GADIS bernama Zeenda itu berdiri mematung menatap keluarga di hadapannya. Pikirannya melayang ke ucapan Raffi sore tadi yang berniat melamarnya untuk Arfan.
"Duduk, Nak!"
Ketika Zeenda mendengar perintah Ismail--sang ayah--rasanya gadis itu ingin berlari saja ke lain negara, asal tidak di sini. Mau tidak mau Zeenda mendudukkan dirinya di sebelah Ismail, berhadapan dengan lelaki yang dia kagumi.
"Saya tidak perlu basa-basi, ya. Boleh saya bertanya pada putri Bapak?" Raffi mengarahkan pandang dengan hormat.
"Oh, tanya saja." Ismail tersenyum ramah.
"Neng, Ustad mau bertanya, Allah 'kan melarang lelaki dan perempuan yang bukan mahram berdekatan, bagaimana cara Allah menyatukan dua insan?"
Zeenda menatap Raffi, otaknya langsung mengirim sinyal kuat perihal jawabannya. "Dengan menikah."
"Lalu, mengapa masih banyak sekali yang menutup mata akan perintah Allah tersebut?" Ia menaikkan salah satu alisnya. "Contohnya, masih banyak di luar sana yang berpacaran demi menyempurnakan keinginan nafsu mereka."
Gadis itu menghembuskan napasnya. Otaknya kembali berfungsi dengan cepat.
"Sebab akhlaq yang tidak terdidik. Bisa juga karena pergaulan, dan pengaruh lingkungan luar." Zeenda terdiam sejenak. "Mereka menganggap hidup hanya sekali, maka dengan begitu mereka memanfaatkannya dengan cara yang salah. Justru semakin mereka mengejar dunia, maka semakin jauhlah dunia untuk mereka gapai. Sesuai dengan firman Allah yang artinya, bila kamu mementingkan urusan duniawi, maka silahkan saja, tapi akan Aku jauhkan kamu dari JannahKu."
Raffi dan Sarah tersenyum bangga. Mereka puas akan jawaban yang diberikan Zeenda.
"Kalau begitu, bagaimana seorang pria mencari wanita untuk ia nikahi?" Raffi menatap Zeenda dengan senyum yang lebar, merasa pertanyaan seperti ini pun akan dijawab mantap oleh gadis itu.
"Rasulullah shalallahualaihiwassalam bersabda, ada empat perkara yang membuat wanita dinikahi. Hartanya, kedudukannya, kecantikkannya, dan agamanya. Maka pilihlah ia karena agamanya, sebab ketiga lainnya tidak menjamin dia masuk Surga selain agama."
"Alhamdulillah, melihat betapa luasnya wawasanmu, saya datang ke sini beserta istri dan anak saya berniat mengkhitbah Neng untuk Arfan." Raffi begitu tenang, sedangkan Ismail dan istrinya menatap tidak percaya.
"Tunggu sebentar!" Pria itu berseru lantang. Zeenda mengerut diam ketika mendengar ketegasan Ismail yang mulai mencuat.
"Zeenda masih sangat muda untuk menikah. Dia bahkan belum ulangan kenaikan kelas, dia masih kelas sepuluh." Ismail tidak habis pikir dengan keluarga di hadapannya.
Anaknya ingin dilamar saat usia belia seperti ini?
Oh, tidak semudah itu!
"Kita tinggal tunggu Zeenda lulus SMA. Saya datang ke sini bukan bermaksud menikahkannya malam ini juga. Saya hanya ingin melamar Zeenda untuk anak saya." Raffi tersenyum ramah.
"Tapi Ustad, anak kita ini belum dewasa. Jika dapat masalah saja tidak bisa menyelesaikannya sendiri, apa lagi ketika dia menikah nanti." Kini Delia yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faal
SpiritualArfan itu nampak sempurna di mata semua kaum hawa, tak terkecuali Zeenda yang sudah menumbuhkan perasaan di dadanya secara diam-diam. Yang bikin syok adalah ketika alam semesta seolah mendukung afeksinya sampai Arfan juga melirik pada Zeenda da...