52. Pamit

1.9K 140 25
                                    

Playing: Pamit - Tulus


♬♬♬


Sudah selama dua jam Licia berkumpul bersama dengan teman-teman lamanya di skate park. Tadi sepulang sekolah, Jono mengajaknya untuk bermain skateboard. Katanya dia dan teman-teman sangat rindu bermain bersamanya.

Licia yang memang juga merindukan mereka, tentu saja dengan senang hati menyetujuinya. Dia langsung di sambut dengan gembira oleh teman-temannya begitu dia datang. Mereka mengajak Licia bertanding seperti yang dulu sering mereka lakukan.

Dengan perasaan gembira, Licia meluncur menggunakan skateboard miliknya. Rasanya sudah lama sekali dia tidak bersenang-senang dengan papan kebanggaannya ini. Beberapa kali Licia melakukan atraksi. Dan, saat ia melakukan itu, teman-temannya akan menyorakinya.

Setelah cukup lama dia bermain, Licia akhirnya kelelahan juga. Sambil menenteng skateboard miliknya, Licia berjalan menuju ke arah teman-temannya.

"Gila, permainan lo masih sama kerennya kayak dulu."

Licia menepuk dadanya bangga. "Gue gituloh."

"Dan lo juga masih sama nyebelinnya," timpal Heru. Licia menjitak kepala cowok itu. Sementara Heru, dia justru tertawa terbahak.

Ya, beginilah dia kalau berkumpul bersama teman-teman cowoknya, dia selalu menjadi bahan bullyan teman-temannya. Licia mencebikkan bibirnya pura-pura marah. Dia mengalihkan tatapannya. Dan, saat itulah matanya tanpa sengaja bertatapan dengan mata amber seorang pria.

Cowok itu tidak hanya sendiri. Dia juga bersama dengan Trista dan yang lainnya. Mereka terlihat ingin menyapa Licia, tapi enggan karena mungkin masih merasa canggung.

Seseorang menyikut bahu Licia. Membuat cewek itu menoleh. "Apa?" tanya Licia.

"Lo lagi berantem sama cowok lo?" tanya Heru. Mata cowok itu tidak lepas dari sosok Shane yang saat ini sedang menatap ke arahnya.

Licia mengabaikan ucapan Heru. Dia memberikan senyumannya pada Shane dan teman-temannya. "Hai, kalian disini juga?"

Suasana yang tadinya terasa sangat canggung, kini perlahan mencair. Shane menatap ke arah teman-teman Licia. Dan, mengetahui kalau hanya cewek itu sendirian diantara kerumunan teman-teman cowoknya entah mengapa Shane merasa marah.

"Iya nih Li." Tristan yang menjawab. Memang diantara yang lainnya, hanya dia yang hubungannya sedikit membaik. Mungkin karena mereka satu kelas. "Lo udah lama disini?"

"Iya nih. Gue udah dari tadi."

"Li, maen lagi yokkk!" ucap Geri.

"Ok, tunggu," balasnya pada Geri. "Emmm, kalo gitu, gue duluan ya," lanjutnya pada Shane dan teman-temannya.

Sepeninggal Licia, Shane masih diam di tempatnya bersama dengan teman-temannya. Shane menghela nafasnya. Melihat Licia yang entah mengapa semakin berada jauh dari jangkauannya, entah mengapa membuat Shane merasa semakin terluka.

Dia terluka karena rasa rindunya.

Shane tidak berhenti menatap Licia. Setiap pergerakan cewek itu, tak luput dari matanya. Termasuk saat cewek itu berbicara akrab dengan Yoga. Cowok yang pernah mereka temui dulu disini. Cowok yang jelas-jelas menyukai Licia.

Dan, Shane tidak suka melihat itu.








♪♪♪








Setelah bermain skate, Licia tidak lantas pulang. Bersama denngan teman-temannya, mereka berkumpul di BADASS, sebuah cafe yang dulu sering mereka jadikan sebagai tempat berkumpul. Licia duduk di bagian kursi paling ujung. Tepat di sebelah Yoga.

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang