65. Drop Out

2K 128 8
                                    

Playing: Cold As You - Taylor Swift

♬♬♬

Walaupun keadaannya belum pulih, tapi, Licia memaksakan diri untuk berangkat sekolah. Kebetulan hari ini adalah pembagian raport. Jadi, selain oleh murid, sekolah juga di penuhi oleh para orangtua murid.

Bersama dengan Regan, Licia masuk ke dalam gedung sekolah. Bisik-bisik secara samar terdengar oleh mereka begitu keduanya berjalan di lorong.

Banyak tatapan jijik dan juga tidak suka yang di layangkan para murid dan juga orangtuanya ketika Licia lewat di depan mereka.

Regan mengeratkan genggaman tangannya. Seolah ingin memberitahu Licia agar tidak terpancing oleh orang-orang itu.

Tanpa sengaja mata Licia melihat sosok Hans dan Aluna. Licia perlu mengingat kalau mereka disini bukan untuk dirinya. Melainkam untuk Kenneth.

Licia tersenyum miris. Padahal rasanya seperti baru beberapa hari yang lalu ia mendengar Hans yang begitu semangat ingin mengambil raport miliknya.

Tapi, lihatlah sekarang. Jangankan mengambilkan raport. Untuk menatap Licia saja, Hans seperti jijik.

Yah, semuanya kini telah berubah. Dunia yang dulu di penuhi dengan kebahagiaan, kini penuh dengan air mata.

Licia menghembuskan nafasnya. Rasanya sangat sedih melihat murid-murid lain di ambilkan raport oleh orangtuanya. Sementara Licia, entahlah. Dia ragu apakah masih ada orang yang mengenalnya yang ingin menjadi walinya.

"Licia," panggil sebuah suara di belakangnya. Licia dan Regan menoleh. Seorang pria berwajah Asia Timur datang menghampiri mereka.

"Appa?" tanya Licia dengan kerutan di dahinya.

"Hai sayang."

"Kenapa Appa disini? Sekolah Maleahkan di Dalmary?"

"Ya memang sekolah Maleah di Dalmary."

"Terus kenapa Appa ada disini?"

"Apalagi? Tentu saja untuk mengambil raport kamu," ucap Seho seraya mencubit pipi Licia gemas.

"Apa? Tapi, kenapa?"

"Kenapa apanya? Kamukan anak Appa, apa salah kalau Appa ngambil raport anaknya?"

"Bukan gitu, terus raport Leah di ambil siapa?"

"Kan ada Eomma sayang."

"Tapi, Appakan harusnya kerja?"

"Libur satu hari tidak apa-apa. Lagian, itukan perusahaan Appa."

Licia mengulum senyumnya. Sebuah deheman dari arah sampingnya menyadarkannya kalau saat ini disini dia tidak hanya bersama dengan Seho saja. Tapi juga ada sosok lain yang bahkan sudah menemaninya sedari tadi.

"Ah Appa, kenalin, ini Regan, dia___,"

"Pacar kamu?"

"Eh," Licia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia melirik Regan. "Iya, ini pacar Licia Appa."

"Halo," ucap Regan seraya membungkuk. "Saya Regan."

Seho tersenyum. Dia menepuk pundak Regan sebanyak dua kali. "Kamu sangat mirip dengan Arta."

Mendengar nama Arta di sebut, senyuman Regan berubah menjadi canggung. Licia yang mengerti, mengusap tangan cowok itu pelan. Mereka berpisah di  depan kelas Licia. Regan harus pergi ke kelasnya juga.

Sementara Seho masuk ke dalam kelas, Licia memilih untuk bergabung bersama dengan Thomas, Erick, dan Matthew.

"Kenapa lo dateng? Lo harusnya masih istirahat," ujar Matthew.

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang