"Aku ambilin air minum, ya," kata Audy sambil bergabung bersama yang lain untuk mengambil minuman.
"Yah... Rio tidur, ya?" kata Kirei saat menoleh ke arah Rio yang bersandar di kayu penyangga.
"Kayaknya capek dia. Dia ngajakin pulang," ungkap Audy sambil meraih sebotol air di atas tikar.
"Oh, ya udah. Kita pulang aja. Yang satu minta pulang, yang lain juga pulang," kata Reynald mantap. Adrian dan Citra pun setuju.
"Ayo, Rey, kita bongkar tendanya," ajak Adrian kemudian.
"Rio... kita pulang, yuk. Biar kamu bisa istirahat di rumah," kata Audy sambil menyentuh pipi Rio dengan lembut. Namun, tampaknya Rio memang sudah tertidur pulas sehingga Audy tak tega membangunkannya.
"Bangunin aja, nggak apa-apa," kata Adrian kemudian. Audy pun mengangguk.
"Rio..." panggilnya lagi. Namun, Rio tak bereaksi. Pipinya terasa dingin. Tangan dan kakinya juga. Jantung Audy mulai berdebar keras dan menepuk-nepuk pipi Rio agak keras.
"Rio... Rio... ayo kita pulang."Rio hanya bergeming. Wajahnya tampak teduh. Sementara Audy terus berusaha membangunkannya. Apa mungkin dia pingsan? Tapi, orang pingsan tubuhnya tidak akan dingin seperti itu. Audy mulai panik dan mengeluarkan keringat dingin. Bahkan, sudah menangis.
"Riooo!!" panggil Audy lagi dengan menggoncang-goncangkan tubuh Rio. "RIOOOO!!"
Teriakan Audy membuat semuanya terkejut dan menoleh ke arahnya.
"Kenapa? Kenapa Rio?" tanya Adrian ikut panik.
"Rio... ada apa? Rio kenapa?" tanya Kirei sambil berjongkok di depan Rio.
"Rio nggak mau bangun," kata Audy sambil terisak.
Reynald langsung berjongkok di depannya. Diulurkannya jari tengah dan jari telunjuknya di depan lubang hidung Rio. Matanya membulat seketika. Mulutnya terasa berat untuk berbicara.
"Ke-kenapa? Ada apa?" tanya Audy tak ingin memercayai ekspresi wajah Reynald.
"Apakah...?" seloroh Citra sambil menatap langsung ke mata Reynald. Beberapa detik kemudian Reynald mengangguk seperti paham maksud pertanyaan Citra. Citra langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangannya.
"Apa? Apa??! Rey... Nggak mungkin, kan?!" Adrian tak percaya dengan apa yang Reynald maksudkan.
Reynald menatap wajah-wajah di depannya. "Rio... sudah bisa tenang sekarang. Dia nggak bakal kesakitan lagi."
Semua hening dan kemudian meledak bagaikan bom waktu.
"Nggak... NGGAAKKK!!" teriak Audy histeris dengan memeluk tubuh Rio. Kepalanya menempel erat di dada Rio. Tidak ada detak jantungnya. Tidak ada debarannya lagi. Audy semakin terisak.
"Ri-Rio... gimana denganku, Rio!" isak Kirei sambil terus mengguncangkan lengan Rio. Adrian meratap sedih namun tak mampu bersuara.
"Kita bahkan belum ke Paralayang, Yo... kita belum ke Museum Angkut. Kita belum ke mana-mana..." ceracau Audy dalam tangisnya. "Katamu, kamu nggak bakalan pergi lagi. Kenapa kamu lakuin ini sama aku?!"
Adrian tak tahan lagi melihat adiknya yang terus meratap. Sedangkan Citra sudah menangis di samping Reynald.
Reynald memandangi wajah yang teduh itu dalam diam. Matanya mulai berkaca-kaca. Meskipun mereka tidak terlalu mengenal satu sama lain, tetapi Rio adalah orang yang tidak mudah untuk dibenci. Reynald kembali teringat dengan pesan terakhir Rio untuknya, yang baru dia mengerti malam ini juga.***
Masih di saat senja. Rio menghampiri Reynald yang menyusun kayu untuk api unggun.
"Ayo kita ngobrol sebentar," ajak Rio sambil menepuk bahu Reynald. Rio mengajaknya duduk di bukit kecil. Setelah Adrian selesai mengobrol dengannya barusan, Rio jadi ingin mengobrol juga dengan Reynald.
"Kenapa?" tanya Reynald dengan wajah masculinnya.
"Gue benci muka lo yang sok keren itu," kata Rio sambil terkekeh. Tetapi Reynald tidak merasa tersinggung, malahan ikut tertawa.
"Kamu ngajak saya ngobrol cuma buat bilang itu?" tanya Reynald menimpali.
"Walau begitu, pikiran lo lebih dewasa dari gue. Kayaknya lo cocok jadi kandidat,"
"Kandidat?" Reynald mengerutkan keningnya, bingung.
"Gue nggak terlalu kenal sama lo. Tapi intinya gue yakin lo orang yang baik. Gue butuh orang kayak lo buat ngejagain Audy kalo gue lagi nggak ada," tandas Rio tanpa menatap wajah Reynald. Matanya menyorot ke arah anak-anak yang sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk nanti malam.
"Saya nggak paham maksud kamu,"
"Intinya jaga Audy buat gue. Lo bisa bilang kalo gue percaya sama lo buat ngejalanin tugas ini. Jadi tolong... lanjutin tugas gue, ya," pinta Rio serius membuat Reynald termenung. Apa yang sebenarnya ingin Rio katakan?
"Kenapa kamu sepercaya itu sama saya? Bahkan kamu nggak tahu saya kayak gimana,"
"Gue nggak peduli siapapun lo, yang gue yakini lo juga peduli sama Audy. Lo bisa, kan, janji satu hal ini sama gue? Lanjutin tugas gue buat ngejagain Audy," pesan Rio tanpa ragu. Dia sangat yakin akan keputusannya.
Reynald tak menjawab. Masih bingung dengan permintaan Rio yang menurutnya sangat mendadak. Seharusnya Rio memberinya waktu.
Karena tidak mudah menjaga seseorang yang sangat mencintai orang lain.***
Sekelebat bayangan menghilang dan kembali ke pemandangan di depannya. Audy dan Kirei masih menangisi kepergian Rio. Cinta Audy begitu besarnya hingga dia tidak sanggup melepas tubuh Rio.
"Bu-bukannya dia udah jalani kemoterapi?" lirih Adrian sambil mengacak rambutnya.
"Kemoterapi bukan jaminan dia akan sembuh total, Kak. Ini udah kehendak Tuhan," kata Citra sambil menyeka airmatanya.
"Jika Tuhan udah bilang mati, pasti mati," imbuh Reynald, turut merasakan duka yang dalam. "Dia hebat... dia bukan pengecut. Tapi dia lebih memikirkan perasaan orang lain daripada perasaannya sendiri. Dia mati-matian bikin Audy menjauh, itu semata-mata supaya Audy nggak ngerasain duka saat ditinggalin sama Rio. Tapi, bukan berarti dia juga nggak layak untuk bahagia. Dia udah dapetin kebahagiaannya, maka dari itu dia ikhlas untuk pulang. Setidaknya itu yang bisa aku tafsir."
Adrian dan Citra termenung. Apa yang dikatakan Reynald benar. Malam ini begitu sangat membahagiakan sekaligus menjadi malam penuh duka bagi mereka. Khususnya, untuk Audy yang hanya sebentar saja menikmati kebersamaannya bersama sang kekasih.
Hanya satu hari saja. Satu hari mereka menjalin ikatan dan satu hari pula mereka diputuskan oleh takdir yang bernama maut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Guest [END]
Teen FictionAudy mencintainya. Ia yakin Rio pun begitu. Tapi Rio tidak bisa meninggalkan Kirei, seorang cewek asli Jepang yang selalu ada untuknya dan mendukungnya dalam situasi apapun. Ya, Rio hanya seorang tamu yang tinggal di rumahnya sementara waktu. Hingga...