Ruang putih menjadi senyap. Matsumoto menatap lekat pasiennya yang tengah bercerita. Dia merasakan penderitaan yang dialami pasiennya di masa lalu. Dia tak menyangka Kyoko mengalami masa kanak-kanak yang menyedihkan. Bulir mata sudah berada di ujung matanya, segera dia menyesap ocha yang sudah mulai dingin seraya mengusap wajahnya sebelum bulir itu jatuh. Matsumoto melirik cangkir Kyoko yang baru diminum dua pertiganya.
Kyoko masih menunduk. Kedua tangannya saling meremas. Tubuhnya bergetar menahan tangis yang sulit dikendalikan. "Aku benci Ibu," lirihnya.
Mendengar lirihan Kyoko membuat psikiater itu kembali menatap pasiennya. "Saya mengerti," ucap Matsumoto seraya mengangguk. Ternyata masa lalu gadis ini lebih menyakitkan dibandingkan masa laluku. Gumam Matsumoto. Bayangannya seperti kembali ke puluhan tahun silam.
Sebuah danchi (rumah susun) di Tokyo tinggal seorang ibu muda yang memiliki anak laki-laki. Dia baru saja ditinggal suaminya yang sudah satu tahun tidak kembali. Terakhir dia mendengar kabar bahwa suaminya menjadi korban tabrak lari di perfektur Kyusu tepatnya di Fukuoka. Hal itu menjadi pukulan terhebat untuknya. Bagaimana tidak, seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan sebelumnya memiliki keluarga bahagia, tiba-tiba mendapat ujian yang begitu berat. Terpaksa ibu muda itu harus mencari pekerjaan di kota besar. Dia memutuskan untuk menjadi buruh cuci di kota besar itu. Alasannya adalah agar bisa merawat anak laki-lakinya yang masih memerlukannya. Dia menjalani pekerjaan itu selama satu hari penuh.
"Ibu, lihat aku menggambar ayah!" anak lelaki itu menyodorkan kertas gambar yang digambar dengan pensil. Di kertas itu tergambar satu sosok berambut pendek yang dinamai 'ayah', berambut panjang yang dinamai 'ibu' dan di tengahnya sosok anak kecil berambut pendek yang dinamai namanya sendiri. Mereka saling berpegangan. Meskipun gambar itu tidak beraturan, itu adalah gambar yang paling tulus dari anak berusia enam tahun.
"Bagus," jawab ibu muda itu seraya melipat pakaian yang siap diantarkan ke konsumennya.
"Ayah kapan pulang, Bu?" tanya anak itu seraya memeluk ibunya.
Ibu muda itu hanya diam. Dia bingung harus menjawab apa. Mana mungkin mengatakan yang sejujurnya. "Akira, Ibu mau merapihkan ini," dia menunjuk pakaian yang menumpuk, "sudah ditunggu Yamada-san," lanjutnya mencoba mengalihkan pertanyaan anaknya.
Akira mengangguk. Dia melepaskan pelukannya lantas pergi, kembali ke buku gambarnya—melanjutkan menggambar.
Dari arah luar pintu rumah mereka diketuk seseorang. Ibu muda itu segera membukakan pintu. "Ah, Yamada-san, baru mau saya antarkan."
"Ah tidak usah, Matsumoto-san. Biar saya ambil sendiri." Yamada adalah tetangga satu danchi hanya saja dia tinggal di lantai satu. Yamada adalah tetangga yang paling baik terhadap keluarga Matsumoto. Matsumoto adalah nama keluarga Matsumoto Akira, yang didapatkan dari nama ayahnya, Matsumoto Kawari. Sedangkan ibunya memiliki nama Matsumoto Amaya.
"Baiklah, tunggu sebentar." Amaya mengambil pakaian keluarga Yamada. Sementara itu Yamada melihat Akira tengah asik dengan buku gambarnya.
"Lagi apa, Akira?" tanya Yamada.
Akira mengangkat buku gambarnya lantas berlari kecil mendekati Yamada. "Ini." Anak itu memamerkan hasil karyanya.
"Wah bagusnya. Kau berbakat, Akira." Yamada membelai lembut kepala anak itu.
Tak lama Amaya mendekati mereka dengan keranjang pakaian yang sudah rapih. "Pakaiannya baru selesai, gomen ne (maaf ya)."
Yamada mengibas tangannya. "Ah, tidak apa-apa. seharusnya saya yang berterima kasih." Yamada menerima keranjang pakaian. "Arigatou ne (terima kasih ya)."
"Hai (iya)."
Yamada berbalik badan dan meninggalkan keluarga Matsumoto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Me
Bí ẩn / Giật gânTAMAT Rank #1 of hashtag geisha: 1-18 Mar 2019 Rank #1 of hashtag dua kepribadian: 19-26 Mar 19 9-12 Apr 19 9-13 Jun 31 Jul-5 Aug 2020 Yang sedang bebicara dengan kamu bukanlah orang yang kamu kenal Bukan pula dengan karakter yang kamu ketahui Dia s...