Chapter 17

1.2K 195 3
                                    

Sepulang dari pertemuan itu, aku mengabari Touka-chan tentang apa yang terjadi. Ia mengerti dan membantu memindahkan kembali barang-barangku ke rumahku. Aku membuat alasan bahwa rumahku pernah terserang ghoul, aku berbicara jujur saja akan hal itu, namun aku tak memberitahu mereka bahwa aku pun terluka karena kedatangan mereka.

Aku bingung bagaimana bisa aku bertemu dengan Kaneki dalam kondisi seperti ini. Ia bisa tertangkap bila ada dua orang CCG di rumahku. Namun sejauh ini, semuanya berjalan dengan baik. Semuanya tenang dan senang. Aku bahkan sudah mulai masuk sekolah, Kokoro juga terlihat baik-baik saja. Aku senang sekali meski aku belum bertemu Kaneki sejak aku diserang. Aku rindu padanya. Aku bahkan ingin memeluknya. Aku tidak tahu kabarnya, apakah ia baik-baik saja? pertanyaan-pertanyaan itu terus berulang di pikiranku. Aku tahu aku tidak akan mendapatkan jawabannya dalam waktu dekat, tapi aku terus memikirkannya.

Aku tidak mengambil map hasil operasi transplantasi organ milik ayah, aku membiarkannya menjadi milik tenchou untuk sementara. Aku pikir itu langkah tepat, aku pikir. Tapi file itu benar-benar membawa sial bagi yang membawanya.

Beberapa minggu setelah aku kembali ke rumah. Beberapa anggota CCG datang ke anteiku, mereka melakukan pengecekan dan segala macam. Tenchou mulai khawatir akan hal ini. Maka dari itu tenchou memintaku untuk membawa Touka-chan dan Hinami-chan ke rumahku. Entah bagaimana CCG bisa mencurigai café yang begitu disukai warga kota.

Sudah dua hari Touka-chan dan Hinami-chan berada di rumahku. Aku senang sekali. Tapi ada rasa takut dalam diriku juga. Aku cemas dan terus waspada. Lalu...

Rrrrrrr...

Hp-ku mendapat telfon dari nomor tak dikenal. Aku tidak ingin mengangkatnya, tapi perasaanku merasa aku perlu megangkatnya. "Halo?"

"Akina. Ini tenchou."

"Tenchou?" pekikku. "Hai, bagaimana keadaannya? Apa tenchou baik-baik saja?"

Ia tertawa. "Ya, aku baik. Seperti biasa." tambahnya. "Touka dan Hinami tidak akan kembali ke anteiku dalam waktu dekat. Aku harap aku bisa membawa kembali mereka, tapi nyatanya tidak."

"Apa maksud tenchou?"

"CCG tahu identitasku, Akina."

Jantungku berdegup semakin kencang. Rasa itu kembali. Rasa kau tahu akan segera kehilangan, tapi kau tidak akan pernah siap. "Tenchou ke rumahku saja! Kita tutup anteiku selama beberapa bulan! Tenchou kau harus menyelamatkan diri!"

"Akina." Tenchou tersenyum. Meskipun aku tidak bisa melihatnya, aku tahu ia sedang tersenyum sambil menyebutkan namaku. "Bila aku tidak menahan mereka, yang lainnya akan menjadi ikut sasaran. Aku harus menjaga keutuhan Anteiku. Aku tidak ingin berbuat hal yang sama seperti dahulu."

"Tenchou bicara apa! Tenchou harus hidup!" seruku marah.

Ia tertawa. "Kau sama saja seperti almarhum istriku." Ujarnya. "Ia sangat keras kepala demi kebaikan orang lain tapi jarang mementingkan dirinya sendiri."

"Tenchou ini bukan saatnya untuk bercanda." Tegasku.

"Map berisi data itu sudah dibawa oleh Yomo. Yomo akan datang ke rumahmu dan ikut menginap."

Air mataku mulai keluar. "Bagaimana dengan Irimi-san dan Koma-san?"

"Kami akan menemani tenchou!" seru sebuah suara.

"Irimi-san? Koma-san?" tangisanku semakin deras.

"Dengar ya, Akina-chan, kau sudah menjadi gadis yang sangat tangguh. Teruslah menjadi tangguh, jangan biarkan apa yang ada di hadapan menghalangimu. Kapan-kapan kau akan kuajarkan bertarung ala gorilla dari gunung. Hihihi."

"Bagaiman Koma-san bisa bicara seolah semuanya baik-baik saja?"

"Karena aku tahu takdirku. Ketika kau mengetahui takdirku kau akan merasa tenang. Kau hanya perlu menerimanya, Akian-chan."

"Hei, giliranku berbicara." kata Irimi-san. "Akina-chan." Panggilnya.

"Hiks, yaa?"

"Jangan menangis, sayang." Aku bisa membayangkan wajah ke-ibuan Irimi-san sedang tersenyum. "Aku punya pesan untukmu. Apapun yang terjadi kau harus bisa melindungi dirimu sendiri, jangan bergantung pada orang lain. Kau akan tahu manfaatnya."

"Aku akan melakukannya." Aku terus menangis. Suaraku menjadi parau dan tak jelas.

"Akina, jangan beritahu Touka-chan dan Hinami-chan tentang hal ini." Suara tenchou kembali muncul. Aku mengangguk, meski tenchou tidak bisa melihat. "Kau adalah manusia yang luar biasa. Kasih sayangmu pada kami melebihi ekspektasiku. Akina kau benar-benar sudah menjadi keluarga kami."

Aku terdiam. Perasaan ini benar-benar membuatku terenyuh. Air mataku kembali mengalir bagaikan air terjun. Begitu derasnya sampai aku kesusahan mengatur nafasku. Mau berapa banyak orang terkasihku yang pergi begitu saja? Ibu pernah mengatakan padaku bahwa orang-orang terkasih merupakan bagian dari keluarga yang tak pernah kita sadari. Namun, ada kalanya aku ingin tidak mengetahui perasaan itu agar jika mereka pergi tidak perlu sesakit ini. Mau bagaimana pun, aku harus mensyukuri apa yang kurasakan, karena itulah yang membuatku menjadi manusiawi.

"Tenchou, terima kasih."

Tenchou tersenyum. "Jaga dirimu, anakku."

White Apple (Kaneki x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang