Di sebuah rumah sakit, Kyoko berjalan lemas dengan wajah tertunduk. Di sampingnya Yamami menoleh kiri kanan mencari sebuah ruangan. Sebuah kartu nama di genggamannya sebagai petunjuk, ke mana mereka harus menuju. Mereka terhenti di depan pintu ruangan. Pintu itu tertempel sebuah nama. Yamami mengetuk pintu ruangan, lantas keluar seorang suster dengan papan nama Mia. "Bisa dibantu?" sapanya.
"Kami ingin bertemu Matsumoto Sensei," ujarnya.
"Pasien atas nama Kyoko-san?" tanyanya memastikan.
Yamami mengangguk.
"Silakan masuk! Sensei sudah menunggu." Mia mempersilakan mereka masuk dan bertemu dengan seorang dokter berjubah putih. "Sensei, Kyoko-san sudah datang." Mia memberitahu.
Dokter itu yang tengah menulis sesuatu di selembar kertas, memutarkan kursinya. "Hai apa kabar Kyoko-san!" sapa hangat psikiater muda dengan papan nama di dadanya 'Dr. Matsumoto Akira'. "Yamami-san!" sapanya seraya mengangguk ke arah Yamami.
Kyoko tidak menjawab. Wajahnya pucat pasi dengan tatapan tajam. Kedua tangannya menggenggam erat tas merah tua. Rambut lurus tergerai hingga bahu.
"Silakan duduk, Kyoko-san!" intruksi psikiater muda.
Kyoko masih saja terdiam di posisinya. Ia tak beranjak satu langkah pun. Tatapannya semakin tajam, bagai siap menerkam siapapun yang hendak mengganggunya.
Matsumoto masih merekahkan senyuman hangatnya pada gadis itu. Meskipun ia tahu bahwa gadis di hadapannya tidak menyukai dirinya dan ruang putih berukuran empat kali empat itu. "Kyoko-san silakan..." belum sempat Matsumoto menyelesaikan ucapannya, gadis itu melangkah mendekati dirinya.
"Saya tidak suka Anda! Jangan perintahkan Yamami-san untuk membawa saya ke sini! Saya tidak sakit! Saya tidak gila! Kalau Anda masih saja menganggu hidup saya, saya akan merusak kehidupan Anda," ucap gadis itu lantang dan tegas dengan tatapan mata setajam bilah pisau.
Matsumoto tidak menjawab. Ia hanya tersenyum membalas ucapan gadis itu.
Kyoko membalikkan badan lantas pergi meninggalkan ruangan. Yamami yang masih berdiri di depan pintu, terdiam melihat punggung Kyoko yang semakin jauh.
"Sensei, yang tadi itu bukan Kyoko tetapi....." belum sempat menyelesaikan penjelasannya, terdengar Kyoko berteriak dari kejauhan.
"Yamami-san!" pekik gadis itu
Dengan perasaan bersalah, Yamami pamit kepada Matsumoto. Pskiater itu masih tersenyum. Lambat laun senyuman itu memudar dengan berbagai tanya dalam benaknya.
Yamami mengejar gadis itu hingga napasnya tersengal-sengal. Ada dua perasaan yang terlintas dalam benaknya, sedih dan takut. Ia sedih melihat kondisi gadis itu yang semakin mengkhawatirkan serta takut bila suatu waktu menyelakai dirinya, orang lain bahkan dirinya sendiri.
"Kyoko, chotto matte!" teriak Yamami.
Kyoko mengindahkan teriakan Yamami. Ia terus melangkah cepat tak bertujuan. Tiba-tiba berhenti. Ia berhenti di antara keramaian kota, dipadati pejalan kaki yang siap menyeberang perempatan jalan raya. Lampu lalu lintas baru saja hijau untuk pejalan kaki. Gadis itu memutarkan tubuhnya lantas mendekati Yamami.
Yamami ikut menghentikan langkah. Wajah Kyoko masih kesal. Yamami mematung melihat gadis itu mendekatinya.
"Yamami-san." Kyoko menunduk. Tangannya meremas kuat tas merah tua.
"Hai, Kyoko." Kini Yamami berkerut kening.
Orang melintas begitu saja di antara mereka. Ini tampak drama antara ibu dan anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Me
Gizem / GerilimTAMAT Rank #1 of hashtag geisha: 1-18 Mar 2019 Rank #1 of hashtag dua kepribadian: 19-26 Mar 19 9-12 Apr 19 9-13 Jun 31 Jul-5 Aug 2020 Yang sedang bebicara dengan kamu bukanlah orang yang kamu kenal Bukan pula dengan karakter yang kamu ketahui Dia s...