PROLOG

12.3K 437 25
                                    

Mungkin ini memang sudah menjadi takdirnya untuk menjadi berbeda dan selalu di bedakan.

Dia lelah, sungguh,

Dia lelah selalu di tuntut untuk menjadi sempurna seperti saudaranya. Dia lelah dengan semua kebijakan-kebijakan yang sengaja di buat untuknya. Dia lelah di paksa untuk bisa segala hal.

Dia bukanlah robot, dia adalah manusia yang punya emosi dan perasaan. Dia diam bukan berarti dia menginginkannya. Dia hanya masih menghargai pria tua yang ada di depannya. Walau bagaimanapun juga, dia adalah orang yang sudah mengurusnya selama beberapa tahun ini.

Sekalipun dia harus membayarnya dengan sangat mahal.

Hidupnya adalah bayaran yang setimpal


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di dalam ruangan yang di dominasi dengan nuansa coklat dan putih, seorang perempuan berkemeja putih dengan rok hitam rempel, berdiri kaku di depan sebuah meja yang di penuhi oleh berkas-berkas berbau bisnis. "Ini adalah hari pertamamu sekolah di SMA. Aku harap kau tidak membuat masalah apapun." seorang pria tua berkaca mata plus berbicara pada anak perempuan itu. "Aku harap prestasimu juga bisa lebih meningkat."


Pria tua itu membalik berkas yang berada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria tua itu membalik berkas yang berada di tangannya. Matanya meneliti setiap kata demi kata yang tertera pada kertas HVS berukuran A4 itu. Ketika ia menemukan kesalahan, pria tua itu memberikan tanda dengan stabilo berwarna hijau.

"Kau harus bisa mengikuti Caitlyn. Dia selalu berada jauh di depanmu." ketika menyebutkan nama salah satu cucunya, bibir pria tua itu terangkat membentuk senyuman. "Dia pandai dan banyak di sukai orang. Dia juga sangat berbakat dan selalu mendapatkan banyak penghargaan." kali ini, mata tua di balik kaca mata itu menatapnya. "Kau seharusnya belajar banyak darinya."

Selalu saja seperti ini. Selalu sepupunya itu yang di agung-agungkan. Padahal, selama ini dia sudah berusaha. Dia selalu berusaha agar bisa di akui oleh pria tua itu.

Tapi, sekeras apapun usahanya, pria tua itu tak pernah memandangnya. Seakan apa yang telah di lakukannya tidak pernah berarti apapun bagi pria tua berkemeja biru di depannya.

"Apa kau mendengarkan semua yang ku katakan?"

"Ya Grand-père. Aku mendengarkan semuanya."

Lèo mengangguk sekali. Dia menyimpan berkas di tangannya untuk kemudian mengambil berkas yang lainnya. "Kalau begitu bagus. Jadi, aku tak perlu mengulangi semua perkataanku lagi." Léo mendorong sebuah amplop besar berwarna coklat yang terlihat sangat tebal pada cucunya. "Ini adalah uang untuk keperluanmu selama sebulan penuh."

Walaupun tidak ingin, perempuan itu tetap menerima amplop itu. Dia tidak mau Kakeknya itu menceramahinya lebih lagi. Dia kapok. Dia pernah melakukannya. Dan saat itu terjadi, Lèo tidak berhenti bicara selama 2 jam penuh.

"Merci beaucoup Grand-père."

"Oui Dan satu lagi. Aku sudah memberikan seluruh jadwalmu dan juga semua informasi tentang sekolah barumu pada Arnold," ucap Léo mengarah pada asisten pribadi perempuan itu. Dia adalah tangan kanannya. Setiap orang di keluarga ini memang masing-masing di berikan satu orang kepercayaan.

"Baik Grand-père."

"Ya sudah, kalau begitu, kau boleh pergi."

Tanpa mengatakan apapun lagi, perempuan itu berjalan pergi meninggalkan ruangan itu. Tapi, baru saja dua langkah dia berjalan, suara berat di belakangnya menahannya. Perempuan itu berbalik dan mendapati Léo kini memandangnya dengan keseriusan yang berkali-kali lipat. "Ya Grand-père?"

"Apa kau masih ingat dengan peraturanku?"

Sebisa mungkin, dia mencoba untuk tersenyum. Walaupun yang bisa ia tunjukan hanyalah senyumam sendu. "Ya, aku masih ingat Grand-père. Aku masih ingat. Bahkan dengan sangat jelas."

Tidak boleh ada yang mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya.

♪♪♪




*Cuma mau kasih tahu, cerita ini banyak terinspirasi dari sejumlah kasus bullying, drama The Heirs, drama Angry Mom, School 2013, School 2015, dan masih banyak lagi.

Warning: Kata-kata kasar, skinship (no mature), typo, dll

17 Februari 2017

flöreitte

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang