71. Pengakuan Risma

2.6K 145 26
                                    

Playing: Linkin Park - Leave Out The Rest

♬♬♬

Di sofa yang berada di sekretariat basket, Shane sedang mendengarkan lagu-lagu milik Licia. Entah mengapa, akhir-akhir ini dia jadi sangat merindukan mantan pacarnya itu.

Hubungannya dengan Caitlyn memang baik-baik saja. Hanya saja, Shane merasa kalau hubungannya kali ini terasa sangat hambar. Rasa bahagia yang dulu dia raih, hanya mampu bertahan sesaat. Berganti dengan kebosanan atas semua sikap manja dan posesif milik Caitlyn.

Licia dan Caitlyn memang benar-benar berbeda.

Kalau Licia adalah pendengar yang baik, maka Caitlyn hanya selalu ingin di dengarkan. Licia selalu mampu mengerti apa yang Shane inginkan. Dia akan mentolerir Shane saat Shane tiba-tiba membatalkan kencan dan justru pergi berlatih. Malahan, Licia akan menemaninya berlatih sampai dengan selesai.

Tapi Caitlyn, dia tidak seperti itu. Saat Shane membuat janji, maka Shane harus menepatinya. Tidak perduli seberapa urgentnya urusan Shane itu, Caitlyn akan merengek agar Shane membatalkan urusannya dan pergi bersama dengannya.

Seperti kemarin, saat Shane harus latihan basket untuk lomba yang mereka ikuti itu esok harinya, Caitlyn sama sekali tidak membiarkan Shane pergi. Seharian itu, Caitlyn menahan Shane bersama dengannya. Dan hal ini tentu saja membuat teman-teman Shane ikutan kesal.

Mereka terus merutuki Caitlyn dan membanding-bandingkannya dengan sosok Licia.

Licia yang perhatian, Licia yang baik, Licia yang selalu mengerti, Licia yang bisa dengan mudah bergaul dengan mereka, Licia yang konyol, Licia yang galak, ahhhh, setelah Licia menghilang, sekarang Shane baru merasa kalau dia sangat merindukan cewek itu.

"Shane, Shane! Coba lo liat ini." tiba-tiba saja dari arah pintu masuk, Tristan berlari menghampirinya dengan terburu-buru.

"Apasih Tan. Berisik amat." Shane mencabut earphone miliknya. Tristan tidak menggubris protesan Shane dan memberikan ponselnya pada Shane. "Liat ini," ucap Tristan.

Shane menerima ponsel milik Tristan. Dia sedikit bingung ketika melihat layar ponsel yang menampilkan sesosok wanita anggun tengah menatap gugup ke layar kamera. Shane baru saja akan memprotes Tristan ketika akhirnya wanita itu membuka suara.

"Perkenalkan, nama Saya Risma. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Maksud Saya membuat video ini adalah, saya ingin mengklarifikasi berita yang berkaitan dengan salah satu keluarga DuBois, yaitu Delicia Retisalya DuBois." ketika nama itu di sebut oleh Risma, perasaan Shane mulai tidak enak. "Banyak berita yang menyampaikan bahwa Licia adalah seorang perusak rumah tangga orang lain. Beredar juga foto-foto yang memperlihatkan Licia sedang tidur dengan keadaan tanpa busana bersama dengan seorang pria." Risma terlihat menghela nafasnya. "Disini, Saya ingin menyampaikan kalau, semua berita itu tidak benar. Licia tidak pernah merusak rumah tangga siapapun. Dan, foto yang beredar, itu semua adalah rekayasa."

Risma menghapus air mata yang mulai membasahi wajahnya. Untuk sesaat, video itu hanya berupa tangisan Risma. Wajahnya terlihat lelah dengan kantung mata yang menghitam.

Dengan perasaan yang tak menentu, Shane menunggu Risma untuk melanjutkan perkataannya. Ini sangat mengejutkannya. Berita ini, tentu membuat Shane shock.

"Wanita dalam foto itu adalah Saya bersama dengan pacar Saya. Kami berdua tidak memiliki biaya untuk menikah. Saat itu, ada dua orang yang menawari kami sebuah kesepakatan. Mereka mengatakan kalau kami melakukan apa yang mereka perintahkan, maka mereka akan memberikan kami uang 100 juta rupiah." Risma mengusap air matanya dengan tisu. "Kami yang saat itu memang sangat membutuhkan dana, tanpa berfikir panjang, langsung menyetujuinya. Tujuan dari rencana mereka adalah untuk membuat nama baik Licia hancur.

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang