Butiran hujan mengalir deras, jatuh dari ujung atap rumah. Kirei berdiri di samping jendela di sudut ruang tamu sambil sesekali mengusap airmatanya. Sedangkan Audy, Adrian, Citra dan Reynald duduk di sofa dalam diam. Audy tak henti-hentinya menangis setelah semalaman tidak bisa tidur. Bagaimana dia bisa tidur setelah membaca kalimat yang begitu menyakitkan? Dan pagi yang hujan ini, dia ingin penjelasan yang lebih lagi dari Hanata Kirei.
"Ya, Audy... selama ini Audy sudah salah paham tentang kami," kata Kirei setelah terdiam cukup lama. "Aku nggak tahu apa yang dipikirkan ibuku selama ini. Ibu nggak pernah menyayanginya. Rio sendirian di negeri yang bukan tanah kelahirannya dan aku satu-satunya yang bisa dia andalkan."
Tidak ada yang menyela perkataan Kirei yang masih memandang sendu ke luar jendela.
"Sejak satu tahun dia divonis penyakit itu, dia ninggalin kuliahnya dan memilih kerja apapun di kantor manajemenku. Sebelum biaya pengobatan terkumpul, Dokter hanya kasih obat-obatan yang harus diminumnya secara rutin, begitu habis kita harus membelinya lagi. Hingga akhirnya Rio kabur dari kontrakan dengan ninggalin surat buatku. Katanya aku nggak perlu cemas, karena sebelum mati dia harus bisa ketemu dengan Adrian dan Audy...,"
Audy dan Adrian terkejut mendengar pengakuan Kirei. Mereka tetap bungkam tak berani berkomentar apapun. Sedangkan Reynald dan Citra hanya saling pandang satu sama lain, merasa simpati.
"Bertemu kalian adalah salah satu mimpi Rio..." ujar Kirei serak. "Selama di sini dia memang nyebelin tapi sebenernya dia sayang kalian. Dan Rio... dia berusaha untuk menyukai apa yang nggak dia sukai..."
"Apa maksudmu?" sahut Adrian tak mengerti.
Kirei menarik napas supaya tidak banyak airmatanya yang keluar.
"Dia nggak suka roti dan susu, sebaliknya dia suka biskuit dan teh hijau. Karena Adrian yang minta, dia mau makan..." terang Kirei membuat Adrian terlihat shock berat. Dia teringat pada saat sarapan waktu itu, dia memintanya untuk mengonsumsi roti dan susu tanpa bertanya apakah Rio menyukainya atau tidak.
"Rio nggak suka novel romantis, film komedi atau anime, tapi Rio mau baca novel romantis dan mulai nonton film-film komedi atau anime. Dan saat kita nonton di bioskop malam itu adalah film fantasi favoritnya, tapi Rio nggak nonton. Aku tahu karena Rio terus gelisah mikirin Audy yang nggak mau ikut nonton."
Audy tercengang. Airmatanya mengalir lagi, lagi dan lagi. Bayangan pertengkaran sewaktu di toko buku langsung berkelibat di otaknya. Secepat mungkin Adrian menggenggam tangan Audy, berusaha memberinya kekuatan. Rey maupun Citra hanya bungkam, juga shock mendengar kenyataan di depan mereka.
"Dan tentang cokelat itu..." Kirei meneruskan perkataannya. "Bukan Rio nggak mau makan, tapi Rio mau menyimpannya karena itu satu-satunya pemberian Audy. Dia nggak mau makan karena cokelat itu sangat berharga buat dia. Dan Rio mau mencoba makan cokelat itu di Heaven, saat Audy nggak ada di sana dan hanya ada Citra yang jaga toko."
Citra mengangguk membenarkan. Memang dia sendiri yang memberikan Rio cokelat sehari sebelum hari ulang tahunnya. Dan lagi-lagi Rio mengancam Citra untuk tidak memberitahukannya pada Audy. Dasar si tukang ancam ini.
Hati Audy terasa getir. Selama ini dia hanya ber-negative thinking tentang Rio.
"Jadi... Rio..." Audy tak bisa berkata apa-apa lagi. Otaknya serasa penuh karena dijejali dengan pengakuan-pengakuan yang tidak terduga seperti ini.
"Ada banyak makanan yang bener-bener nggak bisa Rio makan. Karena kalau dia makan, dia akan merasa sakit dan nyeri di bagian tubuh yang diserang sel kanker," imbuh Kirei kemudian. Kantung matanya terlihat membesar karena sering menangis.
"Jadi... itu sebabnya dia selalu nolak makan bareng kami? Seafood itu?" tanya Adrian memastikan.
Kirei mengangguk pelan.
Adrian menangkupkan telapak tangan di wajahnya. Benar-benar tidak bisa dipercaya. Rio tidak pernah memberitahunya tentang ini. Dia hanya memberitahu tentang penyakitnya dan status Hanata Kirei saja saat tengah malam di ruangan kaca waktu itu. Seseorang yang dianggapnya saudara sejak kecil, berani menyembunyikan semua masalah sebesar itu darinya.
Sedangkan Audy, berkali-kali shock berat. Ingatannya kembali ke waktu dimana mereka melakukan aktifitas jalan pagi bersama. Saat Rio habis-habisan memarahinya karena masalah kesehatan. Jadi ini sebabnya? Ini jawabannya. Audy mulai mengerti sekarang dan dia menyesal telah membuat Rio marah waktu itu.
"Di mana Rio sekarang?" Suara serak Audy terlontar begitu saja dari mulutnya. Kirei menatapnya sedih. Kalimat itulah yang ingin didengarnya setelah kedatangannya kemarin di rumah ini.
"Dia ada di sini. Rio nggak suka keramaian. Audy pasti tahu tempatnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Guest [END]
Dla nastolatkówAudy mencintainya. Ia yakin Rio pun begitu. Tapi Rio tidak bisa meninggalkan Kirei, seorang cewek asli Jepang yang selalu ada untuknya dan mendukungnya dalam situasi apapun. Ya, Rio hanya seorang tamu yang tinggal di rumahnya sementara waktu. Hingga...