57. Serangan

1.9K 126 13
                                    

Playing: Christina Aguilera - All I Need




♬♬♬


Di atas sofa ruang tamu rumahnya, Regan duduk diam. Pikirannya melayang pada Licia. Walaupun dia terlihat baik-baik saja, tapi Regan tau kalau Licia rapuh.

Sorot mata Licia tak bisa membohonginya. Sekalipun bibirnya menyunggingkan senyuman dan mulutnya mengeluarkan tawa, sinar mata Licia terlihat sangat redup. Kesedihan nampak jelas setiap kali Regan menatap matanya.

Regan bisa mengerti bagaimana perasaan Licia. Kehilangan orang-orang yang di cintai secara tiba-tiba sangatlah menyakitkan. Dulu dia pernah merasakannya.

Disaat dia sedang merasakan bahagia di tengah kehangatan keluarganya, tiba-tiba saja berita yang mengejutkan datang menghampiri. Kebahagiaan yang sedang di rasakannya, di rengut secara paksa. Kehangatan yang dulu selalu menenangkannya, kini secara tiba-tiba berubah menjadi dingin.

"Kamu sedang apa?" tanya suara yang sudah sangat di kenalnya. Regan menolehkan kepalanya. Menatap sang Mami yang saat ini sedang duduk dan menyimpan tas di atas meja.

"Tumben Mami pulang siang," ucap Regan tanpa bisa di cegah.

"Hari ini kerjaan gak terlalu banyak. Makanya Mami pulang cepat."

Regan menganggukkan kepalanya. Percakapan berhenti di situ. Regan kembali sibuk dengan pikirannya. Sementara Darlena, dia mulai sibuk dengan majalah fashion di tangannya.

Darlena memang penggiat fashion dan Regan sangat hapal hobi Maminya yang sering belanja baju-baju dan tas mahal itu.

Sebagai seorang Ibu yang memiliki seorang putera remaja, Darlena tampak terlihat awet muda. Wanita itu selalu menjaga penampilannya. Maka dari itu, walaupun di umurnya yang sudah hampir menginjak kepala empat, Darlena masih tampak segar bugar.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Licia?" tanya Darlena secara tiba-tiba.

"Baik," jawab Rega. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. "Sekarang Licia dan Regan sudah berpacaran."

Kedua bibir Darlena ikut tertarik. "Kamu berpacaran dengannya? Setelah kamu tau kalau dia bukan wanita baik-baik."

Mendengar nada suara Darlena yang seperti meremehkan Licia, tak ayal membuat Regan tersulut amarah juga. "Bagi Rgan, baik dulu maupun sekarang, Licia adalah wanita yang baik dan karena itu Regan ingin bersamanya."

"Kamu terlihat sangat yakin, apa yang membuat kamu begitu meyakini kalau Licia adalah gadis yang baik?"

"Hati Regan," jawab Regan dengan sangat pelan.

"Maksud kamu?" tanya Darlena dengan kening berkerut.

"Dulu Mami pernah bilang di bandingkan dengan mendengarkan perkataan orang, ada baiknya Regan lebih mendengarkan kata hati Regan sendiri. Dan, hati Regan mengatakan kalau Licia adalah cewek yang baik dan foto sialan itu, itu semua hanyalah rekayasa seseorang yang membenci Licia."

"Sepertinya perasaan kamu terhadap Licia sangat dalam."

Regan tersenyum. "Tentu saja. Bahkan palung marianapun kalah dalam dengan perasaan Regan terhadap Licia." lalu, senyuman Regan menghilang. Kali ini wajahnya berubah menjadi serius.  "Jadi, hilangkan saja pikiran Mami untuk menyuruh Regan menjauhi Licia."

Sambil mengatakan itu, Regan menatap Darlena tajam. Sambil berharap-harap cemas, Regan menunggu tanggapan Darlena. Dia sudah siap untuk mendebat Darlena kalau saja Maminya itu menyuruh dia untuk menjauhi Licia.

Perfect Imperfection [bullyingstorry1] COMPLETED #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang