Lima - Jangan Pernah

74 7 4
                                    

Audy menggumam kesal sambil menjatuhkan diri ke kasur empuknya. Kenapa malah nama Peter Parker yang dia sebut? Dan kok sepertinya Rio tidak begitu tertarik dengannya? Apa karena baru pertama ketemu, ya?

Tak lama, Audy meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Dibukanya chat Line lalu mengetik pesan pada Citra.

Audiee: Citra.. lo tau nggak sih itu cowok nginep dsini tau...

Citra: hah?? Seriusan lo? Bagus dong..

Audiee: bagus apanya coba. Mana ngeselin banget lg.

Citra: Namanya jg baru prtama ktemu.
Ntar jg biasa. Gmn? Cakep gk?

Audy membuang napas kesal bercampur heran. Ini yang kedua kalinya Citra bertanya gimana-cakep-nggak? Kalau cakep memang kenapa? Mau macarin juga tidak mungkin, orang Citra sendiri sudah ada yang punya.

Audy mengetik balasan chat itu lagi.

Audiee: Biasa aja. Orgnya aneh. Tiap ngomong isinya nyolot mulu...

Citra: Wkwkwk.. lu kali yg nyolot
Mana prnah sih lu baek dkit sm cowok dy?

Rese, nih, Citra. Pake ngatain lagi, batin Audy kesal merasa salah kalau curhat padanya. Tadinya ia memang ingin curhat sedikit. Tapi, melihat Citra membalas pesannya yang sangat menyebalkan itu, Audy jadi tak berselera untuk meneruskan curhatannya.

Audiee: Ya udh cit.. aku tdur duluan
ya. Ngantuk. See u tomorrow.

Citra: Ok deh dy. Good nite ya. Jgn
Lupa ucapin jg tuh good nite buat rio hehehe...

Audy membuang ponselnya ke samping. Citra pun sama saja. Dia mirip seperti Adrian yang suka sekali menjahilinya. Sekarang apa yang akan dilakukannya selama cowok itu ada di rumahnya? Sedangkan perkenalannya tadi tidak berjalan dengan semestinya. Jadi Audy harus bersikap seperti apa ke cowok itu kalau dianya saja lebih terkesan cuek dan judesnya minta ampun melebihi dirinya?

Ah, entahlah. Dia meraih boneka panda super big-nya lalu memeluknya sampai dia tertidur.

***

Paginya, Audy sibuk menyiapkan sarapan ketika Rio berderap menuruni tangga. Kali ini dia tidak bisa kabur dari Audy karena sekarang cewek itu sudah keburu melihatnya.

"Heh, sarapan dulu," kata Audy sambil melepaskan celemeknya.

"Nama gue bukan Heh. Bisa nggak manggil nama orang yang sopan dikit?" protes Rio kesal.

"Iya, iya... ini sarapannya udah siap. Aku nggak mau aja dianggap menelantarkan tamu," ucap Audy keki.

"Lo duluan aja. Gue mau keluar," kata Rio acuh.

"Ini tuan rumah sendiri yang minta, masa mau kamu tolak? Kalo kamu mau tinggal di sini, kamu kudu patuh sama peraturan di sini."

"Tapi gue nggak bisa." Rio tetap bersikukuh.

"Oh... aku tahu...," Audy menggantung kalimatnya dan mengangguk-angguk. "Kamu pasti nggak doyan makan makanan beginian, kan? Maumu makan kayak ramen, sushi, sashimi, takoyaki, tempura. Semacam itu, kan?"

Rio menatap Audy dengan pandangan tidak suka. Sementara Audy terus menyindirnya.

"Pagi-pagi gini pada ribut kenapa, sih? Lama-lama kalian gue jodohin, nih." Suara Adrian muncul tiba-tiba.

"Ini, nih... Tuan Muda ini nggak mau ikut makan. Nggak doyan katanya."

"Gue nggak bilang begitu, ya!" sanggah Rio cepat.

My Lovely Guest [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang