Chapter 21

1.1K 176 3
                                    

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk benar-benar mengenal sosok ghoul itu adalah Tatara. Tatapannya lebih dingin dari milik Kaneki, ia pun memiliki aura kekuatan di luar ghoul biasa. Lalu anak kecil di sampingnya selain memiliki penampilan mengerikan, ia juga memiliki aura aneh dari tubuhnya. Aura yang akan membuat kita menjauh.

Shinohara-san dan Amon-san memasang wajah serius, kecuali Suzuya. Situasi jadi mencekam. Dengan kehadiran kumpulan ghoul aku seolah bisa merasakan hawa kematianku sendiri. Aku tidak merasa takut seperti yang kukira, mungkin karena aku sendiri sudah tahu hal ini akan terjadi.

"Hoo, jadi ini gadis yang kita cari?" seorang ghoul turun dari atap rumah, ia melepas tudung jubahnya. Ia laki-laki dengan rambut sedikit acak-acakan dan warna matanya mirip dengan seseorang yang kukenal. "Tunggu apa lagi? Ayo kita serang." Ia menyeringai.

"Suzuya, bawa Akina pergi!" titah Amon-san.

"Baik!" Suzuya menarik tanganku, kami berlari ke arah sebaliknya. Sambil berlari, aku terus menembaki ghoul-ghoul yang melintas. Suzuya juga turut berlarian kesana kemari untuk menebas ghoul.

"Mereka banyak sekali."

"Itulah yang namanya pesta. Hihihi. Hiyaaa!! Mati kau!!! Kau jugaa!! Hihihi!!" Suzuya begitu lincah dan brutal menebas semua ghoul, yang lebih parah lagi ia melakukannya sambil tersenyum. Anak ini berbeda dari yang lain. "Nona Akina, ayo jalan!!!"

"Jalan kemana?" laki-laki tadi muncul di hadapan kami. "Kalian tidak boleh lewat."

"Nona Akina, mundur sedikit." Ujar Suzuya, aku mengangguk sambil berangsur mundur ke belakang. "Kau terlihat kuat loh..."

"Terlalu cepat untuk memuji anak bocah!" ia mengeluarkan kagunenya. Kagune miliknya sangat berbeda dari kagune yang pernah kulihat, ia memiliki kagune yang indah. Kagunenya berbentuk sayap dengan warna galaksi. Meskipun indah, sayap-sayap itu terlihat sangat tajam. "Rasakan ini!!"

Kagunenya mengeluarkan serpihan-serpihan tajam seperti kaca. Suzuya langsung menepis mereka semua dengan pedang di tangannya. "Sayang sekali, mereka tidak tajam." Ia melompat tinggi hingga mencapai laki-laki itu dan menebasnya.

Mereka bertarung dengan sengit di langit, setiap gesekan yang ditimbulkan antara senjata mereka menimbulkan percikan api. Apa yang harus kulakukan saat ini? Aku tidak mungkin diam dan menonton mereka bertarung, bukan?

"Pssstt..."

"Pssstt..."

"Akina-chan..." aku menoleh dengan cepat. Dari balik bayangan gelap muncul wajah yang kukenal.

"Hide!" aku memekik. Hide menarikku agar aku terhindar dari akibat serangan Suzuya dan ghoul itu. "Apa yang kau lakukan di sini? Dan kenapa kau memakai seragam CCG?"

"Ssstt diamlah. Aku sedang menyamar." Ujarnya. Matanya melirik kesana kemari dalam kewaspadaan. "Sahabatku ada di sini. Aku melihatnya bersama ghoul yang lain."

"Hide, sahabat yang kau maksud itu Kaneki kan." mata Hide membesar. "Akan kuceritakan detailnya nanti saja. Sekarang kau harus pergi. Di sini tidak aman."

"Jelaskan sekarang." Tegas Hide. "Aku sudah melacaknya kemana-mana, kau tahu betapa susahnya itu? Aku harus tahu ketika jawabannya sudah di depan mata." Hide menggenggam tanganku. "Kumohon, beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi pada Kaneki."

Dengan berat hati aku menejelaskan semuanya secara singkat. Ini sama sekali bukan waktu yang tepat untuk bercerita. Kami sedang di tengah medan perang antara manusia dan ghoul. Namun aku tidak bisa menolak melihat tatapan Hide yang begitu penuh tekad dan keingintahuan dalam minimnya pencahayaan. Hide sudah menunggu terlalu lama.

"Begitu..." sahut Hide setelah terdiam cukup lama.

"Aku tahu ini semua susah untuk dicerna, tapi kau harus segera pergi. Kalau kau bersamaku, kau tidak akan aman."

"Memangnya kenapa?"

"Karena-"

SPLASHHH!!!

Dalam kegelapan wajah dan bajuku terciprat cairan. Aku menyentuh cairan itu dengan jariku, aku mempertajam penglihatanku. Cairan ini pekat, berbau amis, dan berwarna merah. "Hide!!"

"Ughh...arrgghhh...."

"Astaga!" aku memegangi tubuh Hide yang bergetar hebat. Ia shok akibat serangan tiba-tiba. Sebuah luka besar menganga di bagian perutnya. Ini mirip seperti luka yang kudapat sebelumnya. "Hide, bertahanlah!" aku terus menekan lukanya agar pendarahan terhenti.

"Kami menemukan gadis itu!" aku mendongak ke arah suara. Ada dua ghoul yang memakai topeng putih, mereka berdua memiliki kesamaan dalam tinggi badan. Kemudian mereka berdua turun dari atap gedung. Salah satu dari mereka memegangi lenganku agar tidak bisa meronta.

"Kau melawan terus." Ujar salah satu dari mereka. Ia meninju uluh hatiku, tiba-tiba aku merasa pusing dan mual tak tertahankan. Pandanganku mulai gelap. Nafasku pun mulai pendek dan tak beraturan. "Selamat tidur, Akina-san."

White Apple (Kaneki x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang