Part 4

383 28 0
                                    


Interaksi Dua Arah, Satu Raga Dua Jiwa_____

Kyoko menulis di sebuah buku catatan kosong yang baru saja diberikan oleh Matsumoto kemarin di rumah sakit. Nampak rautan bahagia di wajahnya ketika menarikan tinta pada kertas putih. Ah sepertinya ia sudah merasa nyaman berkonsultasi dengan psikiater muda itu. Cara Matsumoto sangat membuat gadis ini nyaman dan merasa dilindungi.

Kyoko masih menarikan tinta hitamnya pada kertas putih di dalam kamarnya—pada meja berkaki rendah depan jendela mengarah ke taman belakang rumah Yamami. Sesekali ia tersenyum ketika mengingat kembali wajah psikiater muda itu dan cara lembutnya.

Yamami memperhatikan tingkah Kyoko yang sebenarnya—anggun dan pemalu, dari balik jendela yang mengarah ke ruang makan. Sepertinya Kyoko sudah mulai membaik. Batinnya.

Tiba-tiba wajah Kyoko yang tertunduk menatapi buku catatan, berubah pucat pasi dengan mata tajam bagai meluapkan amarah. Tangannya berhenti menarikan pena. Bias cahaya dari sela jendela menambah ketegasan guratan amarah di wajahnya.

SREK SREK

Tulisan yang ia buat beberapa halaman disobek tanpa ampun lantas diremukkan menjadi bola amarah yang siap dilempar. "Jangan ganggu saya!" ucapnya lirih. Bukan Kyoko

Seketika Kyoko mendekap kakinya dan bergeser ke arah pojok kamar dengan ketakutan. Ia terisak, ketakutan. Matanya menyapu seisi ruang. Ia merasa tak sendiri dalam kamar itu.

Lantas, matanya kembali tegas. Kini gadis itu berdelik tajam ke arah buku catatan. "Tidak boleh menyimpan buku itu. Lelaki itu akan membunuh saya. Enyahkan buku itu!" pekiknya sedikit berteriak. Kyoko yg kala itu dikuasai oleh Arina melempar buku catatan ke arah jendela tempat Yamami bersembunyi di baliknya, "jangan pernah mengusik saya!" pekiknya lagi mengacak isi ruang.

Bias kamar jatuh pada mata tajam Kyoko. Seketika Kyoko menangis tersedu. Penampilannya sudah berantakan. Ia terisaknya memeluk tubuh yang mulai bergetar.

Perlahan tangannya bergerak menyusuri tubuh. Dimulai dari lengannya. Jemari Kyoko mencakar tubuhnya sendiri hingga meninggalkan goresan luka pada lengan. Bergegas ia mengambil gunting dari dalam laci meja lantas memotong sendiri rambut panjangnya.

Yamami melihat kejadian itu, tak kuasa menahan sesak dalam dada. Ia berlari mendekati Kyoko, mencoba menyadarkan gadis itu. Naas, Arina lebih kuat dari yang dibayangkan. Yamami terdorong ke arah pintu kamar dengan tubuh tersungkur. "Saya tahu Anda Arina, keluar dari tubuh Kyoko. Apa mau Anda?!" pekik Yamami.

Arina mendelik kesal mendengar suara Yamami yang mulai menganggu keberadaanya. Ia melangkah mendekati Yamami yang masih tersungkur. Namun, segera Kyoko menyadarkan dirinya. Ia melawan guncangan dalam tubuhnya. Sakit. Itu yang Kyoko rasakan. Jiwanya terasa terombang-ambing.

Usaha Kyoko melawan guncangan dalam tubuhnya, membuat gadis itu meringkuk menahan sakit. Buliran kristal sudah membanjiri wajah cantik Kyoko. Seisi kamar gadis itu sudah berantakan bak kapal pecah. Guratan luka pada lengannya sudah tak terasa perih. Ia kembali berdiri lantas menjatuhkannya lagi, kedua lutut lebih dulu mendarat. Kedua tangannya memegang kepala erat-erat. Tubuhnya terbungkuk mencium lantai lantas ia berteriak sekencang mungkin lalu berakhir isak tangis.

Yamami merasa sedih melihat usaha Kyoko mengendalikan diri. Segera ia menghubungi Dr. Matsumoto untuk datang ke rumah itu. Lepas menghubungi psikiater itu, Yamami kembali ke kamar Kyoko. Dengan langkah perlahan, ia mencoba mendekati tubuh rapuh Kyoko yang masih terisak. Perlahan ia memeluk erat gadis itu untuk menenangkan. Syukurlah sudah kembali menjadi Kyoko. Batinnya.

Bersambung_

Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang