Malam itu aku tidak berbicara banyak. Setiap jarum jam berdetak jantungku serasa diremas. Aku tidak bisa diam tanpa memikirkan apa yang terjadi di anteiku. Aku merasa takut dan cemas di saat yang bersamaan. Tenchou mengingatkanku bahwa apapun yang terjadi aku tidak boleh mendekati Anteiku. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka pergi seperti Rize, aku belum mengenal mereka lebih jauh. Aku belum membuktikan sesuatu. Aku belum berhasil menjadi barista di bawah bimbingan mereka.
Yomo-san sudah datang sejak sore tadi sambil membawa map tersebut. Di luar dugaan, Yomo-san menceritakan semuanya pada Touka-chan dan Hinami-chan. Aku pun turut membicarakannya, mereka berdua sama murungnya dengan diriku. Meskipun di rumah ada empat orang, suasana rumah sepi bagaikan tidak ada yang hidup.
"Semuanya, ayo kita minum teh." Ajak Hinami-chan. Kami pun berkumpul di ruang tv. Hinami-chan meletakkan sepiring penuh macam-macam biscuit.
Acara tv pun sangat membosankan. Semuanya hanya seputar politik, drama, sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipublikasikan, dan ghoul. Kali ini channel berita memberitakan tentang penyerangan ghoul.
"Itu anteiku!" seru Touka-chan.
Mataku terpaku pada sesosok ghoul dengan topeng, ia bertarung begitu ganas melawan pasukan-pasukan CCG. Sesosok ghoul itu kuyakini adalah tenchou. Lalu muncullah anggota CCG lainnya dengan benda yang mereka buat bersama campuran dari kagune.
"Shinohara-san dan Amon-san?" gumamku. Mereka melawan tenchou sekuat tenaga. Hati kecilku berkata lebih baik Shinohara-san dan Amon-san harus mati. Lalu dalam sekali pukulan, mereka berdua terpental jauh. "Yeah! Bagus!" aku bersorak.
"Nee-san?" Yomo-san, Touka-chan dan Hinami-chan memandangku heran.
"Ehh...um..." aku menggaruk-garuk kepalaku. "Tidakkah lebih baik kita menyemangati tenchou?"
"Itu benar." Jawab Hinami-chan. "Ayo tenchou! Bunuh mereka!!!"
"Yeah, bunuh mereka!!!!" teriak Touka-chan. Aku melirik Yomo-san, ia hanya diam melihat tv. Tanpa ekspresi apapun. "Tenchou, tetaplah hidup!! Aku akan segera masuk universitas! Lihatlah aku menjadi wanita dewasa yang kuat!!! Jangan matiii!!!" seru Touka-chan lagi, kali ini air matanya pun turut mengeluarkan suara. Air matanya mulai turun secara perlahan.
"Aku tidak ingin kehilangan anteiku. Irimi-san dan Koma-san!!" Tangisan Touka-chan semakin hsiteris. Hinami-chan berhenti menyoraki tv, begitu pun denganku. Kami berdua melihat Touka-chan menangis.
Aku mendekati lalu memeluknya. "Aku merasakan apa yang kau rasakan. Aku pun sendiri. Namun, ayo kita bersama-sama menjadi seseorang yang kuat." Touka-chan hanya mengangguk, ia tidak bersuara, ia menangis dalam diam. Aku bisa tahu bahwa ia menangis karena bajuku terasa basah.
Touka-chan benar-benar telah memendam semuanya. Ia bahkan menangis tanpa suara. Aku hanya bisa terus memeluk tubuhnya yang bergetar. Hinami-chan mendekat dan ikut memeluk kami berdua. Sedangkan Yomo-san mengambilkan kami sekotak tisu.
"Wanita memang mempunyai cara tersendiri untuk meluapkan rasa ya."
Aku tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Tentu saja. Karena wanita adalah makhluk yang special."
Sekarang tepat pukul 9 malam. Sudah lima belas menit sejak berita anteiku diserang di tv. Kami berempat berusaha menyibukkan pikiran kami masing-masing. Touka-chan belajar di kamarnya. Hinami-chan membaca buku. Yomo-san duduk di teras sambil merokok. Sedangkan aku, berusaha membaca-baca buku pelajaran, namun tidak ada satu pun kata yang masuk ke otakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Apple (Kaneki x Reader)
Fiksi PenggemarKusajishi Akina adalah anak dari Kusajishi Hiro dan Kusajishi Kikuno. Kikuno meninggal karena kanker, maka dari itu Hiro menikah lagi dengan wanita lain. Namun Akina tetap tidak mau mengakui wanita baru itu sebagai ibunya dan menetap di rumah lamany...