[ Part 10 - Mahalau ~ Melewati ]

4.8K 391 14
                                    


Tebaran merah dilemparkan matahari

Dia bercengkerama di ujung langit

Bayangan terpaku di tanah

Jiwaku tenggelam di dasar rumput

---

Matilah! Ternyata Khafi sudah sampai di perbatasan, entah bagaimana LetKol Khafi yang super sibuk itu mau meluangkan waktunya dan menjemput sendiri ke perbatasan! Padahal Khafi bukanlah tipe orang yang sewenang-wenang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadinya, tapi mungkin Nila memang begitu berharga untuk Khafi? Saat mendengar Nila terluka, Letnan Kolonel Khafi memutuskan untuk menjemput putri angkatnya ke perbatasan hingga membawa helikopter Puma.

"Ayahmu akan membunuhku..." Rayn memandang Nila dengan ngeri, gadis itu tersenyum.

"Dia sangat tangguh, semoga kau bisa bertahan dengan pukulan dan tendangannya..."

"Ahh, kenapa kau malah tersenyum saat mengetahui calon suamimu ini akan dihajar habis-habisan oleh ayahmu?" Rayn membantu Nila berdiri.

"Mungkin dia ingin meyakinkan dirinya apakah kau layak dan mampu menjagaku..." hati Nila menghangat saat Rayn menyebut dirinya sebagai 'calon suami' Nila.

"Huh! Dia tidak punya pilihan...suka atau tidak suka, dia harus menerima kenyataan kalau anak dari orang yang paling dibencinya malah menikah dengan anak kesayangannya..."

"A...apa maksudmu?"

Rayn bercerita ringan. "Kurasa, serigala tua itu di masa lalu pernah patah hati gara-gara ibuku. Raina Sinai, adalah ibuku..."

"Hah? Yang benar saja...wanita yang menikah dengan teman ayah Khafi adalah ibumu?"

"Begitulah...ternyata dunia ini sempit..."

Rayn meraih teropongnya.

"Itu dia lembahnya, sudah dekat... kita menuju ke sana dan menunggu ayahmu menjemput..."

Rayn memapah Nila yang mulai kepayahan dan mereka menyebrangi padang rumput tanpa menyadari berpasang-pasang mata mengawasi mereka menuju ke tengah padang rumput.

---

Arai tidak menyukai apa yang dilihatnya.

Cara lelaki itu memapah Nila, seolah, Nila telah menjadi milik lelaki itu.

Sejak melihat Nila pertama kali saat gadis itu berumur dua belas tahun, Arai yang berumur 21 tahun sangat tertarik dengan gadis bermata unik yang diselamatkan seorang tentara dari perang besar.

Kedua orangtua gadis itu yang tewas ternyata masih kerabat dengan Tanghi Hotan sehingga Tanghi dengan senang hati menampung Nila dan menganggap Nila sebagai anaknya sendiri. Tanghi menyadari pesona Nila yang tidak biasa, seperti mangnet yang menarik lelaki-lelaki mendekatinya. Demi keamanan Nila, Tanghi membuat Nila menjadi seorang Panglima yang itu berarti, gadis itu tidak dapat dinikahi selama Nila tidak mau melepaskan kekuatannya. Setiap pemuda yang berharap pada Nila menjadi pupus harapannya. Seorang panglima burung sangat sulit didapatkan. Tidak seperti gadis biasa yang bisa diculik dan dikawin paksa, kedudukan Nila yang tinggi membuat tidak sembarangan orang bisa meraihnya apalagi sebagai Panglima, Nila memiliki hak untuk memilih calon suaminya sendiri, bahkan jika dia memilih untuk tidak menikah dan selamanya menjadi inang bagi roh agung yang bersemayam di tubuhnya.

Arai membenci malam dimana Nila dimasukkan ke ruangan suci milik Amak Hotan dan menjalani prosesi adatnya sebagai panglima.

Mendengar jeritan melengking Nila yang ketakutan dan proses sulit saat sang penguasa hutan tertinggi memilih tubuhnya menjadi inang Sangiang Datau. Sejak itu Nila menjadi tak tersentuh, semuanya takut menatap mata indah gadis itu dan menghormati Nila sebagaimana memuja Sangiang Datau. Setiap perkataan Nila adalah perintah mutlak.

Borneo DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang