Tiga bulan setelahnya...
Alunan musik instrumen lightless windows mengalun sendu di seluruh ruang kaca, seolah mewakili hati pemiliknya. Seorang cewek dengan rambut terurai menutupi telinga dan wajah tanpa ekspresi tampak terlena dengan bacaan novel romance di tangannya. Tak ada reaksi apapun yang diperlihatkannya. Datar. Hampa. Kosong.
Sudah tiga bulan pula Adrian sering mengabaikan pekerjaannya hanya untuk menjaga Audy. Tidak jarang dia harus meminta bantuan Citra atau bahkan Reynald untuk mengurusnya jika Adrian harus ke luar kota.
Tiga bulan pula Audy selalu berdiam diri. Tidak mau melakukan pekerjaannya. Tidak tersentuh dan selalu membaca sendirian di dalam ruangan itu. Ruangan yang dulunya pernah disinggahi Rio. Selama itulah mereka tidak pernah bertemu lagi. Sekarang, Audy sudah berubah. Sudah tidak ada keceriaan lagi di wajahnya.
Hari ini, Rey dan Citra datang untuknya.
"Sayang, ada temen kamu dateng," kata Adrian pelan yang sudah berjongkok di depannya.
Audy hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan bacaannya.
"Audy... ayo kita keluar," kata Citra kemudian, mencoba mengambil perhatiannya namun Audy hanya membalasnya dengan gelengan dan senyuman singkat.
Kali ini Rey yang berjongkok di depan Audy. Ditatapnya wajah cantik yang selama tiga bulan ini hanya menunjukkan ekspresi yang sama. Datar.
"Dy... ada tempat yang mau kamu kunjungi? Kita bisa anter," tawar Rey, berharap Audy akan merespon.
Audy menutup cover novelnya dan menatap Rey hampa.
"Aku nggak mau apa-apa. Aku mau ke kamar," katanya datar kemudian melangkah tanpa semangat menaiki tangga.
Baik Adrian, Citra maupun Rey hanya bisa saling pandang. Apa lagi yang bisa dilakukannya untuk mengembalikan keceriaan Audy? Hanya Rio yang bisa membantu kesehatan Audy pulih secara total. Namun sampai sekarang tak ada kabar apapun dari cowok itu.
Citra menatap Adrian dalam-dalam. Sudah tiga bulan ini Adrian tidak mau berterus terang. Dia tahu Adrian pasti melakukan sesuatu kepada Rio hingga dia tiba-tiba pergi begitu saja. Bahkan sebelum Audy sempat melihatnya di waktu yang sama ketika Rio pergi bersama Hanata Kirei.
"Kak Adrian harus jelasin ke kita. Kenapa Rio tiba-tiba pergi disaat yang sama sewaktu Audy sadar dari komanya?" tandasnya dingin.
Mendadak Adrian teringat akan permintaannya saat itu. Saat dimana Rio meminta pendapatnya.
***
"Sebelumnya adek gue nggak pernah jalan sama siapapun. Nggak pernah dia yang namanya nangis karena cowok. Sejak lo dateng... dia berubah. Dia jatuh cinta sama lo," terang Adrian dengan pandangan menerawang. Saat ini mereka duduk di kursi depan ruang perawatan Audy.
Rio mengembuskan napas perlahan tanpa menimpali perkataan Adrian.
"Sebaiknya... lo pergi dari sini, Yo. Bawa Hanata Kirei juga," ujar Adrian membuat Rio menoleh cepat.
"Dengan keadaan begini??"
"Lo merasa bersalah, kan?" sahut Adrian cepat. "Kalo lo mau nebus kesalahan lo yang udah buat adek gue jadi kayak gini, pergilah, sebelum adek gue sadar..."
"Tapi, Ad...."
"Jangan buat dia tambah sakit hati, Yo. Kalo lo pergi setelah dia sadar, mungkin dia nggak bisa ngerelain lo..." Adrian bersikeras meyakinkan Rio. "Akan lebih baik kalo lo pergi sebelum dia sadar. Gue nggak bisa maksa lo buat nerima adek gue karena gue tahu gimana posisi lo. Jadi... kembalilah kalo lo udah bisa nebus rasa bersalah lo."
Rio termenung sesaat. Tidak tahu apa yang akan dilakukannya ini benar atau tidak. Tapi, dia akan berbuat apapun supaya Audy tidak terluka lagi olehnya. Rio akan berusaha sekuat yang dia bisa. Demi Audy.
***
Adrian mengacak rambutnya, merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang dilakukannya dulu adalah untuk kebaikan adiknya. Dia tidak pernah meminta keadaan Audy jadi memburuk setelah kepergian Rio. Dia tidak pernah menjelaskan apapun padanya karena khawatir adiknya tidak bisa menerimanya.
Citra menatap Adrian dalam-dalam. "Sekarang Rio di mana? Di Osaka?"
Adrian menggeleng ragu. "Gue nggak tahu. Waktu itu gue cuma nyuruh dia pergi biar Audy bisa lebih tenang kalo dia nggak ada. Tapi gue nggak tahu dia balik lagi ke Osaka apa nggak."
"Semua medsos Kirei juga nggak aktif lagi," imbuh Citra.
Adrian mengangguk mengiyakan karena sejak mereka pergi, Kirei mematikan ponselnya dan mungkin sudah membuang nomor berarea Indonesia-nya. Sedangkan Rio, kartu simnya sudah dibuangnya saat pertama kali dia datang ke rumahnya.
Mereka menghilang. Entah ke mana.***
Audy menatap botol berisi cairan sabun di tangannya. Sudah tiga bulan sejak ia menyimpannya di laci meja, baru kali ini dia menyentuhnya. Rio meninggalkan benda itu sebelum dia sadar, itulah yang dikatakan Adrian. Kenapa Rio memberinya ini jika dia malah pergi meninggalkannya?
Dia kembali berbaring memeluk boneka panda super big-nya. Sudah lama dia menghabiskan waktunya di rumah. Membaca, menonton film, kemudian menangis jika teringat Rio. Cowok itu telah membiusnya. Saat dia tak ada, Audy malah tidak bisa melupakannya.
Saat pertama kali dia tersadar dari koma, Adrian memberitahunya bahwa Rio sudah kembali ke Osaka. Dia pergi bersama Hanata Kirei, meninggalkan rumahnya, meninggalkan kota dan negara asalnya. Pergi bersama cewek yang membuatnya tergila-gila, sehingga Rio tidak bisa melepasnya satu kalipun.
Mendadak ada kebencian di wajah Audy. Kenapa Rio datang ke rumahnya kalau akhirnya cowok itu bisa membuatnya jatuh cinta? Kenapa dia datang jika hanya untuk memamerkan pacarnya yang seorang model pendatang dan artis endorse? Kenapa Rio seolah ingin membuat Audy sebagai perebut pacar orang? Yang sekalipun Audy ingin memilikinya, tetapi dia tidak sejahat dan serendah itu yang dengan mudah merebutnya dari Hanata Kirei. Cewek yang tidak bisa dibandingkan dengan dirinya yang hanya cewek biasa dan tidak memiliki pendidikan tinggi.
Audy kembali memejamkan matanya. Menahan semua beban di hatinya. Dia berpikir merasa dipermainkan, yang setelah berhasil dibuat jatuh cinta lalu ditinggalkan begitu saja. Rio pergi begitu saja tanpa memberi kabar, bahkan dia pergi disaat dirinya masih terbaring koma.
Ya, Rio cowok yang tidak berperasaan. Audy harus bangkit dari keterpurukannya saat ini.
***
Pukul 10 pagi. Audy melangkah anggun menuruni tangga rumahnya. Rambutnya yang ikal terurai menutupi telinga dan tak lupa dengan topi rajutnya yang bisa menutupi bekas luka di keningnya. Wajahnya terpoles dengan bedak dan lipgloss natural. Tubuhnya terbalut dengan short dress dengan boots bludru setinggi 15 cm.
Hari ini Audy memutuskan keluar rumah setelah sekian lama mendekam sedih di dalam rumah. Adrian melongo begitu melihat adiknya sangat berbeda hari ini. Dia senang karena Audy mau melepaskan kesedihannya. Sekalipun dia tahu, sampai kapanpun adiknya tidak akan pernah bisa melupakan Rio.
Adrian mendekat begitu Audy sudah di lantai dasar.
"Mau ke mana? Mau Kakak anter?" tanya Adrian perhatian.
"Nggak usah. Aku pergi sama Rey."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Guest [END]
Teen FictionAudy mencintainya. Ia yakin Rio pun begitu. Tapi Rio tidak bisa meninggalkan Kirei, seorang cewek asli Jepang yang selalu ada untuknya dan mendukungnya dalam situasi apapun. Ya, Rio hanya seorang tamu yang tinggal di rumahnya sementara waktu. Hingga...