Part 18

126 9 0
                                    

Matsumoto memasuki ruang inap tempat sejawatnya di rawat. Pintunya terbuka begitu saja. Rupanya tengah pemeriksaan rutin oleh dokter yang menangani. Matsumoto melangkah pelan agar tidak menganggu pemeriksaan. Namun, ternyata keberadaan Matsumoto disadari oleh Ikeda.

"Ah, Akira," sapa Ikeda dengan nama belakang Matsumoto. Mereka memang sudah terlalu dekat.

Matsumoto mendekat sejawatnya lantas mengangguk ke arah Ikeda Eri, istri Ikeda Aoi sebagai salam. "Bagaimana ceritanya? Kenapa bisa terjadi denganmu?" tanya Matsumoto pada temannya dengan wajah penasaran.

Ikeda tak langsung menjawab sebab aliran infus baru saja mengalir di pembuluh darahnya. Dokter yang memeriksa pamit keluar diikuti suster yang mendampinginya. Setelah pintu tertutup, Ikeda berdeham dan membetulkan posisi sandarannya. "Saya pulang kerja semalam. Tiba-tiba seseorang memukul kepala saya sungguh keras," jelas Ikeda seraya memegang kepalanya yang terlilit kain perban.

"Kenapa tidak melapor polisi?" Matsumoto masih tidak mengerti dengan jalan pikiran sejawatnya.

Ikeda diam sejenak. Kepalanya menoleh ke arah istrinya yang masih berdiri di samping, lalu kembali menatap Matsumoto. "Aku tidak ingat siapa orangnya."

"Soo desu ka?" Matsumoto masih merasa keganjilan dari keterangan Ikeda Aoi.

"Saya baik-baik saja, Akira. Saya tidak geger otak. Kau kembali bekerja saja."

Matsumoto mengangguk. "Baiklah. Cepat pulih, Aoi." Matsumoto melangkah keluar meninggalkan Ikeda Aoi berdua dengan istrinya.

Saat Matsumoto menyusuri lorong rumah sakit, dia melihat Kyoko tengah berjalan sendiri menuju ruangannya. Sebelumnya tak ada kabar dari gadis itu untuk konsultasi hari ini. Di tangannya menggenggam keranjang buah segar. Matsumoto mempercepat langkahnya.

"Kyoko-san!" seru Matsumoto ketika hampir mendekati pasiennya.

Mendengar seruan itu, Kyoko memutar tubuhnya dan mendapati Matsumoto mendekati ke arahnya. Kyoko membungkukkan tubuh sedikit sebagai hormat. "Ohaiyo gozaimasu, Sensei!"

"Ohaiyo gozaimasu. Tiba-tiba sekali tidak ada kabar mau ke sini?" Kini Matsumoto berjalan berbarengan di samping Kyoko.

"Saya ke sini bukan untuk konsultasi tapi untuk mengantarkan ini." Kyoko menyodorkan keranjang buah.

"Apa ini?" tanya Matsumoto tidak mengerti.

"Ini ucapan terima kasih saya," jelas Kyoko.

"Atas apa?"

"Sensei sudah mau membantu saya."

Matsumoto menatap lekat wajah gadis di depannya. Dia mengambil keranjang buah itu. "Terimakasih sudah membawakan ini untuk saya. Mari kita ke ruangan!" ajaknya.

Ketika membukan pintu ruangan Matsumoto, Mia tengah menyeduh teh. Suster itu membesarkan bola mata, terkejut dengan kedatangan Kyoko tanpa konfirmasi. "Ohaiyo gozaimasu, Kyoko-san!" sapa hangat Mia.

"Ohaiyo!" jawab Kyoko dengan anggukkan.

Mia mendelik ke arah Matsumoto lantas matanya menyoroti keranjang buah.

"Tata buahnya!" pinta Matsumoto kepada Mia.

"Hai, Sensei." Mia mengambil piring dan mengeluarkan buah dari keranjang.

"Silakan duduk, Kyoko-san!" Matsumoto menyilakan gadis itu duduk di kursi bersandar tinggi.

Kyoko mengangguk. Seketika air muka Kyoko berubah cemas. Perubahan itu disadari Matsumoto. "Ada masalah?"

"Sensei."

"Iya."

"Sebenarnya ada yang mau saya bicarakan." Kyoko meremas jemarinya.

"Ceritakan saja! Ada apa Kyoko-san?" Matsumoto merubah duduknya menjadi lebih tegap.

Kyoko berdeham pelan. Tenggorokannya terasa ada yang mengganjal. "Tadi pagi, saya mendapati baju tidur yang saya kenakan ketika tidur tergelatak begitu saja di lantai. Gaun melekat di tubuh saya serta riasan wajah yang masih sempurna. Seingat saya, semalam saya tidak keluar lagi." Kyoko menelan ludahnya. Ada perasaan takut melanda pikirannya.

"Sudah tanya Yamami-san?"

Kyoko mengangguk.

"Lalu?"

"Yamami-san tidak melihat saya keluar. Malah dia mengira saya sudah tidur." Kyoko mengencangkan remasan jemarinya.

"Apa mungkin Arina?" tanya Matsumoto menerka-nerka.

"Arina?" Kyoko membulatkan matanya mendengar nama itu lagi.

Soo desu ka : Begitu ya

Musik : Beethoven-Sonata no. 14 in C sharp minor, Op. 27 no. 2 (Moonlight Sonata), Mov. 1


Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang