau bilang? Memangnya aku ini terlihat seperti penyuka lelaki?" wajah Bima memerah dan dengan kesal memalingkan wajahnya dari Rayn.

"Masa tampang playboy seperti kami terlihat seperti gay sungguhan?" Erwin memandang ke arah cermin lalu tertawa. "Sementara di luar sana banyak wanita mendambakan menyentuh tubuh kami?"

Rayn menghembuskan nafas lega dan terduduk di ranjang.

"Oh my God nyaris putus jantungku!" gerutu Rayn yang disambut gelak tawa rekan-rekan sekamarnya.

"Walaupun kau 'cantik' aku tidak sudi menyentuhmu!" Fikri terbahak dan mengulurkan tangan.

"Fikri Alamsyah...dokter tentara Divisi Satu..."

"Rayndra Almahendra..." gumam Rayn setengah hati. Masih kesal dengan perpeloncoan singkat kawan-kawan sekamarnya tadi.

"Bima Anggara...bagian maintenance and repair..." Bima melambaikan tangan dengan acuh.

"Erwin Hirawan ... ," lelaki berwajah tampan itu nyengir. "Penjinak Bom, penjinak wanita juga..." Erwin menyalami Rayn dan bertanya. "Apa keistimewaanmu?"

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang