"Itadakimasu—Selamat makan—," ucap Kirei berhasil membuat yang lain mengerutkan kening. Hanya Rio yang tersenyum geli memandang wajah-wajah yang kebingungan.
"Em... Kirei... aku tahu kamu original banget. Tapi... bisa nggak jangan pake bahasa planet kalian? Aku nggak ngerti," kata Audy penuh hati-hati. Kirei tertawa sopan mendengar perkataan Audy.
"Kamu harus belajar. Masih mending Kirei pake bahasa kita, kalo dia pake bahasanya dia? Bisa mati gaya kamu," tutur Rio sambil menyeruput tehnya.
Audy manggut-manggut menyetujui. Lain kali dia harus mempelajarinya.
"Oh, ya, Yo. Lo masih lama di sini, kan?" tanya Adrian kemudian sambil menikmati cheese burgernya. Mereka berempat sedang berkumpul di sebuah kedai di daerah Sukarno Hatta yang menyediakan berbagai macam burger.
"Kenapa emang?" tanya Rio balik bertanya, seperti enggan menjawab pertanyaan Adrian.
"Kalo gue nggak ada kerjaan, gue mau ajak kalian ke Paralayang Batu. Masa lo nggak ngerti tempat bagus di sini, sih," kata Adrian lagi.
"Wah, ide bagus, tuh," sahut Audy setuju.
"Tempat apa itu?" tanya Kirei sambil menyantap kentang gorengnya.
"Kirei pasti juga suka. Nanti di sana ada rumah di atas pohon. Pemandangannya bagus," jelas Adrian membuat Kirei penasaran.
"Di atas pohon? Nanti jatuh gimana?" tanya Kirei lagi membuat Adrian dan Audy tertawa. Rio hanya menguping saja tanpa bersuara.
"Nggak lah, Kirei. Kan tiap waktu di cek, kalo ada yang rusak langsung diperbaiki, jadinya aman buat pengunjung," jelas Adrian lagi.
"Rio ikut, ya. Aku mau ke sana," kata Kirei bersemangat sementara Rio hanya mengangguk-angguk saja seperti burung pelatuk.
"Setelah itu ke Museum Angkut," tambah Audy menyuarakan idenya.
"Itu apa lagi?" tanya Rio tak bersemangat.
"Emang kamu nggak tahu apa itu Museum? Makanya keluar, dong, sekali-kali. Jangan ke tempat sepi terus. Ntar kesambet," celoteh Audy menimbulkan gelak tawa dari Adrian dan Kirei.
"Iya, atur aja," kata Rio pasrah.
Ekspresi puas terlihat dari ketiganya yang berhasil membujuk Rio. Tidak benar-benar membujuk tepatnya. Tapi Rio hanya ingin membuat mereka senang dengan keikutsertaannya.
***
Sudah mulai senja. Semburat oranye keunguan nampak terpoles di langit. Semuanya berkumpul di lapangan bukit kecil itu, termasuk Reynald dan Citra. Malam ini Adrian akan membuat pesta kecil-kecilan untuk menyambut kedatangan Rio kembali ke kota ini.
Reynald dan Citra tampak membawa makanan dan minuman ringan. Sedangkan Adrian mengatur tenda untuk berjaga-jaga jika seandainya turun hujan. Rio dan Audy? Mereka hanya duduk manis di atas bukit kecil sambil tersenyum girang karena mereka menganggap hari ini adalah harinya mereka.
Citra mendelik pada Audy yang merasa tidak adil. "Bantuin, kek..."
"Yang buat pesta siapa? Kan Kak Adrian. Kita nggak minta, kok," kata Audy kejam sambil tertawa. Rio pun ikut tertawa.
"Udah, sana bantuin natain makanannya," kata Rio menunjuk ke arah tikar yang diletakkan di depan tenda yang sudah siap digunakan.
Audy tersenyum riang. "Baiklah."
Belum sampai Audy berdiri dari duduknya, Rio menarik tangannya dan menatapnya teduh. "Aku sayang kamu, Audy."
Pipi Audy bersemu merah. Namun terlambat untuk menyembunyikannya karena Rio sudah mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Guest [END]
Teen FictionAudy mencintainya. Ia yakin Rio pun begitu. Tapi Rio tidak bisa meninggalkan Kirei, seorang cewek asli Jepang yang selalu ada untuknya dan mendukungnya dalam situasi apapun. Ya, Rio hanya seorang tamu yang tinggal di rumahnya sementara waktu. Hingga...