Bab Dua Satu

462 37 17
                                    

"SUDAH dapat informasi?" Raffi bangkit dari duduk begitu mendapati ketiga remaja memasuki rumah.

"Kata kepolisian setempat, belum ada laporan dari Indonesia tentang Abi. Tapi Khairani dapat sesuatu." Mata Arfan beralih pada sosok gadis selain adiknya.

"Apa ini?" Tangan Raffi menerima dengan bingung begitu Khairani menyodorkan setumpuk kertas padanya.

"Aku nggak tau, ternyata Ayah pernah jadi buronan di Mesir juga." Khairani menangkap kehadiran ibunya yang terbelalak.

"Aku boleh liat, Kak?" Eva langsung membaca kertas itu begitu sudah di tangannya. Pikirannya langsung berakar. "Mas Ishak di usia segini, artinya Khairani sudah bersamanya, sekitar usia empat belas."

"Tapi aku nggak ingat pernah dibawa Ayah ke Mesir, Bu."

Eva termenung sebentar. "Waktu usia kamu empat belas, kamu sedang sibuk apa?"

"Aku sibuk ikut pesantren tahfiz."

"Kemungkinan besar, Mas Ishak ke Mesir waktu dia nggak sama Khairani."

"Oh ya, kasus ini sudah diusut?" Kini Raffi yang bersuara. Mendapati Khairani yang menggeleng, mengundang ketiga orang tua itu untuk berpikir.

"Kalau begitu, kita akan kembali ke kantor polisi lagi. Mengingat Mas Ishak yang begitu antusias untuk menjatuhkan Kak Raffi, nggak menutup kemungkinan dia bakal nyamperin. Kalau pun nggak, aku akan ngundang dia dateng ke sini dengan alasan Rani." Argumen Eva membuat Khairani membeku seketika.

"Bu, jangan pakai aku." Gadis itu sudah tidak bisa memikirkan bagaimana jika sang ayah mendapatkannya.

"Dengar, Sayang, kamu akan baik-baik aja sama Ibu. Kamu aman." Eva meyakinkan putri semata wayangnya. Ia tidak akan menyerahkan Khairani pada Ishak lagi. Sudah cukup semua cerita dari anaknya. Ishak malah membentuk karkater buruk pada Khairani. Jika saja dulu keluarga Ishak tidak memaksa untuk merawat Khairani, ia tidak akan terpisah dengan sang anak. Beruntung, Firdaus berbaik hati beberapa pekan terakhir, memberi kabar tentang buah hatinya secara tiba-tiba. "Selanjutnya, Kak Raffi sekeluarga pulang saja ke Indonesia. Secara diam-diam. Karena aku tinggal di sini, aku akan memantau perkembangan, mungkin aku akan tinggal di sini, Mas Ishak pasti tahu keluarga kalian tinggal di sini. Apa boleh?"

"Boleh saja tapi masalahnya keadaan di Indonesia pun sedang kurang bagus, Va." Sarah khawatir, ia tidak mau kejadian yang sama terulang lagi. Di mana keluarga kecilnya diboyong ke kantor polisi untuk melakukan tes penggunaan narkoba.

"Logika saja, ini semua akarnya dari Mas Ishak. Semua orang suruhannya yang menguasai media nggak akan melakukan tanpa perintah. Aku yakin, kalau Mas Ishak datang ke sini, otomatis bawahannya pun ikut ke sini. Dengan begitu, kepulangan kalian akan aman."

"Betul juga." Raffi manggut-manggut mendengar penjelasan Eva. Ia beralih tatap pada Arfan, senyumnya mengembang secara sempurna. "Tetap simpan uang tabunganmu untuk beli laptop."

Menyadari sang ayah yang tengah menggodanya, mengundang wajah Arfan yang tersipu. "Adit sempet lupa."

Dan meski pun Eva juga Khairani tidak mengerti, tetap saja semua orang di sana menertawakan Arfan yang wajahnya berubah pias.

"Bagaimana kalau kita pastikan dulu?" Setelah kelar tertawa, Eva kembali bersuara. Lantas mereka sudah pergi menuju kantor polisi sambil Eva mencoba untuk memancing Firdaus, mengingat obrolannya dengan Khairani bahwa kini Firdaus berbisnis dengan Ishak.

Dan mengingat bahwa Firdaus bersikap cukup baik dengannya akhir-akhir ini.

***

"Ah, sudah lama aku tidak menghirup udara Mesir." Firdaus mulai berkomentar. Ia menarik kopernya sambil berjalan beriringan dengan Ishak.

FaalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang