[ Part 4 - Batekang ~ Keras ]

4.8K 479 34
                                    


Ranum seperti anggur

Wajahmu membuai mimpiku

Sang pujaan tak juga datang

Angin berhembus bercabang

Rinduku berbuah lara

---

Rayn menduga dia akan melihat seorang lelaki bertubuh besar dan berotot atau apapun yang luarbiasa. Tapi pandangan matanya menyipit tidak percaya melihat sosok yang mendekat ke arahnya.

Seorang gadis? seorang gadis remaja berjalan tenang di tengah alur yang dibuat para panglima dan berdiri anggun di tengah. Gaun putihnya melambai di tengah kepekatan hutan dan wajahnya...Rayn tidak pernah melihat wajah yang seperti itu. Gadis itu seperti tidak nyata. Tidak seperti wajah ras manapun yang pernah dilihatnya. Bukan wajah Asia, tapi bukan juga Eropa. Seolah gadis itu berasal dari ribuan tahun lampau. Ada unsur Eropa di perawakannya yang tinggi, rambut panjang hitam ala orang Asia tapi kulitnya seperti keturunan Tionghoa. Yang mengherankan, mata gadis itu tidak sipit, tapi bulat sempurna dan kedalaman tatapannya membekukan setiap sendi di tubuh Rayn. Gadis itu seperti peri-peri dalam film Lord of The Ring.

"Namanya Nila Rinai...dialah pemimpin pasukan ini..." Bima menggerakan senapannya dan mengarahkannya tepat ke jantung gadis itu.

"Bima! Apa...apa yang kau lakukan?" teriak Rayn.

"Diamlah nak, nikmati saja pertunjukannya..." Bima dengan kejam menembakkan senjatanya tepat ke arah gadis itu berdiri tanpa bisa dicegah Rayn.

Senjata Bima memuntahkan longsongan peluru ke arah Nila Rinai dan Rayn hampir pasti membayangkan gadis itu akan tumbang berlumuran darah. Tapi Nila bahkan tidak beranjak seincipun dari tempatnya berdiri.

Rayn memandang Bima.

"Apakah kau tidak benar-benar menembaknya?"

Bima memandang Nila dan memberikan isyarat gadis itu untuk mendekati mereka. Nila melangkah maju dan Rayn terkesiap. Gadis itu benar-benar cantik, tapi tatapan matanya seperti kosong. Saat jarak mereka tinggal satu langkah, Nila mengulurkan tangannya yang ramping. Rayn terbelalak melihat apa yang ada dalam genggaman tangan Nila. Butiran peluru milik Bima! Bagaimana mungkin?

"Mustahil..." Rayn memandangi butiran peluru yang dijatuhkan jemari lentik Nila ke rerumputan di bawah kakinya. "Bagaimana dia melakukannya?"

Nila memandang ke arah Rayn dan beberapa detik mata mereka bersirobok.

Rayn melihat mata gadis itu berkilat dan seperti orang yang terbangun dari sebuah mimpi. Mata yang indah, tapi saat Rayn memastikan pandangannya di mata Nila, bulu mata lentik gadis itu mengerjap, tatapan Nila kembali kosong. Gadis itu berbalik dan berjalan kembali ke pasukannya dan para perempuan itu mengikuti langkah Nila menjauh dari Bima dan Rayn.

"Are you okey, Rayn?" Bima memandang Rayn yang terlihat shock.

"Aku...aku... " Rayn menjambak rambutnya dengan kedua tangan dan menepuk wajahnya.

"Ini bukan mimpi, bahkan dalam mimpi terburukmu sekalipun. Inilah kenyataan yang kita hadapi di Borneo. Hutan ini dilingkupi sihir mistis ribuan tahun yang tidak terjangkau nalar kita...ayo kita kembali ke pasukan kita..." Bima memberi tanda pada Tanghi, berpamitan, lalu menyeret lengan Rayn dan menjauhi ladang pembantaian itu. Jerit dan isak tangis terdengar mencekam di pertengahan malam di kegelapan hutan yang pekat. Pembantaian kembali dimulai.

---

Hampir dinihari, dengan kelelahan luarbiasa karena membantu para tentara menguburkan para korban, Rayn membersihkan diri dan mencuci bajunya di sungai lalu kembali ke Camp. Merebahkan tubuh dan jiwanya yang remuk redam karena peristiwa semalam dan dia baru terbangun saat merasakan sinar matahari yang mampu menerobos rimbun hutan mengenai tenda dan menghangatkan wajahnya. Hari sudah siang, tapi Bima tidak membangunkannya dengan tendangan seperti biasa jika mereka terlambat bangun, mungkin Bima memberi ruang pada Rayn untuk mencerna kejadian semalam.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang