Empat Belas - Mengalah

55 4 0
                                    

"Planeett!!" Teriakan khas Audy terdengar jelas di telinga Rio, membuat cowok itu gerah.

Sudah dua hari sejak kegalauan Audy, hari ini dia tampak lebih baik. Audy yang asli sudah kembali. Dua hari pula, dia terus berpikir keras bahwa apa yang dirasakannya pada Rio adalah suatu kesalahan. Dia tidak mau membuat kesalahan sebelum dia benar-benar memastikan bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.

Audy mendekati Rio yang sedang duduk di atas bukit kecil di lapangan itu. Tak jauh dari tempatnya duduk, terdapat beberapa merpati yang nampaknya agak jinak sedang mematuki sesuatu di atas rerumputan. Rupanya Rio melemparinya dengan pecahan-pecahan roti. Tapi, sejak kapan ada merpati di sana? Sebelumnya Audy tidak pernah melihat ada merpati di lapangan itu.

Sementara Rio, di sana dia duduk sambil memandang Audy yang berjalan mendekat dengan ekspresi culunnya. Bukankah baru kemarin dia membuat cewek itu menangis? Kenapa sekarang cewek itu malah terlihat senang dan biasa-biasa saja? Apakah cewek itu memang benar tidak memiliki perasaan apa-apa untuknya? Kenapa Rio jadi berharap lagi? Bukankah ini yang dia inginkan?

Kepala Rio seakan berdenyut memikirkannya. Cewek itu bahkan malah jadi sangat baik padanya. Seperti tidak ada kapoknya dibuat sakit hati. Entah apa yang dipikirkannya kali ini.

"Planett, kenapa bengong?" tanya Audy yang sudah duduk di sampingnya.

Rio membuang napas pasrah. Rasanya dia sudah kebal mendengar sebutan nama itu. "Ngapain ke sini?"

"Mau nemenin kamu. Kenapa kamu pake baju tebel begini? Nggak panas?" tanya Audy heran memandang jaket parasut yang membungkus badan Rio hingga ke lehernya.

"Nggak."

Audy hanya mengangguk tanpa bertanya apapun lagi. Sedangkan Rio malah merasa aneh kalau Audy tidak bertanya.

"Ntar malam Kirei ngajakin lo nonton."

"Kalian berdua aja. Aku nggak bisa," tolak Audy spontan.

"Gue udah mutusin kita bertiga akan pergi," ujar Rio lagi tidak mau tahu.

"Sejak kapan kamu mutusin sesuatu dan aku harus ikut?"

"Pokoknya ikut aja," desak  Rio.

Audy tak menjawab. Dalam hatinya sangat senang karena ini pertama kalinya Rio mengajaknya keluar meskipun ada Hanata Kirei bersamanya. Dan lagi-lagi Audy harus ingat siapa dirinya. Audy harus ingat status Hanata Kirei bagi Rio.

"Lo nggak pa-pa?" tanya Rio lagi.

"Nggak pa-pa. Kenapa emangnya?"

"Gue pikir lo bakalan benci sama gue karena malam itu."

"Kenapa harus benci? Kamu khawatir, ya, kalo aku bakalan marah?" Audy mulai menggoda.

"Nggak. Malahan aneh. Dimana-mana cewek kalo digituin bakalan kabur. Ini lo enggak, malahan nempel kayak cicak," sindir Rio sambil menatap langit.

"Yeee... biarin cicak. Lagian aku nggak bisa marah lama-lama sama orang. Marah iya marah. Habis itu, ya, udah. Lewat," terang Audy sambil cengengesan.

Rio malah heran. Seberapapun banyaknya dia memaki Audy, cewek itu masih selalu bisa tersenyum dan melupakan apa yang sudah terjadi. Dia tahu itu tidak mudah. Tapi, Audy sudah melakukannya sebaik mungkin.

***

Citra Putrika: nggak ke toko lu, Dy?

Audy: nggak. Lg males. Bad mood.

Citra Putrika: lhah... kenapa? Cowok kemarin dtg lagi nanyain lu nih.

Audy: cowok yg mana?

My Lovely Guest [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang